-->

Kivlan Zein: PKI Bangkit Sejak 2010

02 Juni, 2016, 15.05 WIB Last Updated 2016-06-02T08:06:54Z
IST
JAKARTA - Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen menyebut bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) sesungguhnya telah bangkit sejak 2010. Namun, kemunculannya, kata Kivlan, bergantung pada Presiden Joko Widodo.

Isu kebangkitan PKI belakangan santer terdengar bersamaan dengan maraknya kemunculan atribut-atribut berbau komunis.

"Tergantung Jokowi. Kalau minta maaf 17 Agustus nanti, ya (PKI) muncul," ujar Kivlan saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (2/6/2016).

"Makanya Jokowi jangan minta maaf. Kalau minta maaf ya kita nyatakan dia bukan Presiden. Kita tumbangkan. Berarti kita perang sama Jokowi," sambung dia.

Adapun mengenai sosok Wahyu Setiaji yang sebelumnya ia sebut sebagai pimpinan PKI, kata dia, adalah anak dari Wakil Ketua CC PKI Lukman Njoto atau Nyoto. Wahyu disebut memiliki pengaruh kuat untuk menarik orang karena tak lepas dari pengaruh ayahnya.

"Anak-anak keturunan dia (Nyoto) sudah bersatu. Mereka kongres di Ngabrak (Magelang), Agustus 2010 membuat AD/ART baru," kata Kivlan.

Metode yang digunakan untuk menarik massa bergabung, lanjut dia, adalah Metode Kerja Tiga Bentuk Perjuangan (MK TBP) yang mampu menyentuh kalangan petani, buruh, ABRI, TNI, Polri, hingga pengawai negeri. Metode tersebut sama dengan yang digunakan DN Aidit.

"Kemudian agitasi propaganda, fitnah, teror, dia punya program untuk merebut kekuasaan," sambungnya.

Kivlan mengklaim, informasi tersebut didapatkan dari jaringannya di lapangan yang juga ikut masuk ke dalam kongres. Mereka turut mendapatkan buku pedoman kerja serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Kivlan menyebut, mereka juga telah melaksanakan kongres di sejumlah daerah seperti Magelang, Salatiga, Sukabumi, hingga Banyuwangi.

"Yang terakhir mereka mau kongres Agustus lalu di Salatiga di salah satu universitas. Diminta jangan kongres, pindah ke Magelang di daerah Kopeng. Saya sendiri ngejar, kok. Bubar," paparnya.

Kivlan menyebutkan, basis PKI baru tersebut selain ada di Jakarta, juga ada di Malang dan Salatiga.

Adapun titik basis di Jakarta, kata dia, berada di salah satu kampus negeri bernafas Islam. Namun, ia enggan menyebutkan lebih detail mengenai lokasi tersebut.

"Rektornya juga tahu kok anak-anak Marxis itu belajar Marxis, mereka kembangkan," tutur Kivlan.

Pemerintah dalam berbagai kesempatan sudah menegaskan tidak ada niat untuk meminta maaf terkait peristiwa 1965. [Kompas]
Komentar

Tampilkan

Terkini