BIREUEN -
Pos jaga Desa Pandak Kecamatan Makmur selalu menemani kesibukan laki-laki usia
senja ini. Hampir dua bulan terakhir pria ini menumpang tinggal di pos jaga
tersebut sambil membuat bangki (Bahasa Aceh), serupa alat yang digunakan untuk
membuang sampah dan pengangkut pasir dari sungai ke darat tempo dulu. Bangki
tersebut terbuat dari rotan yang dianyam.
Mahyeddin (53) namanya,
seorang laki-laki miskin yang tinggal di Desa Pandak Kecamatan Makmur,
sebelumnya bekerja serabutan yang rela bekerja apa saja demi menghidupi keluarga
kecilnya. Kadang-kadang menjadi buruh tani, kadang-kadang menjadi buruh
bangunan, hasilnya yang tidak seberapa digunakan untuk menafkahi istri dan 5
orang anaknya.
Sejak cerai dengan
istrinya Ti Hawa dan menunggu masa Iddah istrinya, Mahyeddin menumpang tinggal
di Pos Jaga Desa Pandak sambil menganyam Bangki, tak disangka buah karya
laki-laki usia senja tersebut sangat menarik dan laku dipasaran.
Ditemani putri bungsunya
yang berusia 6 tahun, Mahyeddin memulai kisahnya kepada LintasAtjeh.com pada Minggu
malam (14/8/2016).
"Kami orang miskin
yang tidak berpendidikan, ya harus bekerja keras untuk menafkahi keluarga. Ya
saya hanya bisa membuat bangki," kisahnya.
Perjuangannya dalam
mencari bahan baku bukanlah mudah, menempuh perjalanan sendirian ratusan
kilometer dengan sepeda ontelnya demi mencari rotan ke pedalaman Desa Alue Groe
Kecamatan Sawang yang berbatas dengan Bener Meriah. Sendirian mengarungi hutan
belantara demi mendapatkan bahan baku rotan kecil yang dibutuhkan.
"Biasanya saya tinggal
di hutan selama 2 hari untuk mencari bahan baku rotan," tambahnya.
Setelah mendapatkan bahan
baku yang dibutuhkan, pria tua sang pejuang keluarga ini kembali ke Desa Pandak
untuk memulai memproduksi bangki-bangkinya. Satu persatu bangki diolah tangan yang
tak kencang lagi kulitnya.
"Satu hari saya hanya
mampu menghasilkan 4 unit bangki siap jual," kisahnya.
Setelah memproduksi
bangki-bangki tersebut dijual ke pasar-pasar Geureugok dan Kutablang dengan
harga Rp. 25.000 per unit.
Sesekali tampak warga yang
iba membantunya memproduksi bangki-bangki tersebut, bahkan berkat didikannya
banyak warga Desa Pandak yang sudah mahir membuat bangki.
Mursal salah seorang
pemuda di Desa Pandak yang sering membantunya, mengakui bahwa dirinya sekarang
sudah bisa membuat bangki dan sering membantu Mahyeddin di Pos Jaga.[DD]