BANDA ACEH - Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar famtrip mengangkat destinasi wisata
unggalan di wilayah Pantai Barat Selatan Aceh dengan menggandeng pegiat sosial media
dan blogger Aceh. Trip bertajuk “Susuri Cahaya Aceh dari Pantai Barat” ini
berlangsung selama 27 Juli–5 Agustus 2016.
Kepala Disbudpar Aceh, Reza Fahlevi,
menjelaskan, famtrip tersebut dibuat sebagai bagian dari destinasi branding
“The Light of Aceh" atau "Cahaya Aceh” guna mendukung Aceh dalam
ajang Pemilihan World's Best Halal Cultural Destination 2016. Dalam hal ini,
pihaknya mengoptimalkan strategi pemasaran melalui pendekatan POSE (Paid Media,
Own Media, Social Media, Endorser) dengan bantuan jasa digital branding dari
para blogger tersebut.
“Aceh, dengan kemudahan akses
internet, tentu sangat tepat menggunakan strategi POSE. Kekuatan media sosial,
yang didukung oleh para blogger, diyakini cukup tepat untuk membranding Aceh
sebagai World’s Best Halal Cultural Destination 2016 melalui dunia maya,”
katanya, Kamis (28/07/2016).
Ia menambahkan, 5 blogger dalam
famtrip tersebut diharapkan dapat membantu Pemerintah Aceh (Disbudpar Aceh)
dalam digital branding “Halal Tourism" atau "Wisata Halal” melalui
semangat Rebranding “The Light of Aceh" atau "Cahaya Aceh” untuk
mewujudkan Aceh sebagai Destinasi Wisata Halal Dunia 2016 dan mampu
berkontribusi mempositifkan image Aceh di halaman pencarian Google.
Kabid Pemasaran Pariwisata Disbudpar
Aceh, Rahmadhani, menyebutkan, satu tim famtrip yang terdiri atas blogger dan
pegiat media sosial tersebut diketuai Khairul Mubaraq pemilik akun Instagram
Wisata Aceh (@wisataaceh), yang dibantu Yudi Randa (HikayatBanda.com), Makmur
Dimila (Safariku.com), Fakhrizan Joely (Wisataaceh.net) dan Zulfan Helmi
(Zlvn.net).
“Mereka akan mengeksplorasi beberapa
potensi destinasi wisata halal di wilayah Barat-Selatan Aceh, mulai dari Aceh
Jaya sampai ke Pulau Banyak, Aceh Singkil. Wilayah Barat-Selatan Aceh dipilih
karena kawasan itu memiliki potensi wisata alam, budaya, religi, dan kuliner
yang layak dijadikan sejumlah titik destinasi wisata halal di Aceh. Di samping
selama ini, kawasan itu jarang tereskpos dalam pemberitaan positif ke dunia
maya padahal memiliki “Cahaya Aceh” yang sangat layak dijual ke wisatawan
mancanegara,” ujarnya.
Sekembali dari trip tersebut, tambah
Rahmadhani, para blogger itu akan mempublikasikan hasil perjalanan mereka
dengan menerapkan digital influencing (pengaruh ekosistem digital) di blog dan
akun sosial media mereka masing-masing.[Rls]