-->


Konflik Orang Utan dan Manusia di Aceh Akibat Deforestasi

29 September, 2016, 10.47 WIB Last Updated 2016-09-29T03:48:04Z
BANDA ACEH - Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) meyakini konflik orang utan, khususnya di Kawasan Ekosistem Leuser, terjadi akibat deforestasi atau penyusutan hutan.

Deforestasi yang terus terjadi dalam beberapa dekade terakhir di Aceh dan Sumatera Utara berdampak luas pada pengurangan habitat orang utan. Deforestasi telah memicu konflik manusia dengan orang utan. Konflik ini menimbulkan kerugian, baik di pihak orang utan maupun manusia.

Secara ekonomi, konflik yang ditimbulkan merugikan pemilik lahan pertanian. Sedangkan di sisi satwa liar, penanganan yang tidak tepat menyebabkan satwa terlukai atau bahkan berakibat kematian.

Contoh kasus gajah yang terjadi di Aceh Timur akibat konflik dengan pemilik lahan. Serta kasus orang utan terluka dari situasi konflik yang dievakuasi oleh HOCRU-OIC.

Dari tahun 2012, tim Human and Orangutan Conflict Response (HOCRU) – Orangutan Information Centre (OIC) bersama mitra telah melakukan penyelamatan terhadap 106 individu orangutan dari Aceh dan Sumatera Utara di mana 60 persen(63 individu) berasal dari Aceh.

Dari jumlah tersebut individu yang dievakuasi dari habitat terisolir sebanyak 57 persen (36 individu) dan dari kepemilikan ilegal 43 persen (27 individu).

Untuk sebaran konflik, paling parah terjadi di Aceh Selatan dan Aceh Tamiang. Selain itu HOCRU-OIC juga telah menangani satu kasus yang berkaitan dengan kepemilikan ilegal dengan vonis dua tahun penjara dan satu  kasus lainnya yang masih dalam proses. Demikian rilis dari drh. Ricko Laino Jaya dari Orangutan Information Center (OIC), kepada LintasAtjeh.com, Rabu (28/9/2016). [Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini