JAKARTA
–
Badan Keamanan Laut (Bakamla) dengan diback-up oleh oknum Kepala Biro Umum
Sekretariat Negara RI melakukan eksekusi terhadap Gedung Perintis Kemerdekaan
Republik Indonesia (PKRI) pada Selasa, 30 Agustus 2016, sekira pukul 08.00 Wib.
Terkait kasus yang lebih tepat disebut penyerobotan dan pengrusakan di Gedung
PKRI tersebut, oknum Kabiro Umum Setneg Piping Supriatna telah dilaporkan
secara resmi ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro
Jaya oleh Ketua Lembaga Negara Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia
(LN-PKRI) dengan bukti laporan polisi nomor: TBL/4164/VIII/2016/PMJ/Dit
Reskrimum.
Menanggapi kasus yang amat
membahayakan bagi eksistensi Proklamasi 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Bangsa
Indonesia dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu,
berbagai tanggapan keprihatinan muncul dari rakyat di berbagai tempat di
nusantara. Nada kecewa, kesal, marah, dan siap turun membela Proklamasi 17
Agustus 1945 yang sedang terancam itu datang dari beragam kalangan, seperti
rektor, purnawirawan, seniman, mahasiswa, bangsawan, dan para pemuda, tersebar
dari Aceh hingga Papua.
Berikut adalah beberapa
respon keprihatinan dari warga Bangsa Indonesia atas kasus penyerobotan dan
pengrusakan Gedung Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
“…
Saya lihat negara sudah tidak hadir lagi. Sudah sewenang-wenang (terhadap
Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia). Trims” (Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,
M.Sc, Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh).
“Saya
amat prihatin, oknum Setneg bisa menggunakan alat kekuasaan, tidak
mengedepankan budaya dan nilai-nilai Pancasila dalam mengambil Gedung PKRI yang
merupakan salah satu simbol Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan pembentukan NKRI,”
(Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, mantan Kepala Staf Angkatan Laut RI).
“Ingsun
Raja Caruban Nagari sangat mendukung langkah-langkah hukum yang diambil oleh
ketua LN-PKRI Prof. DR. Irwanul Latubual dan Ingsun sarankan sebaiknya Ketua
dan seluruh pengurus LN-PKRI segera memasuki dan menempati kembali dan
memfungsikan kembali Gedung Pola PKRI sebagaimana mestinya, jangan sampai
dikuasai oleh pihak lain yang tidak berhak dan tidak berkewenangan dalam gedung
bersejarah tersebut, terimakasih selamat berjuang Salam… satu nagari
MERDEKA…!!!” (YM Raja Caruban Nagari, Cirebon).
“Kerajaan
Toraja siap turun di lapangan menyampaikan tuntutannya (mengembalikan Gedung
PKRI kepada para Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia), dan menyatakan
sikap…” (YM Andi Rustam, Perdana Menteri Kerajaan Toraja, Sulawesi Selatan).
“Terimakasih
sudah bertahan dan berjuang… Tetap semangat… Tetap berjuang sampai akhir…
Rupanya sejarah tidak bernilai, perjuangan tidak berharga uuntuk dihormati oleh
oknum pejabat, karena gedung sejarah lebih bernilai dengan duit daripada moral
bangsa yang dilandasi rela berkorban demi tetap tegaknya NKRI. Demi sebuah
cita-cita tulus bagi bangsa ini, selalu ada jalan sekali pun di gurun tandus.”
(Benony Rechuel Wafumilena, Tokoh Adat Sarmi, Papua).
“Langkah
yang akan ditempuh Kerajaan Toraja (turun ke jalan menyatakan sikap dan
tuntutan) perlu segera diikuti dan didukung.” (YM Bahaudin Thonti, Bangsawan
Bugis Makassar)
“Setuju
(turun ke jalan menyatakan sikap dan tuntutan) secepatnya, saya mau turun demo,
kebetulan sudah lama gak demo.” (Yana Achbari, Artis Film Senior Indonesia –
Jakarta)
“Semoga
Tuhan memberikan yang terbaik kepada kita untuk memerangi keangkuhan dan
kebiadaban di negeri yang kita cintai ini.” (Iwayan Sudama, Pengacara –
Jakarta)
“Eksekusi
itu dilakukan berdasarkan surat keputusan pengadilan, bukan atas dasar surat
Setneg atau lembaga lainnya. Jadi ini sesuatu yang sangat aneh, mau dibawa
kemana hukum kita kalau seperti ini, setiap lembaga atau pihak tertentu bisa
melakukan eksekusi seenaknya tanpa proses hukum di pengadilan?” (Jelani
Christo, Ketua LBH Mandau Borneo Keadilan – Pontianak).
“Semoga
kebenaran segera terungkap..!” (Max Fredik Werinussa, Anak Adat Sarmi, Papua)
“Kita
lihat di media dan di mana-mana Satpol PP, Polri, TNI sebagai aparat negara
mereka sudah tidak bisa lagi melindungi dan memberikan rasa aman kepada rakyat…
mereka berani menindas, menggusur bahkan mengusir paksa rakyat, apalagi para
pejuang dan perintis kemerdekaan… seharusnya mereka berfikirlah yang jernih
(tanpa rakyat tidak adanya sebuah negara dan tanpa para pejuang dan perintis
kemerdekaan maka tidak adanya perebutan kemerdekaan Indonesia dari penjajah).
Bersatu kita lawan atau diam tertindas#” (Azhar Nasser, mahasiswa dan aktivis
HMI, Bireun, Aceh).
“Ada
indikasi oknum pejabat di Setneg melakukan manuver menghilangkan jejak
“tipikor” penyewaan Gedung Pola yang disentil beberapa waktu lalu dengan
mendepak LN-PKRI. Semoga terkuak kebobrokan pejabat Setneg lewat upaya hukum
tim kita, selamat bertugas Pak Prof. Irwannur dan Tim Hukum. God bless all.”
(Benony Rechuel Wafumilena, Tokoh Adat Sarmi, Papua).
Saatnya
TENTARA kembali bersama seluruh RAKYAT, untuk menggusur PEMERINTAH NKRI yang
sudah menjadi PENJAJAH BANGSA SENDIRI, karena sudah berkolaborasi denang asing
dan menjadi KACUNG ASING di negerinya sendiri… MARI SELAMATKAN BANGSA DAN
NEGARA DARI TANGAN PENGHIANAT melalui KEKUATAN TENTARA DAN RAKYAT…!!! (Herman
Soekarna, Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia)
Gedung Perintis
Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan bangsa,
sebuah bangunan tua yang semestinya dijaga kesakralannya, kelestariannya,
jangan sampai jatuh ke tangan kapitalis, neo-kolonialis dan liberalis yang
ingin menghancurkan bangsa dan NKRI melalui penghancuran sejarah anak negeri
ini.[KOPI]