-->

Kisah Pilu Warga Korban Relokasi Pemko Langsa

27 September, 2016, 19.08 WIB Last Updated 2016-09-27T12:11:02Z
Rumah warga relokasi
LANGSA - Siang hari matahari tepat diatas kepala, sengatan sang surya terasa sangat perih mengenai kulit. Namun tak menyurutkan tim kuli tinta untuk melihat secara langsung untuk menelusuri kebenaran informasi yang didapat tempat kondisi relokasi warga eks penghuni rel KAI yang dipindakan ke Gampong Timbang Langsa, Kecamatan Langsa Baro.

Tim pewarta yang terdiri dari media online dan media cetak ini, mendengar dan menyaksikan secara langsung tentang banyaknya keluh kesah warga yang direlokasi ke tempat tersebut.

Dalam penelusuran ini,  tim pewarta bertemu dengan Semah (50), seorang janda yang hidup sebatang kara. Semah yang sebelumnya tercatat sebagai warga Blang Senibong, Kecamatan Langsa Kota, ikut dalam rombongan yang terkena gusur oleh kebijakan Pemko Langsa. Ia harus hengkang dari tempat tinggal lamanya untuk menempati relokasi baru.

Rumah Semah, yang kini sedang dibangun berukuran 4x5 meter dengan berlantaikan tanah dan beratapkan daun rumbia berdinding papan bekas rumah terdahulunya. Kalaulah kita liat sepintas tempat tinggal Semah  sekarang ini seperti 'kandang sapi' yang tak layak dihuni. Tapi apa boleh buat, semuanya sudah terjadi dan harus dilakoni oleh Semah dengan keterbatasan dana untuk bisa membuat 'istana' lain.
Nasib rumah warga relokasi

"Jangankan untuk bangun yang lebih bagus, hanya sekedar membeli paku saja saya sudah tidak ada uang," ujarnya dengan nada terbata-bata.

Cerita ini hanya potret seorang janda, namun sekitar 250 KK lainnya juga bernasib demikian. Penderitaan transmigrasi lokal ini harus disikapi oleh semua pihak terutama Pemko Langsa yang dinilai pelbagai pihak hanya sukses merelokasi, namun tidak memikirkan nasib mereka yang justru menimbulkan problema baru bagi warga.

Banyak pihak meragukan Pemko Langsa yang hanya mampu merelokasi melalui tangan besinya, tetapi tidak bisa menata perkampungan baru ini dengan baik. Saat ini, Pemko Langsa akan menjadikan perkampungan kumuh jilid II yang notabenenya warga yang menempati lahan relokasi baru ini, minim fasilitas seperti listrik, air, MCK dan lainnya.

Pemerintahan Umara Jilid II ini sepertinya tak mampu merespon rintihan kesedihan warganya dan seakan menciptakan opini berhasil membangun Kota Langsa tetapi tak mampu memberikan solusi terhadap warga gusuran.

Kalaulah kita melihat kesebelah lahan tersebut, terlihat begitu anggunnya shelter yang ditempati oleh para imigran Rohingya yang shelternya tertata seapik mungkin dengan fasilitas yang memadai.
Rumah selter pengungsi Rohingya
Adakah terpikir oleh kita, ketika para imigran gelap ini terdampar dari negerinya. Semua pihak serta lembaga dunia bahkan Pemko Langsa sibuk untuk memberikan bantuan dari mulai pangan dan sandangnya harus terpenuhi.

Sementara itu imigran lokal (warga Langsa-red) yang notabenenya suku, agama dan ras asli pribumi mendapat perlakuan dari Pemko Langsa yang tak selayaknya diperlakukan seperti ini. Ini potret suram Pemko Langsa yang harus dipikirkan secara bersama-sama. Mereka menjadi orang asing di negerinya sendiri karena sikap arogansi pemerintah daerah setempat.

Sebelumnya diberitakan bahwa sekitar 270 KK warga Gampong Blang Senibong, Jawa, Paya Bujok Seulemak, Blang Pase dan Birem Puntong yang menempati lahan PJKA direlokasi oleh Pemko Langsa ke Gampong Timbang Langsa, dengan alasan klise relokasi untuk membuat pelebaran jalan. Namun ternyata relokasi yang sudah dilakukan oleh Pemko Langsa ternyata hanya menambah duka baru buat warganya sendiri.[Sm]
Komentar

Tampilkan

Terkini