![]() |
IST |
Para Tokoh Nasional yang
turun gunung itu tidak tanggung-tanggung. Yang pertama adalah Laksamana TNI
(Purn) Slamet Soebijanto, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut yang menjabat
dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007. Tokoh yang menjabat sebagai Wagub
Lemhannas dari tahun 2003 itu merasa prihatin dengan kondisi Gedung PKRI yang
dirongrong oleh oknum Bakamla. Pada kesempatan mengunjungi Gedung PKRI dan
bertemu para sesepuh PKRI dan Ketua Lembaga Negara PKRI, Slamet Soebijanto
menyatakan bahwa dirinya sepakat agar Gedung PKRI dijaga kesakralannya sebagai
monumen penting nasional, dan tidak boleh ditempati institusi pemerintah
seperti Bakamla untuk digunakan sebagai kantor.
“Gedung PKRI adalah bagian
dari sejarah bangsa dan NKRI yang sangat penting dan monumental, harus dijaga
kesakralannya, jangan dikelola secara sembrono, yang berpotensi menghilangkan
jejak sejarah dari Gedung PKRI sebagai salah satu tempat melahirkan bangsa
Indonesia yang merdeka dan NKRI,” ujar lulusan AAL tahun 1973 itu.
Bakamla itu, lanjut Slamet
Soebijanto, sudah diberikan kantor di Jl. Sutomo No. 11 Jakarta Pusat. “Bakamla
semestinya memanfaatkan semaksimal mungkin kantornya yang saya berikan di Jl.
Dr. Sutomo, Jakarta Pusat. Kalaupun belum cukup, perlu mencari gedung baru
untuk tambahan kantor, tapi bukan di Gedung PKRI ini. Kalau perlu, usulkan saja
pembangunan gedung baru Bakamla, tunggulah hingga terbangun gedung barunya,
jangan main serobot gedung milik pihak lain,” imbuh Slamet yang pernah
mengenyam pendidikan di Belanda dan Yugoslavia itu.
Pada saat berkunjung
Senin, 15 Agustus 2016 lalu, mantan Kasal ini sempat mewawancarai oknum petugas
provost Bakamla yang berjaga di salah satu ruangan yang sudah sempat mereka
tempati sebagai pos jaga. Dari hasil percakapan sang Jenderal dengan petugas
itu didapat keterangan bahwa yang bersangkutan adalah anggota satuan TNI-AL
dari unit Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta. Dia dan beberapa
temannya ditugaskan untuk menjaga karena sebentar lagi Bakamla akan menempati
Gedung PKRI itu.
Slamet Soebijanto kemudian
menjelaskan kepada sang provost bahwa gedung itu adalah milik para Perintis
Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikelola oleh Lembaga Negara PKRI. “Ini
gedung milik para perintis kemerdekaan, kita harus menghormati dan menghargai
para perintis kemerdekaan yang sudah berjuang jiwa dan raganya sehingga kita
saat ini bisa menikmati kondisi seperti sekarang ini, tidak hidup di bawah
pemerintahan bangsa lain,” ujar sang Jenderal kepada juniornya itu.
Tidak hanya itu, Slamet
Soebijanto yang lahir pada tahun 1951 di Mojokerto, Jawa Timur itu juga
langsung menelpon beberapa petinggi TNI-AL, antara lain Danpuspomal, Dispamal,
dan lain-lain. Pembicaraan sang Jenderal didengarkan bersama para sesepuh PKRI
dan Prof. Irwannur di ruang pertemuan. Slamet Soebijanto meminta kepada jajaran
TNI-AL untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi Bakamla, termasuk
mendesak agar Kepala Bakamla Arie Soedewo mencari tempat alternatif lain
sebagai kantor Bakamla.
“Gedung ini milik para
Perintis Kemerdekaan, ada penghuninya di sini, bukan gedung kosong. Lagipula
ini gedung bersejarah, kurang pas untuk menjadi kantor instansi seperti
Bakamla. Bantulah dek, agar Arie Soedewo mencari tempat kantor lain ya. Malu
kita nanti jika masalah ini sampai tersebar di medsos, dapat menurunkan citra
TNI Angkatan Laut, iya kan. Saya menelpon Anda ini karena sangat urgen, saya
peduli dengan satuan kita Angkatan Laut ya,” kata Slamet menasehati yang
dijawab ‘siap!’ oleh juniornya di seberang telepon sana.[KOPI]