-->

Tugu Upah Terbengkalai, Simbol Generasi Penerus Yang Lalai?

06 Agustus, 2016, 23.02 WIB Last Updated 2016-08-06T16:03:12Z
ACEH TAMIANG – Muncul pertanyaan, kenapa bisa tugu bersejarah itu terabaikan? Apalagi sudah ada pemberitaan tentang 'kesemprawutan' dan tidak adanya kepedulian pihak pemerintah daerah terhadap tugu tanda sejarah pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan Tentara Jepang, pada 25 Desember 1945 lalu. Miris, hingga saat ini masih saja tidak tersentuh bahkan tidak ada pejabat yang tergerak hatinya dengan tugu tersebut, yang terletak di Simpang Tiga Upah (dibaca Upak_red), Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang.


"Apakah pihak eksekutif dan sebagian besar anggota dewan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah para oknum pejabat yang telah berupaya melupakan sejarah negerinya. Terbukti bahwa selama ini Tugu Upah tidak pernah dihiraukan sekalipun walau kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan lokasinya terindikasi diserobot oleh oknum warga yang tidak bertanggungjawab," demikian ungkap Ketua Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Aceh, Nasruddin, kepada LintasAtjeh.com, Sabtu (6/8/2016).

(Baca: Tugu Simpang Upah, Tanda Sejarah yang Dilupakan)

Menurut Nasruddin, jika Tugu Upah masih terus dibiarkan menjadi tanda sejarah yang terlupakan maka sebaiknya para petinggi serta pejabat di Kabupaten Aceh Tamiang janganlah terlalu berani 'berkoar' tentang upaya memajukan kabupaten tersebut. Karena sesungguhnya Tuhan telah memberikan berbagai pembuktian nyata bahwa setiap negeri yang melupakan sejarahnya maka tidak akan pernah bisa maju, bahkan  'cepat atau lambat' negeri tersebut akan menuju ke ambang kehancuran.

Selain itu, Nasruddin juga mempertanyakan kepada salah seorang anggota dewan yang rumahnya tidak jauh dari lokasi Tugu Upah, H. Saipul Sofyan, dari Partai Demokrat tentang kenapa selama ini dirinya yang notabene sebagai salah seorang anggota dewan yang memiliki fungsi controlling/pelaku pengawasan di Kabupaten Aceh Tamiang tidak pernah sekalipun menyuarakan tentang upaya pelestarian tugu bersejarah tersebut?

"Apakah Pak Saipul Sofyan ini termasuk salah seorang oknum pejabat Aceh Tamiang yang tidak menghargai sejarah. Kita bingung ini, kok beliau membiarkan Tugu Upah yang ada di depan matanya dalam kondisi memprihatinkan? Perlu kita ingat bahwa Sang Ploklamator Indonesia, Ir. Sukarno, dalam pidatonya yang terakhir pada HUT RI tanggal 17 Agustus 1966, berpesan kepada segenap tumpah darah Indonesia agar jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (JASMERAH)," pungkas Ketua FPRM Aceh, Nasruddin.

Sementara itu, anggota dewan dari Partai Demokrat Kabupaten Aceh Tamiang, H. Saipul Sofyan, beberapa waktu yang lalu pernah dimintai keterangan terkait Tugu Upah oleh wartawan LintasAtjeh.com, namun saat itu dirinya berusaha menolak untuk memberikan keterangan dengan alasan takut tersinggung pihak-pihak tertentu di sekitaran Simpang Upah.[zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini