IST |
ACEH TAMIANG - Seseorang
tidak akan mampu menulis (tulisan ilmiah) jika ia tidak mampu memahami isi
bacaan yang dibaca. Orang yang lebih
dahulu mengerti apa yang dibacanya, biasa mereka lebih mampu untuk menulis,
apalagi menulis tulisan ilmiah dan ini menjadi tantangan bagi guru untuk mampu
menghasilkan karya-karya ilmiah.
Hal tersebut
disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tamiang, Drs.
Ikhwannuddin saat membuka Pelatihan Tingkat Sekolah Modul III untuk guru kelas
awal jenjang SD/MI bagi sekolah mitra USAID Prioritas di Grand Arya Hotel,
Selasa (6/9/2016) kemarin.
Menurut
Ikhwanuddin, salah satu usaha agar siswa kita dapat membaca mengerti, USAID
Prioritas bersama para ahli merancang modul III. “Menurut pandangan saya,
memang terdapat perbedaan konsep mengajarkan siswa dibandingkan cara kita
terdahulu. Model pelatihan yang dikembangkan ini membiasakan siswa untuk
terbiasa membaca mengerti bukan hanya lancar membaca,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia
katakan membaca lancar dengan membaca mengerti adalah hal yang berbeda. Kalau
membaca mengerti, harus mengetahui dan memahami apa yang dibaca. Perbedaan lainnya
dari metode tersebut dengan metode
terdahulu ialah siswa akan belajar membaca dengan menggunakan dua
format, yaitu dibacakan persis dan sesuai dengan bahan bacaan. Kedua, siswa
diberikan peluang untuk inprovisasi yaitu mengembangkan bacaan dari apa yang
menjadi bahan bacaan, tetapi tidak keluar dari kerangka bacaan atau tema dari
bahan bacaan tersebut.
“Siswa juga
diajak untuk mengambil kesimpulan dari apa yang dia bacakan. Kalau seorang
siswa sudah terbiasa seperti itu berarti nalarnya sudah mulai berkembang. Hal
tersebut dapat dikatakan siswa tersebut sudah dapat memahami apa yang dibaca,”
tambah Kadisdik Tamiang.
Ikhwannuddin
melanjutkan, jika metode tersebut dapat diterapkan, maka ia yakin metode
ini menjadi salah satu strategi untuk
mengubah kebiasaan siswa yang sebelumnya kurang menarik membaca, menjadi lebih
menarik untuk membaca, dikarenakan dapat memahami isi bacaan. Untuk itu kita
minta kepada sekolah-sekolah untuk menerapkan program tersebut.
Sementara itu, Koordinator
USAID Prioritas Aceh Tamiang, Rahmi Jafar, pada saat pembukaan mengatakan
harapannya kepada peserta dari guru kelas awal, setelah mengikuti pelatihan ini
dapat mensosialisasikan kepada guru kelas tinggi.
“Karena buku
berjenjang ini tidak hanya dapat digunakan untuk siswa kelas awal saja,” demikian
katanya.
Pelatihan
tersebut akan berlangsung selama tiga hari hingga 8 September 2016, menghadirkan fasilitator provinsi
dan kabupaten. Kegiatan ini diikuti oleh 17 sekolah/madrasah mitra USAID
Priroitas di Aceh Tamiang dengan jumlah peserta 72 orang. Pada kegiatan ini
juga dilakukan penyerahan hibah sebanyak
10.404 eksemplar buku seluruh sekolah mitra. Tiap sekolah akan menerima
sebanyak 612 eksemplar buku yang terdiri dari 75 judul.[Rls]