KALAU
Pemerintah komitmen dengan penegakan hukum dalam peristiwa pembakaran kelenteng
beberapa waktu lalu di Tanjung Balai, maka hampir separuh muslim di kota itu
harus mendekam di penjara. Tentunya tindakan ini memberikan efek yang lebih
buruk. Misalnya, perekonomian akan lumpuh, mengingat pelaku pembakaran adalah
warga dalam kota.
Mereka adalah orang-orang
yang terlibat langsung dengan pergerakan perekonomian kita, itu pula, akan sangat banyak anak-anak dan
ibu rumah tangga yang mengalami kesulitan akibat ayah atau suaminya telah
mendekam di penjara. Karena itu, kadang-kadang pemerintah perlu menempuh
pendekatan berbeda, yang tidak melalui proses hukum, dalam menangani suatu
masalah.
Hal ini pernah dilakukan
ketika menangani pembakaran Masjid di Tolikara beberapa bulan lalu. Undangan
makan ke istana kepada orang-orang Kristen yang membakar masjid di Tolikara
adalah pesan Presiden kepada para penegak hukum untuk tidak menindak mereka.
Undangan itu adalah pasang badan dari Presiden.
Sementara bagi masyarakat
keseluruhan, undangan itu ingin menegaskan bahwa tindakan pembakaran masjid
akan memberikan dampak yang lebih buruk bila penindakannya menempuh jalur
hukum. Tapi Presiden tidak konsisten. Sementara ketika orang Islam membakar
kelenteng, semuanya ingin ditangkap.
Presiden juga mendesak
penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku yang jumlahnya tak terhitung.
Presiden beralasan agar tindakan serupa tidak meluas. Maksudnya adalah supaya
orang Islam di tempat lain tidak ikut bakar kelenteng. Namun akuratkah
hitung-hitungan Presiden itu?
Bagaimana kalau
inkonsistensi Presiden malah membuat ummat Islam semakin kesal dan melampiaskan
kemarahan mereka kepada etnis Tionghua lainnya. Konflik antar agama ini bisa
saja berubah menjadi konflik antar etnis. Apalagi masyarakat pribumi sudah
sangat kesal pada kebijakan pemerintah yang belakangan mengimpor jutaan warga
Cina menjadi buruh di Indonesia berbarenagan dengan kerap munculnya
berita-berita tentang PHK ribuan buruh pribumi.
Kiranya Presiden dapat
memberikan tawaran yang lebih bijak dalam penanganan para pelaku pembakaran
kelenteng di Tanjung Balai. Bila tidak, pemerintah akan kewalahan bila reaksi
kaum muslim semakin meningkat.
Benar mereka yang
mengatakan "Indonesia tegak karena pekik takbir."
Bila Presiden tidak
mengubah sikap, maka slogan ini akan sangat efektif memancing amarah kaum muslim.
Penulis : Miswari, S.Pd,
M.Ud (Dosen Filsafat Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Zawiyah Cot Kala
Langsa)