-->

Terkait Bidan PTT "Sapi Perah" Nama Pelaku Semakin Terendus

14 Juni, 2016, 18.14 WIB Last Updated 2016-06-14T11:15:59Z
IST
KUTACANE - Terkait dugaan Bidan PTT dijadikan "Sapi perah", kini sejumlah nama yang diduga sebagai  eksekutor semakin terendus. Nama mereka yang disebut pun diketahui berasal dari jajaran Dinkes Aceh Tenggara. Hal itu disampaikan oleh salah seorang bidan yang minta dirahasiakan identitasnya kepada Lintasatjeh.com, Senin (13/6/2016).

Menurut sumber, sebut saja Bunga, untuk para bidan yang bertugas di daerah Lawe Sigala dan sekitarnya, mereka dikoordinir untuk agenda pengumpulan "Uang Pelicin" yang akan diberikan ke dr. J Naibaho. Dr. J Naibaho sendiri diketahui terakhir menjabat sebagai Kepala Puskesmas Lawe Perbunga, Aceh Tenggara.


Selain nama tersebut, nama oknum PNS Dinkes Agara lainnya pun mencuat, yaitu Leli. Masih menurut sumber, Leli disebut turut mengumpulkan "Uang Pelicin" dari para bidan PTT yang hendak mengikuti CPNS Kemenkes itu. Angka yang diminta pun tak berbeda, dipatok Rp 80 juta per bidan.

Kondisi itu membuat para bidan berkumpul, lanjut sumber, mereka akhirnya merapatkan barisan ke organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia atau IBI. Berkumpulnya mereka guna mencari solusi untuk terlepas dari "Ganasnya Sanksi Kekuasaan" yang sedang menggerogoti mereka.

Alhasil, dari perkumpulan itu lahirlah sebuah keputusan bersama untuk menolak "Sangsi Kekuasaan" yang menggigit mereka hingga Rp 80 juta per orang itu. Namun, menurut sumber, sebahagian mereka sudah terlanjur ketakutan dengan intimidasi "Sangsi Kekuasaan" tersebut.

Mereka yang terlanjur takut itu berjumlah sekitar 10 orang. Ke 10 orang mereka ini malah memisahkan diri dari barisan IBI. Akibatnya, masih menurut sumber, mereka telah menyerahkan uang sebesar Rp 80 juta kepada oknum-oknum tersebut. Bahkan sebagian mereka berkumpul di Klinik dr. Ramulya, SPOG untuk pelaksanaan ekskusinya.

"Ada sepuluh orang yang tidak mau berkumpul. Mereka takut sama orang itu karena sering didatangi. Mereka sudah bayar 80 juta. Dengar-dengar sebagian mereka kumpul di Kilinik Ramulya waktu penyerahan," kata sumber terpercaya itu.

Menindaklanjuti informasi tersebut, dr. J Naibaho belum berhasil dikonfirmasi hingga berita ini diterbitkan. Begitu juga halnya dengan Leli, oknum PNS yang diketahui bertugas di jajaran Dinkes Agara ini belum juga bisa dikonfirmasi.

dr. Ramulya, SPOG merupakan Kadis Kesehatan Aceh Tenggara yang sudah menjabat sejak lama. Sejumlah nama-nama oknum PNS, dan dokter yang diduga terlibat sebagai eksutor lapangan tersebut diketahui mempunyai kedekatan dengan dr. Ramulya, SPOG.


Anehnya, dr. Ramulya, SPOG sendiri ketika dikonfirmasi sesaat setelah keluar dari ruang rapat DPRK Agara ketika sidang LKPJ Bupati, membantah keterlibatannya. Ia mengaku tidak tahu menahu  terkait pungli itu. Senada, Alfansyah, SE, Sekretaris Dinkes Agara ketika dikonfirmasi via seluler sebelumnya juga mengaku tidak tahu tentang hal itu.

Informasi yang tersiar dari pemberitaan sebelumnya telah disampaikan ke Edi Dikdaya, SH, MSi selaku Kepala Kejaksaan Negeri Kutacane. Melalui selluler, Edi mengaku sudah menyampaikan ke bawahannya di bagian Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus). "Sudah saya kirimkan ke Kasi Pidsus mas, konfirmasi ke dia aja," kata Edi melalui selulernya.

Mantan Kapolres Aceh Tenggara AKBP Eko Wahyudi, SIK sesaat sebelum kepindahannya ke Aceh Tengah juga telah disampaikan link berita sebelumnya melaui pesan singkat. Namun hingga kini belum dikonfirmasi kelanjutannya. Begitu juga halnya dengan Kanit Tipikor Polres Aceh Tenggara, Bripka Irfan. Link berita sebelumnya sudah dikirim melalui pesan singkat.[SA]
Komentar

Tampilkan

Terkini