BANDA ACEH - Usai berkunjung ke Aceh pada tanggal 11
Juni 2016 lalu,
Ir. Aburizal Bakrie (ARB),
Ketua Dewan Pembina DPP Partai GOLKAR, memilih bertolak kembali ke Jakarta pada
keesokan paginya.
“Sesaat
sebelum beliau berangkat, saya dihubungi secara langsung oleh beliau. Dalam perbincangan kami di
pagi buta itu, beliau memerintahkan saya untuk ikut serta dengannya, satu
pesawat kembali ke ibukota,” kata Muntasir
Hamid kepada LintasAtjeh.com melalui siaran persnya, Rabu (15/6/2016).
“Sudah
Muntasir, kamu langsung ikut saya sekarang, kita kembali ke Jakarta,"
demikian kata Muntasir mengutip perintah ARB.
Saya
pun akhirnya ikut dalam perjalanan itu, mendampingi ARB kembali ke Ibukota Jakarta. Dalam perjalanan yang
kurang lebih selama dua jam tiga puluh menit itu, kami isi dengan
perbincangan-perbincangan yang lebih tepatnya sebagai diskusi. Sesekali saya
berbicara, namun tentu saja kali ini saya lebih banyak memilih sebagai orang
yang menerima pengetahuan secara langsung dari beliau, apalagi dalam kesempatan
yang sangat berkesan seperti ini.
Banyak
wejangan saya terima. Salah satu kalimat yang begitu membekas adalah "Tak
selamanya, kepalan tangan itu akan menyelesaikan permasalahan, karena sampai
kapankah seorang manusia itu sanggup mengepalkan tangannya terus menerus. Suatu
saat tangan itupun akan menjadi sakit dengan sendirinya," demikian kalimat
pertama yang bagi saya terasa sarat makna.
Kalimat
lainnya yang begitu membekas adalah ketika beliau mengatakan, "Sekuat
apapun dirimu, se-digdaya apapun dirimu, apabila kesombongan telah merasuki, maka
saat itulah sebenarnya dia sudah kalah. Maka, kekalahan berikutnya dalam
kompetisi-kompetisi yang lainnya adalah keniscayaan. Jadi, janganlah sombong.
Ternyata
Muntasir Hamid, Politikus Golkar Aceh mendapatkan petuah dan wejangan berharga
selama menemani perjalanan ARB dari Banda Aceh-Jakarta.[Rls]