ACEH
UTARA - Pernahkah kita diskusi disaat kita ditemani
secangkir kopi? Aduh betapa nikmatnya, berapa banyak lulusan terbaik di
perguruan tinggi terpikirkan? Sebenarnya kita tidak pernah ada konsep selama
ini yang belum tuntas kita pahami dalam kehidupan pendidikan. Karena selama ini
belum ada titik terang terhadap pemakaian istilah yang saya rasa masih sering
keliru dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari.
Pasti kita semua masih
penasaran konsep apa yang masih keliru? Hanya dua kata saja yang menjadi
tanggungjawab kita bersama yakni peluang dan kesempatan. Ini sangat penting
dijelaskan dalam sebuah konsep atau pengertiannya. Maka dalam rangka
menjelaskan kedua konsep tersebut mari kita ambil salah satu contoh yang sekian
banyak yang bisa kita jadi tauladan sehingga kita tahu peluang dengan
kesempatan itu sama kah atau memiliki berbedaan tersendiri.
Tak ada tahun yang
terlewatkan, setiap perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia
menghasilkan ribuan sarjana berbeda latar belakangnya. Namun ironisnya dari
sekian banyak lulusan, hanya berapa persen saja yang mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan keilmuannya yang telah ditempuh di saat berada dibangku perkuliahannya.
Bahkan pimpinan kampus bangga telah melahirkan sarjana ciptakan yang begitu
dahsyatnya sarjana di negeri kesatuan.
Sebenarnya kita tidak
pernah terpikirkan alasan dan faktor yang menjadi sebab, kenapa banyak lulusan
sarjana di Indonesia menjadi sarjana penggangguran. Seorang lulus cumlaude
dengan IPK yang tinggi tidak menjadi sebuah jaminan untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki. Pada dasarnya setiap
sarjana yang mendapatkan lulusan terbaik di kampus menjadi sebuah penghargaan
yang istimewa bagi kampus serta orang tua, namun apa yang terjadi? Sangat
berbeda dengan yang diharapkan.
Kendala yang dialami
seorang sarjana mungkin bukan sebuah rahasia yang belum diketahui oleh khalayak
umum, seorang sarjana harus mencari relasi serta jaringan baik didaerah maupun
luar daerah. Selama ini sarjana dalam mencari kerja memilih perkerjaan harus
mendapatkan perhasilan per-bulan, harus berkerja di pemerintahan. Sikap ego
yang dimiliki yang dirasakan selama ini harus diubah segera.
Angka pengangguran di
Indonesia tentunya tidak bisa diturunkan semudah membalik telapak tangan. Sebenarnya untuk mengubah paradigma tersebut
saat mudah apabila dari sistem pelaksanaannya disesuaikan dengan fungsi yang
telah diatur juga sangat diperlukan upaya dan komitmen bersama semua pihak
terkait. Jika pemerintah menggangap ini sebuah permasalahan serius yang harus
ditangani bersama sehingga meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pihak kampus juga harus
berupaya mengintegrasikan program magang atau pelatihan dengan kurikulum
perguruan tinggi serta mengembangkan program-program pendidikan dan pelatihan
bagi lulusan perguruan tinggi. Kemudian membuat kerja sama yang berkelanjutan
dengan perusahaan yang ada di wilayah kampus terutama untuk memberi peluang
untuk perkerjaan sebagain putra daerah.
Mari kita sama-sama lihat
yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mahasiswa terbaik yang mendapat
gelar cumlaude masih ada yang belum mendapatkan perkerjaan yang tidak sesuai dengan
keilmuannya yang sejalan apa yang selama belajar di bangku kuliahnya. Apakah
ini kita salahkan institut pendidikan yang telah membentuk sarjana ciptakan
yang begitu banyak? Begitu aneh jikalau itu yang harus kita salahkan.
Kita melihat mahasiswa yang
biasa saja yang bukan lulusan terbaik bisa memiliki pekerjaan. Mereka hanya
memiliki kerabat serta keluarga menjadi nilai-nilai yang paling diutamakan
dalam dunia pendidikan kita begitu dasyatnya moral yang terjadi pada era
reformasi ini. Berarti kita sudah bisa mendefinisikan sendiri kemana mahasiswa
cumlaude tergolong apakah peluang atau kesempatan yang belum dimiliki? Dan juga
bisa mendefinisikan mahasiswa biasa saja yang sudah mendapatkan pekerjaan
dengan ada kerabat atau relasi serta keluarga tergolong kemana ? Ini bisa kita
gunakan konsep dan panduan yang telah kita pelajari selama ini.
Penulis : Samsuir (Alumni
Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Malikussaleh-Lhokseumawe)