IST |
JAKARTA
-
Badan Keamanan Laut (Bakamla) diduga telah melakukan penyerobotan secara
sepihak terhadap sejumlah ruangan di Gedung Perintis Kemerdekaan Republik
Indonesia (Gedung PKRI), Kamis, 16 Juni 2016.
Aksi tersebut telah
mengetuk hati para putra bangsa yang ada di tanah air. Beberapa waktu lalu, warga
Cijantung sangat menyesalkan atas kejadian tersebut
“Kami warga Cijantung
sangat menyesalkan atas kejadian tersebut, maafkan kami Pak Ketua kalau memang
itu dari oknum TNI. Mungkin mereka kurang faham dan sempit berpikir. Kami warga
Cijantung tetap menjunjung tinggi kehormatan sebagai dasar. Kami warga
Cijantung Insya Allah tetap solid, hormat kami untuk Ketua LN PKRI,” demikian
disampaikan Ketum PPWI Wilson Lalengke, dikutip dari warga Cijantung.
Pernyataan sikap juga
disampaikan YM. Andi Rustam, anggota Dewan Adat Nasional (DAN) mewakili
Keluarga Besar Kerajaan Gowa-Tallo dan Toraja, menanggapi tindakan penyerobotan
Gedung PKRI dan perusakan pintu-pintu ruangan di gedung LN PKRI, oleh oknum
Bakamla beberapa waktu lalu.
Sementara dari tanah
Papua, juga menyuarakan rasa keprihatinan masalah tersebut dengan mengirimkan
Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi.
Berikut petikan Surat Terbuka
Anak Adat Papua, yang diterima redaksi, Minggu (7/8/2016):
Surat
untuk Presiden RI dari Papua
-------------
Hal.
Wibawa NKRI
Yang terlupakan
Yth.
Bp. Presiden RI
Ass
Wr Wb
Syalom
Oom
Swastiastu
Yang
mulia Bp. Presiden,
Indonesia
hebat dan luar biasa yg sedang menggapai kejayaannya di antara bangsa-bangsa
dgn peradaban modern dimulai dari momentum pegangsaan timur 56 agustus 17 thn
45.
Moment
pegangsaan terjadi karena kesepakatan para raja nusantara (dewan adat)
bersepakat utk menjadi satu nusa,
bangsa, dan bahasa 1928 yg titik
nolnya dari 1908 perjuangan dimulai.
Gedung
LN-PKRI saat ini menjadi saksi bisu dari wibawa NKRI di awal gerbang emas
kemerdekaan Indonesia berdiri dgn megah menunjukkan kemegahan seluruh raja-raja dan rakyat
penjuru nusantara yg dihargai negara menempati gedung ini yg terlupakan saat
ini. Indonesia ingin menjadi besar dan kuat, pastilah karena tdk melupakan
sejarahnya.
Di
Papua berbunyi "NKRI Harga Mati" sebaiknya jgn didengungkan karena
hanya akan menjadi semboyan tanpa makna karena di depan mata Bapak Presiden
gedung ini menjadi sasaran empuk penghancuran sejarah Indonesia sebagai negara
bangsa yg bersatu "kesatuan" dari negara raja-raja nusantara yg
menginginkan perbedaan etnis, ras, suku,
dan bahasa menjadi satu rakyat "re-publik".
Mari
kembali kpd rakyat. Siapun saudara yg berusaha menguasai Gedung LN-PKRI dgn
label kebesaran negara sekalipun, saudara sedang berusaha menghapus sejarah
dari mata dan telinga rakyat, biarkan gedung ini menjadi saksi cinta tanah air
dan wibawa negara yg akan diingat Presiden dan digenggam rakyat demi keutuhan
NKRI.
Hamba
menghaturkan hormat bagi yang mulia
Bp.
Presiden.
Wassalam..
Kiranya
Indonesia selalu diberkati.
Hormat
saya,
Anak
Adat Papua
[Red]