BANDA
ACEH
– Teka-teki kebenaran sedikit terkuak ke publik terkait klaim tentang peringkat
dalam publikasi jurnal Internasional yang berindex Scoupus dan Universitas
Ubudiyah Indonesia berhasil menduduki peringkat nomor dua terbaik di Propinsi
Aceh setelah Universitas Syiah Kuala.
Berdasarkan informasi yang
diterima beberapa waktu lalu dari sumber terpercaya mengungkapkan bahwa bukti
dari badan yang dijadikan acuan UUI untuk pemeringkatan, yakni Scopus, bahwa
Universitas Malikussaleh adalah peringkat 2 Aceh dengan 52 publikasi, jauh
diatas UUI yang memilik 21 publikasi.
“Kami bahkan mempunyai
data bahwa UUI hanya mendaftarkan nama kampusnya saja dalam melakukan
publikasi, sementara penelitian international tersebut dikerjakan oleh orang
lain, yakni dosen dari Universiti Malaysia Perlis (UniMAP),” tandas sumber
kepada redaksi LintasAtjeh.com.
Namun, setelah berita
bantahan muncul, LintasAtjeh.com juga menerima informasi dari Prof. Marniati
selaku Rektor UUI mengatakan berdasarkan data yang dikirimkan dari website
resmi Scoupus kepada media bahwa UUI berada di rangking ke 2 setelah Unsyiah
untuk wilayah Banda Aceh. Kemudian berada di posisi 3 untuk wilayah Provisi
Aceh, sedangkan Unimal berada di posisi kedua.
“Dan prestasi itu merupakan
satu kebanggaan bagi Universitas Ubudiyah Indonesia dimana UUI adalah sebuah
universitas swasta yang baru berusia 2 tahun. Setiap prestasi hasil kerja keras
semua pengurus harus diberi sebuah
apresiasi dari pimpinan,” kata Prof. Marniati.
Jika ada kesalahan, kata
dia, hanya pengetikan media internal yang menyebutkan Aceh seharusnya nomor 2 Banda
Aceh setelah Universitas Syiah Kuala.
“Mengenai hubungan
kerjasama UUI dengan UniMAP Malaysia dan Universitas Lasi Rumania telah
mengangkat visiting profesor sebagai profesor tamu di UUI dari berbagai
disiplin ilmu. Salah satu kewajiban visiting profesor selain pengajaran dan
penelitian adalah publikasi internasional berafiliasi dengan Universitas
Ubudiyah Indonesia,” tegasnya.
Hal ini merupakan sebuah
keunggulan dan prestasi UUI dari universitas lainnya, dan ini sangat dianjurkan
oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Selain itu, publikasi Dosen
Universias Ubudiyah Indonesia juga memiliki banyak publikasi berindexing Scoupus.
“Jika ada yang memberi
informasi ke media yang tidak berani menyebutkan indentitas, saya rasa hanya orang-orang
yang tidak senang akan kemajuan pendidikan di Aceh,” tandas Rektor UUI, Prof.
Marniati.
Menanggapi penjelasan
Rektor UUI, sumber redaksi LintasAtjeh.com, Sabtu (27/8/2016), kembali
menjelaskan bahwa dalam image yang dipublikasikan adalah dengan memakai kata
kunci Aceh. Sehingga akan masuk data Banda Aceh dan Aceh Utara. Sementara
gambar yang dimasukkan oleh UUI memakai kata kunci Banda Aceh.
“Seperti kita tahu, Banda
Aceh lebih kecil scoopnya (cakupannya) dibandingkan Aceh. Jadi kesimpulannya,
gambar yang kami publikasikan lebih mencakup semua (Provinsi Aceh) dibandingkan
gambar dari Prof. Marniati (Banda Aceh),” ungkapnya.
Lanjut dia, selain itu
bisa dilihat dari data jumlah publikasi. UUI mengatakan punya 21. Gambar kami,
UUI juga punya 21 dan Unimal punya 52. Jadi Unimal punya peringkat lebih baik
dari UUI.
“Jadi kesimpulannya,
secara matematik Unimal lebih baik peringkatnya daripada UUI. Bila boleh,
mungkin Prof. Marniati untuk membuka data seluruh Perguruan Tinggi di Aceh
seperti yang kami berikan. Agar lebih transparan dan otentik buktinya,”
demikian pungkasnya.[Red/DW]