IST |
BANDUNG - Seorang anggota
Kopassus meregang nyawa di Jalan Rajawali, Kota Bandung dua pekan lalu.
Sekelompok anak muda yang diduga pentolan geng motor terduga kuat sebagai
pelaku penusukan sang anggota. Tak ayal, kabar itu menjadi heboh secara
nasional. Menteri pertahanan Ryamirzad pun menyerukan perang kepada geng motor.
Dan yang menjadi sorotan utama tentu keempat klub motor di Kota Bandung yakni
XTC, Brigez, Moonriker dan GBR. Mereka terkenal kejam dan sadis di masa lalu.
Melongok ke
kejadian-kejadian silam, keempat klub motor ini memang tercatat sebagai geng
motor. Ulah mereka kerap meresahkan masyarakat umum. Bahkan tindak kriminalitas
di Kota Bandung dan wilayah lainnya identik dengan nama mereka. Tak mau
disalahkan, Excalt to Creativity (XTC) Kota Bandung langsung sigap. Mereka lalu
menghubungi Polrestabes dan bersedia membantu mencari pelaku. Secara internal,
para pengurus langsung menghubungi setiap wilayah hingga ke ranting-ranting.
Tujuannya hanya satu yakni mengidentifikasi pelaku.
"Yang saya dengar ada
tentara yang mau pulang ke baraknya, ada yang mencegat di wilayah Rajawali lalu
ada kejadian itu. Saya tidak tahu persisnya dan kita sudah omong dengan Polisi.
Setelah kejadian itu, 24 jam kita koordinasi dengan Polrestabes, kita
identifikasi itu siapa dan kita cari tahu. Sampai di wilayah juga tahu, karena
di wilayah bisa ada anggota tetapi tidak terdaftar," ujar Ketua XTC Kota
Bandung M. Dicky Fauzia Rahman saat berbicang dengan merdeka.com, Kamis pekan
lalu.
Setelah kejadian, tuduhan
dan praduga memang diarahkan ke empat klub motor. Namun, kata Dicky hal ini
sangat disayangkan sebab hal itu bisa membawa ketakutan bagi masyarakat Kota
Bandung. Hal yang sama, efeknya pun pada keempat klub yang bisa saling tuduh
sejauh polisi belum mengungkap pelaku yang sebenarnya.
"Ya, (tuduhan) langsung
mengarah ke empat klub ini. Tapi misalkan pelaku belum ditangkap ya tidak bisa
dituduhkan ke salah satu, nanti malah saling tuduh. Tapi kita sudah membantu
polisi karena isunya terlalu besar. Malah isu ini terlalu besar daripada
informasi yang sebenarnya," kata dia.
"Itu kan anggota
dengan jumlah 20 motor atau lebih, gak jelas mereka dari mana. Apakah dia aktif
dari kelompok mana kita juga gak tahu. Kalau misalnya itu anggota mana dan kita
nutup-nutupi boleh seperti itu. Boleh misalnya itu anggota XTC dan kita
nutup-nutupi. Sekarang kan identitasnya gak jelas tapi judgenya geng motor lalu
berantas semua," sambung dia.
Kekecewaan Dicky nampak
jelas terlihat dari sorot matanya. Di satu sisi, sebagai pengurus dia sadar
peristiwa itu bakal berdampak bagi nama XTC oleh citra buruk yang sudah
terlanjur tanam di benak masyarakat. Hanya ketika polisi belum mengungkap
pelaku maka cap dan tuduhan tetap dialamatkan kepada mereka.
"Fenomena ini sudah
dua kali ke kita, tahun 2013 misalnya ada kasus penusukan tentara dan pelaku
tidak tahu sampai sekarang. Dan tuduhannya sama ke geng motor. Keluar foto-foto
BAP lama. Nah sekarang, mungkin 4 orang pelaku dan kelompok lebih dari 40 orang
malah belum ditemukan. Yang itu tidak terungkap sekarang juga belum terungkap.
Resiko sih kita karena jumlah banyak dan punya sejarah di masa lalu,"
Sejauh pelaku belum
diungkap, Dicky berharap agar kepolisian profesional dan tak sekedar mengumbar
isu menakutkan masyarakat. Menurut dia, pelaku bisa saja mengatasnamakan
keempat klub sebenarnya bukan anggota resmi. "Terlalu ditakuti, masyarakat
juga seperti itu. Sebelum pelaku ditangkap imbasnya ke empat ini dan meski kita
lakukan kegiatan positif juga ya rada takut karena capnya kan geng motor,"
lanjut dia.
XTC, sebagaimana klub
motor lainnya, kata Dikcy bersiap membantu polisi dan TNI untuk menemukan
pelaku. Pintu markas XTC di Jl. Ambon, Kota Bandung senantiasa terbuka.
Terbukti, beberapa malam lalu, dua petinggi TNI datang ke markas ini untuk
berkoordinasi. Soal praduga dan tuduhan masyarakat, lanjut dia tidak bisa
disalahkan. Dia mengatakan semua pengurus akan berusaha memulihkan citra kelam
di masa lalu.[Merdeka.com]