IST |
MAKASSAR
- Peristiwa pemukulan terhadap Dasrul, Guru SMKN 2 Makassar oleh orangtua siswa
itu karena sebab yang jelas adalah kesalahan siswa. Kronologi kejadian seperti
ini,
Awalnya,
Dasrul menagih tugas PR yang diberikan kepada siswa kelas dua.
Salah
seorang siswa, Airul Aliq Sadang (bukan Muhammad Ali Syahdan, seperti berita
sebelumnya) tidak mengerjakan tugas sehingga ditegur oleh sang guru. Saat
ditegur, siswa tersebut menendang pintu sambil mengucapkan kata-kata kotor,
“sundala”.
Hal
itu membuat guru naik pitam hingga menampar siswa tersebut. Airul langsung
mengadu kepada orang tuanya. Tidak berselang lama, orang tua Ali datang ke
sekolah yang beralamat di Jalan Pancasila, Makassar itu. Awalnya, Ahmad mencari
kepala sekolah, namun tidak ketemu. Saat berjalan di koridor, dia bertemu
Dasrul hingga terjadilah penganiayaan itu.
Saat
ini pihak SMKN 2 Makassar menyiapkan sanksi bagi Aliq, murid yang diduga
mengeluarkan kata-kata kotor terhadap Dasrul, salah satu guru di sekolah
tersebut.
Kepala
Sekolah SMKN 2 Makassar, Chaidir Madja mengatakan sanksi itu bisa saja berupa
pencoretan murid tersebut.
"Kami
sudah menyiapkan sanksi tegas kepada siswa yang membuat keonaran di dalam
lingkungan sekolah. Namun, tentu kedepannya kita lihat proses hukumnya seperti
apa. Pasti ada saksi karena kan ada tata tertib di sekolah. Ada
kategori-kategori tertentu," kata Chaidir Madja, dikutip dari rakyatku.com
Namun
sebelum mengeluarkan sanksi tersebut, Chaidir menjelaskan, pihaknya akan
melakukan pertemuan dengan seluruh guru yang berada di SMKN 2 Makassar.
"Saya
belum tahu, tapi ada. Nanti kita rapatkan dulu dengan guru-guru. Karena disini
bukan kepala sekolah yang memiliki kewenangan. Ada hak yang dimiliki
guru," jelasnya.
Sementara
itu, Chaidir juga sangat menyayangkan sikap yang dilakukan orang tua Aliq.
Sebab tanpa ada ijin dan pemberitahuan, Adnan langsung masuk ke dalam sekolah
dan langsung melakukan pemukulan.
Sebagai
orangtua sudah sepatutnya kita menjaga nama baik guru, karena disekolah mereka
adalah pengganti orangtua yang mendidik anak-anak kita. Bukan malah melakukan
hal sebaliknya. Ini bukan untuk mencari kebenaran, namun orangtua yang tidak
tahu aturan yang terlalu memanjakan anaknya. Semoga bisa diambil hikmahnya oleh
semua para orangtua agar tak sewenang-wenang membela anak tanpa tahu sebab yang
benar.[Rakyatku.com]