ACEH SINGKIL - Konflik sengketa lahan yang terjadi di wilayah perbatasan antara kelompok
masyarakat petani asal Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh dengan petani asal
kabupaten Tapanuli berujung bentrok yang nyaris merenggut korban jiwa.
Kapolres Aceh Singkil, AKBP Muhammad Ridwan, SIK, kepada sejumlah wartawan
mengatakan peristiwa bentrokan yang menimpa sejumlah petani asal Aceh Singkil
dengan para petani asal Tapanuli Tengah itu terjadi pada Selasa 30 Agustus 2016
sekitar pukul 14.00 WIB. Dalam insiden itu melibatkan sekelompok masyarakat
dengan jumlah kurang lebih sebanyak 50 orang.
Puluhan masyarakat tersebut berasal dari Desa Sarmanauli, Desa Saragih
Barat, Desa Saragih Timur dan Desa Tambahan Nanjur Kecamatan Manduamas,
Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara dengan sekelompok masyarakat
yang berasal dari Desa Lae Balno, Kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil
Provinsi Aceh.
Menurut Kapolres, akibat perkelahian tersebut menyebabkan sebanyak 3 orang masyarakat mengalami luka-luka serius
dikarenakan terkena sabetan senjata tajam dan senjata tumpul.
"Dalam insiden ini sebanyak 3 unit sepeda motor berikut 2 buah gubuk
milik kelompok masyarakat asal Desa Lae Balno, Kecamatan Danau Paris Kabupaten
Aceh Singkil juga ikut hangus terbakar," ujar AKBP Muhammad Ridwan, SIK,
Rabu (31/8/2016).
Dijelaskannya, kejadian tersebut bermula dimana masyarakat petani asal dari
Desa Sarmanauli,Tambahan Nanjur, Saragih Barat dan Saragih Timur Kecamatan
Manduamas kabupaten Tapanuli Tengah dengan jumlah kurang lebih 50 orang mendatangi
lahan persawahan milik mereka yang ada di wilayah perbatasan Tapteng dengan
Aceh Singkil dengan tujuan tidak lain hanya untuk menanam padi.
Namun, pada saat kelopok masyarakat asal Tapteng itu berada di lahan
persawahan tersebut, tiba-tiba mereka didatangi sekelompok masyarakat petani
asal Aceh Singkil yang berjumlah sebanyak 6 orang dengan mempergunakan senjata
parang panjang datang guna menghadang mereka.
“Akibatnya, timbul cekcok yang selanjutnya terjadi perkelahian, yang mengakibatkan
jatuhnya korban luka bacok pada bagian leher dan paha atas nama Belprima (21)
salah seorang petani asal Desa Sarmanauli,” katanya.
Bukan hanya itu, masyarakat asal Tapteng tersebut sempat berlarian
dikarenakan merasa ketakutan dan kembali ke desa mereka guna menyelamatkan diri
dari amukan massa tersebut.
Selanjutnya, masyarakat dari Desa Sarmanauli, Saragih Barat, Saragih Timur
dan Tambahan Nanjur begitu mengetahui ada korban dari pihaknya, merekapun
langsung berkumpul dan menghimpun massa yang diperkirakan sekitar 150 orang dan
kembali kelokasi tempat kejadian perkara.
Setiba dilokasi, seratusan massa asal Tapteng itupun langsung melakukan
serangan balasan kepada 6 orang masyarakat yang menurut penilaian masyarakat
adalah yang melakukan penyerangan terhadap masyarakat asal Tapanuli Tengah.
Sehingga bentrokan hebatpun kembali terjadi. Pasca betrokan tersebut, sebanyak
2 orang dari 6 orang masyarakat asal Aceh Singkil mengalami luka-luka.
Kapolres menambahkan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Kepala Desa
Lae Balno kecamatan Danau Paris Kabupaten Aceh Singkil, Hermanto dijelaskan
jika lokasi tempat terjadinya sengketa lahan berada di wilayah hukum Kabupaten
Aceh Singkil. Hal itu sesuai dengan patok batas atau pilar batas Propinsi Aceh
dengan Provinsi Sumut yang dibuat oleh Pemerintahan Aceh.
“Korban luka-luka atas bentrokan tersebut masih menjalani perawatan di
Puskesmas Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah dan Puskesmas Danau Paris
Kabupaten Aceh Singkil,” pungkasnya.[AS/JM]