dr. Indra Sugiarno (IST) |
JAKARTA -
Tersangka kasus vaksin palsu, dr. Indra Sugiarno ditahan oleh Bareskrim Polri.
Padahal dokter anak yang bekerja Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur itu
juga memberikan vakisnasi pada anak dan cucunya sendiri.
Berawal ketika terjadi
kelangkaan vaksin pada periode Februari 2016-Juni 2016 seorang medical
representatif dari PBF (Pedagang Besar Farmasi)
yang bonafide menawarkan beberapa
vaksin DPT (Pediacel). Medical representatif tersebut dapat meyakinkannya bahwa
vaksin yang dibeli itu asli. Dr Indra memilih menggunakannya agar segera bisa
memenuhi kebutuhan pasiennya.
Sampai saat ini keluarga
pasien terus berusaha menghubungi dr Indra via telefon, sms, Whatsapp, dan
Facebook karena masih membutuhkan kehadirannya.
Di bawah ini surat dari
Dini Kusdiani, istri yang mencintainya yang dimuat di akun facebook Eva
Sridiana, Rabu (20/7/2016), dan dikutip Bergelora.com di Jakarta.
Bismilahirahmanirahim
Assalamualaikum
wr wb.
Pertama-tama
sebagai istri, saya atas nama keluarga, sekali lagi, ingin mengucapkan rasa
prihatin dan duka cita yang mendalam atas musibah besar yang terjadi pada kita
semua. Yang menyangkut harga diri, profesi, dan yang paling utama adalah pada anak-anak,
bayi, dan balita di Indonesia terutama yang terindikasi terkena vaksin palsu.
Terkait
banyaknya pertanyaan dari pasien2 Dr Indra, di sini sebagai keluarga saya ingin
kembali menyampaikan, bahwa Dr Indra tidak pernah bermaksud untuk melukai pasien-pasiennya.
Karena sesuai dengan apa yang diyakininya dan kematangan pribadi yang sudah
melewati begitu banyak gelombang hidup, Dr Indra punya komitmen dan visi bahwa
uang bukanlah segalanya.
Sebagai
dokter anak, bagi Dr Indra dan keluarganya. Penghasilan dari jasa praktek
dokter, jasa rawat inap, dan jasa tindakan sudah lebih dari cukup untuk
membiayai hidup sehari-hari.
Sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu sebagai dokter anak yang telah
menjalani Fellowship Perinatolog FKUI RSCM, terkadang mengharuskannya pergi
jauh ke pelosok sebagai konsultan yang dikoordinir oleh Kementrian Kesehatan
(Direktorat Kesehatan Anak) bersama UNICEF dan WHO dalam kaitannya dengan
kesehatan bayi baru lahir. Concern beliau terhadap bayi dan anak-anak
Indonesia, membuat beliau sampai rela kehilangan jasa praktek dokternya
dikarenakan harus menjadi konsultan di daerah pelosok tersebut selama 5-7 hari.
Rasa
cinta beliau terhadap bayi-bayi di Indonesia, disalurkan ketika beliau menjabat
sebagai Sekertaris UKK Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selama
2 periode. Dan beberapa waktu sebelumnya, pernah menjabat sebagai Ketua Satgas
Perlindungan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang
sangat concern terhadap pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh kembang optimal
anak.
Dalam
hubungannya dengan posisi beliau sebagai staf forensik FKUI RSCM, beliau
menaruh perhatian besar terhadap perlindungan anak dari kekerasan dan
kejahatan. Dr Indra juga sering diundang banyak forum baik nasional maupun internasional
dalam kaitannya dengan pengetahuan beliau tentang ilmu kesehatan anak. Bahkan
selama beberapa tahun, beliau menjadi relawan yang berpraktek dokter spesialis
anak di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa melayani pasien-pasien yang
tidak mampu.
Dari
latar belakang yang saya sampaikan tersebut, saya sebagai istri hanya ingin
menggambarkan bahwa komitmen hidup dan visi beliau adalah menggunakan segala
potensi yang dimilikinya untuk menjadi seorang yang berdaya guna untuk bangsa
ini. Dengan segala kiprah beliau di bidang ilmu kesehatan anak tersebut, beliau
ingin anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang
tumbuh sehat, cerdas, dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.
Oleh
karena itu, tuduhan terhadap keterlibatan Dr Indra di dalam kasus vaksin palsu,
apalagi sebagai pengedar sangat jauh dari bayangan kami semua terutama Dr Indra
pribadi dan keluarganya. Hal itu bagi
kami sekeluarganya dan Dr Indra sendiri memandangnya sebagai suatu fitnah yang
keji karena jelas bertentangan dengan visi dan misi keluarga kami. Tidak pernah
sedikit pun terlintas niat jahat untuk melukai pasien-pasien beliau yang amat
sangat dicintainya.
Terkait
perkara kasus vaksin palsu yang kini menimpanya, Dr Indra dan keluarganya
meyakini bahwa beliau tidak punya itikad atau niat untuk terlibat. Lebih
dikarenakan dorongan dan rasa cinta beliau untuk memenuhi kebutuhan
pasien-pasiennya akan vaksin yang mengalami kelangkaan selama hampir 9 bulan
sampai pertengahan Juni 2016 kemarin, beliau mengupayakan apa yang beliau rasa
harus dipenuhi untuk pasien-pasiennya tersebut.
Dibalik
tindakan beliau yang ingin mengupayakan apa yang terbaik untuk
pasien-pasiennya, Dr Indra punya pengalaman. Ketika beliau berpraktek di RS
Sentra Medika Cimanggis. Ada bayi yang mengalami radang paru paru berat karena
pertusis sehingga harus dirawat di ruang ICU anak karena belum mendapat imunisasi DPT.
Sehingga
pada saat seorang medical representatif dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang bonafide menawarkan beberapa vaksin DPT (Pediacel) di periode
Februari 2016-Juni 2016 ketika terjadi kelangkaan, medical representatif
tersebut dapat meyakinkan beliau bahwa vaksin yang dibeli itu asli. Dr Indra
memilih menggunakannya.
Pikiran
dan hati beliau saat ini masih selalu dan akan selalu untuk anak-anak
Indonesia, khususnya pasien-pasien yang saat ini masih banyak mendukung dan
membutuhkannya. Terutama pasien-pasien bayi baru lahir yang bermasalah seperti
bayi dengan berat rendah, lahir dengan kelainan bawaan, dan bayi-bayi yang baru
lahir dengan kondisi bermasalah. Hal itu masih terus menjadi beban pikirannya
sampai detik ini.
Beban
pikirannya bertambah bila mengingat pasien-pasiennya yang beliau khawatirkan
terpapar vaksin yang diduga palsu, termasuk yang disuntikan kepada anak dan
cucu-cucunya. Beliau merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan
pendampingan kepada pasien-pasien tersebut. Karena saat ini beliau sedang
berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri dimana beliau tidak dapat diakses
oleh pasien-pasiennya yang sampai saat ini terus berusaha menghubungi beliau
via telefon, sms, Whatsapp, dan Facebook karena masih membutuhkan
kehadirannya. Namun karena kondisi
beliau, alat komunikasi yang dapat berhubungan dengan pasien dikelola oleh saya
istrinya yang hanya dapat memberikan bantuan moril dan perasaan ingin saling
menguatkan satu sama lain.
Sebenarnya
ketika kasus vaksin palsu mencuat, Dokter Indra langsung menghubungi salah satu
pengurus IDAI untuk melakukan penelitian Survey dengan metoda yang
direkomendasikan WHO (30 by 7) untuk memetakan suatu persoalan di tingkat
nasional. Penelitiaan tersebut bertujuan untuk memetakan imunitas atau
kekebalan bayi terhadap penyakit DPT, agar dapat diusulkan oleh IDAI kepada Kemenkes
dan BPOM untuk menghindari kericuhan secara nasional seperti yang terjadi
sekarang ini. Yang telah menghancurkan perasaan dan nurani kita semua sebagai
bangsa. Dan kami semua jajaran keluarga merasakan bahwa ini bukanlah hanya
sekedar bencana keluarga semata, tapi merupakan bencana nasional yang harus
menjadi keprihatinan kita semua dan dicarikan solusinya bersama-sama.
Akhir
kata saya sebagai istrinya dan juga keluarga besarnya masih meyakini bahwa
beliau adalah aset bangsa ini. Kompetensi dan kemampuan yang dimilikinya masih
sangat dibutuhkan. Regulasi, kebijakan, dan pengawasan yang menjadi tanggung
jawab badan-badan terkait diharapkan mampu membuat aset-aset bangsa seperti
dokter-dokter anak diseluruh Indonesia agar dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan kapasitasnya.
Hikmah
yang didapat dari ini semua menurut Dr Indra adalah bahwa peristiwa ini
merupakan suatu ujian yang memang harus dilewatinya yang dapat meningkatkan
derajat beliau pribadi menjadi manusia yang lebih mulia.
Mohon
doa agar kita semua selalu diberikan kekuatan dan perlindungan Allah SWT.
Dini
Kusdiani
Menanggapi kriminalisasi
pada petugas kesehatan Pengurus Nasional Dewan Kesehatan Rakyat (DKR), Roy
Pangharapan mengharapkan agar pihak Polri tidak menutupi keterlibatan perusahaan
obat Pfizer, milik Amerika Serikat dengan mengorbankan dokter Indonesia.
“Jenderal Tito harus
berani memeriksa perusahaan obat yang pegawainya terlibat menawar-nawarkan
vaksin palsu kepada para dokter. Karena dokterpun tidak tahu kalau itu vaksin
palsu,” ujarnya.[Bergelora.com]