JAKARTA –
Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) mengungkapkan rasa prihatin
dan penyesalannya terkait adanya aksi penyerobotan anarkis yang kembali dilakukan
oleh Bakamla terhadap Gedung LN PKRI.
Hal tersebut dikatakan Ketum
PPWI Wilson Lalengke, melalui siaran persnya kepada LintasAtjeh.com, Kamis
(28/7/2016), menyikapi janji Bakamla yang akan menempuh jalur pendekatan yang
baik dan tidak anarkis, namun berbanding terbalik dengan yang terjadi di
lapangan.
Wilson yang akrab disapa
Shony ini mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu dirinya sudah bertemu dengan Mas
Suroyo, Kepala Biro Sarana Bakamla, di
kantor beliau, yang memang cukup memprihatinkan. Tambahan lagi, Gedung kantor Bakamla di Jl.
Pemuda, Matraman, Jakarta Timur itu segera harus dikosongkan karena akan
diambil kembali oleh Pemda DKI Jakarta sebagai pemilik aset tersebut.
(Baca : Bakamla Semakin Brutal Bergerilya dan Rusak Gedung LN PKRI)
(Baca : Bakamla Semakin Brutal Bergerilya dan Rusak Gedung LN PKRI)
“Saya dan Mas Suroyo, kita
sama-sama tidak berkepentingan dengan pertikaian yang terjadi antara PKRI vs
Setneg soal pengelolaan Gedung PKRI, tempat diproklamasikannya Kemerdekaan
Indonesia oleh para founding fathers NKRI sepeninggal Ketua PKRI ke-2 Jusuf
Mewengkang,” ungkapnya.
Lanjut dia, saya hanya
berharap bantuan Mas Suroyo agar mengendalikan oknum pasukan Bakamla yang menyerobot
masuk tanpa koordinasi dan komunikasi dengan Ketua PKRI, atau siapapun disana
selama ini, demi menjaga agar tidak terjadinya konflik horisontal yang dipicu
oleh arogansi dari pihak-pihak yang bertikai itu. Mas Suroyo janji ke saya
bahwa Bakamla akan menempuh jalur pendekatan yang baik, tidak anarkis, dan jika
tidak ada titik temu, akan dibawa ke ranah hukum.
“Faktanya, perilaku anak
buah beliau di lapangan justru berbeda dengan ucapan komandannya. Pembangkangan
anak buah terhadap komandan? Atau, komandan tidak bertaji terhadap anak buah?
Saya amat prihatin atas keadaan yang menyedihkan ini,” sindir Shony.
“Saya berharap ada
penyelesaian yang arif dan bijaksana dengan mengedepankan norma dan moral tanpa
harus berperilaku biadab dan anarkis. Silahkan duduk bersama, ambil jalan
terbaik apabila tidak ada titik temu silahkan tempuh melalui jalur hukum. Tapi
jangan berbuat semaunya layaknya “PAREMAN” yang tidak tahu aturan dan hukum,”
demikian pungkas Wilson Lalengke.[Rls]