Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) |
ACEH UTARA - Seekor gajah Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika
sumber-sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air
sedalam 50-100 cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki
depan dan belalainya.
Demikian hal ini dijelaskan
oleh pecinta satwa liar atau Tim Leader Conservation Response Unit (CRU) yang
menangani gajah jinak Cot Girek, Aceh Utara, Ardiansyah atau Board, kepada LintasAtjeh.com, Selasa (16/8/2016).
"Gajah merupakan
mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan
wilayah jelajah yang sangat luas. Ukuran wilayah jelajah gajah Asia bervariasi
antara 32,4 - 166,9 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di
hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah
jelajah di hutan-hutan sekunder," jelasnya.
Gajah juga
membutuhkan garam-garam mineral, antara lain calcium, magnesium, dan kalium.
Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung
garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya,
dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan.
“Dari berbagai sumber
yang saya pelajari, gajah juga membutuhkan habitat yang bervegetasi pohon untuk
makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat
tulang, gigi, dan gading” ungkapnya.
Karena pencernaannya
yang kurang sempurna, ia membutuhkan makanan yang sangat banyak yaitu 200-300
kilogram biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat
badannya. Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada
sore hari biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang.
Gajah juga
membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin (breeding) tidak
terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan baik. Gajah termasuk
satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian.
Oleh karena itu,
penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPHA diperkirakan telah
mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah karena aktivitas perusahaan dengan
intensitas yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat di dalamnya.
Di habitat alamnya,
gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini merupakan
perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota
kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi tergantung pada
musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah
jelajah yang tersedia.
"Jumlah anggota
satu kelompok gajah Sumatera berkisar 20-35 ekor, atau berkisar 3-23
ekor," tambah Board diakhir perbincangannya dengan LintasAtjeh.com soal
bagaimana kehidupan gajah Sumatera, dan sehubungan dengan Hari Gajah Sedunia
yang diperingati beberapa hari lalu.[Chr]