IST |
Kata
politik rasa-rasanya sudah tidak asing lagi kita dengar sehari-hari, baik di
sekolah, di tempat kuliah, di lingkungan masyarakat, ditelevisi, surat kabar
dan tempat-tempat lainnya. Kata-kata politik sangat erat kaitannya dengan
tokoh-tokoh masyarakat, dengan para penguasa dan para pemimpin serta yang
lainnya.
Anggapan
orang-orang terhadap politik juga sangat bermacam-macam, ada yang mengatakan
politik itu kejam, ada juga yang mengatakan politik itu indah, ada juga yang
mengatakan politik itu tidak kejam akan tetapi orang-orang yang berperan dalam
politik itu sendiri yang membuat politik itu kejam, dan masih banyak lagi
pendapat lainnya.
Menurut
pendapat saya sendiri, politik adalah "Cara seseorang atau kelompok yang
berperan dalam suatu kepentingan untuk menyusun taktik ataupun strategi guna
meningkatkan popularitas untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah
direncanakan," (Marda Ridhovin)
Menurut
para ahli tentunya politik berbeda dengan pendapat saya, dan juga berbeda
dengan pendapat orang lain karena semua orang memiliki pendapat dan pemahaman
yang berbeda-beda. Ini hanya sekilas penjelasan tentang politik sebelum saya
mulai membahas ke topik yang akan saya tuliskan, tentunya mengenai politik
buruk calon pemimpin menjelang pemilu.
Para
calon pemimpin tentunya akan mempersiapkan diri, baik secara materi, mental,
fisik, strategi dan lainnya untuk melawan tandingannya pada saat pemilu tiba,
dan tentunya sebelum pemilu dimulai mereka akan melakukan berbagai macam cara
untuk berkampanye ke seluruh lapisan masyarakat, tak hanya masyarakat kaum
menengah, namun masyarakat ekonomi terburukpun akan mereka lakukan kampanye
untuk mensosialisasikan suara mereka dalam pemilihan melalui tim sukses mereka masing-masing.
Adapun
hal-hal buruk yang dilakukan oleh sebagian calon pemimpin melalui kaki
tangannya untuk dapat memenangkan suaranya dari pemilihan yang dilakukan oleh
masyarakat di antaranya adalah:
(1).
Memberi sogokan berupa uang kepada masyarakat dengan jumlah yang bisa dijangkau
yang dilakukan oleh tim suksesnya.
(2).
Memberi sogokan baju kaus atau semacamnya yang bertulisan nama partai, gambar
atau foto calon pemimpin serta nama calon pemimpin dari partai tersebut dengan
alasan sogokan tersebut adalah bentuk kampanye dari partai untuk memenangkan
calonnya.
(3).
Memberi sogokan beberapa macam jenis SEMBAKO untuk kebutuhan masyarakat
sekaligus mengingatkan untuk memilih calon pemimpin dari golongan partai yang
sedang dikampanyekan oleh tim suksesnya.
(4).
Melakukan kunjungan dan silaturrahmi door to door ke rumah warga sambil
memperkenalkan diri, asal usul dan lain-lain semacamnya, dengan tujuan agar
dirinya dikenal dan hal ini biasanya dilakukan langsung oleh calon pemimpin
yang didampingi tim suksesnya sambil berkampanye.
(5).
Duduk dan singgah di warung-warung nasi dan warung kopi atau semacamnya 'sambil
berlari merayu cewek' biasanya setelah makan minum sebagian dari calon pemimpin
akan membayar semua atau sebagian orang-orang yang sedang makan dan minum
ditempat yang sama dengan tujuan agar dirinya dikenal dan sekaligus tim
suksesnya akan berkampanye dengan membagi-bagikan kartu atau gambar calon
pemimpin tersebut untuk dipilih dari partai mereka pada saat pemilihan tiba.
(6).
Memberi sogokan berupa sumbangan kepada orang-orang di sekitarnya yang sedang
membutuhkan sumbangan atau untuk acara-acara tertentu yang ada di sekitar
sambil memperkenalkan diri kepada masyarakat yang belum mengenalnya.
(7).
Melakukan hal-hal yang melanggar hukum seperti membunuh, merugikan salah satu
pihak atau lebih dari pihak lawannya karena sesuatu hal yang dianggap menjadi
masalah dalam kampanye yang dilakukan oleh calon pemimpin dari partai yang
bersangkutan.
Ini
merupakan beberapa item saja yang sering kita lihat dan kita ketahui walaupun
sebenarnya masih banyak lagi yang dilakukan oleh calon-calon pemimpin bersama
tim suksesnya disaat menjelang pemilu dan tentunya pada masa-masa kampanye.
Hal
ini tidak terjadi dan selesai begitu saja karena pada akhirnya ketika calon
pemimpin yang melakukan poin-poin seperti diatas maka pada saat calon pemimpin
tersebut terpilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) maka efek sampingnya pun akan
timbul, efek samping yang biasanya akan timbul itu di antaranya :
(1).
Mengambil kembali uang atau modal yang sudah dia keluarkan sebelumnya selama
berkampanye seperti uang pembuatan baliho, kartu calon pemimpin, uang sogokan
yang diberikan ke rakyat dan lain-lainnya hingga menghabiskan puluhan juta
bahkan mungkin sampai ratusan juta, ke semua uang tersebut yang sudah
dikeluarkan untuk biaya selama kampanye akan diambilnya kembali dari uang
rakyat dengan kata lain melakukan korupsi, money loundry (pencucian uang), dan
lain-lain sejenisnya.
(2).
Tidak lagi melakukan hal-hal yang seperti pada masa-masa di mana saat dia
berkampanye seperti melakukan silaturrahmi, memberikan uang kepada masyarakat,
membagikan sembako, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.
(3).
Tidak memberikan lagi sumbangan pada saat-saat acara tertentu seperti pada saat
menjelang pemilu.
(4).
Tidak lagi mau membayar orang-orang yang sedang duduk makan ataupun minum di
warung atau sejenisnya ketika mereka makan ditempat yang sama.
(5).
Poin-poin yang ada di atas kecuali pada poin nomor tujuh hanya akan dilakukan
jika ada agenda yang dibuat oleh para pembuat agenda dan bukan lagi dilakukan
karena keinginannya sendiri, hal yang paling buruk jika selama masa jabatannya
tidak memiliki agenda maka dia hanya akan duduk santai dan melakukan tour
keluar daerah bahkan sampai keluar negeri dengan uang rakyat yang seharusnya
bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
(6).
Pada poin ke enam ini akan terdengar sangat aneh karena saya mengutip sebuah
kalimat dari salah seorang ketua geng yang bernama
Marco disebuah film yang berjudul District 13 : Ultimatum yang
katanya Pemerintah tidak akan pernah menepati janji, bahkan akan sangat aneh
jika mereka menepatinya. Jadi, jangan pernah percaya dengan janji-janji calon
pemimpin tapi lihatlah bagaimana hasilnya kelak.
Jika
tadinya ada calon pemimpin yang terpilih pastinya ada juga calon pemimpin yang
tidak terpilih karena hal ini sudah menjadi mutlak dimana jika ada yang menang
sudah pasti ada yang kalah, lalu apa yang terjadi ketika calon pemimpin itu
kalah dalam pemilihan?
Inilah
biasanya yang sering terjadi bagi sebagian para calon pemimpin yang kalah dalam
pemilihan :
(1).
Kecewa dan putus asa karena sudah banyak uang yang dihabiskan pada saat
kampanye tapi tidak ada hasilnya (tidak menang dalam pemilihan)
(2).
Mengalami depresi yang berkepanjang karena orang lain yang terpilih menjadi
pemimpin yang baru
(1).
Tidak jarang juga bagi sebagian calon pemimpin yang kalah dalam pemilu ini
menjadi gila karena setelah melakukan hal-hal buruk seperti ke tujuh poin di
atas agar dirinya terpilih menjadi pemenang tapi justru tidak mendapatkan
apa-apa dan ditambah lagi tidak ikhlas menerima kekalahan hingga akhirnya
berujung kepada ketidak stabilan hormone testosteron, fisik melemah, pikiran
mulai kacau, akal mulai tidak sehat, hingga akhirnya dokter RSJ memutuskan
dirinya harus menjadi salah satu pasien mereka yang harus dirawat secara
intensif.
Untuk
itu, saya tidak hanya menjelaskan tentang politik buruk calon pemimpin saat
pemilu tapi saya juga memiliki sedikit saran untuk memilih calon pemimpin pada
saat menjelang pemilu.
Berikut
saran-saran yang dapat saya berikan :
(1).
Pilihlah calon pemimpin yang berasal dari keluarga orang miskin yang hidupnya
sudah banyak mengalami cobaan dalam setiap kesusahan, penderitaan, pahitnya
hidup dan sulitnya menjadi orang susah karena pemimpin yang seperti ini
biasanya akan lebih mensejahterakan rakyat karena dirinya sudah mengetahui
bagaimana kehidupan orang susah atau menjadi masyarakat miskin.
(2).
Pilihlah calon pemimpin yang sudah lama dikenal baik oleh banyak masyarakat dan
namanya juga sering disebut-sebutkan karena kebaikan-kebaikan yang dilakukannya
sebelum dia menjadi calon pemimpin. Calon pemimpin yang seperti ini biasanya
akan terus berpikir dan berusaha untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik untuk
mensejahterakan rakyatnya dan tidak akan melakukan hal-hal yang dibenci oleh
rakyat.
(3).
Pilihlah calon pemimpin dari keluarga baik-baik karena calon pemimpin yang
seperti ini biasanya hati nuraninya juga sudah dipenuhi oleh kebaikan-kebaikan
dari sejak kecil karena selalu mendapat pesan dan nasehat yang baik-baik oleh
keluarganya hingga ketika dirinya menjadi pemimpin maka dia akan sulit berbuat
sesuatu yang dapat merugikan orang lain atau rakyatnya.
Walaupun
ini saran tapi semuanya juga tergantung kepada si pemimpin yang terpilih untuk
memimpin rakyatnya karena kita hanya manusia yang mudah tergoda dengan sesuatu
jika iman kita sudah mulai goyah.
Jadi,
dari semua poin-poin yang saya uraikan itu hanya beberapa poin saja dari banyak
poin-poin lainnya dengan tujuan agar kita semua dapat memahami tentang
bagaimana cara kita memilih pemimpin yang baik dan akan bertanggung jawab serta
amanah kepada rakyatnya untuk terus melakukan perubahan-perubahan yang lebih
baik serta makin lebih baik dan tidak hanya mengobral janji tapi juga
memberikan lebih dari bukti.
Semoga
artikel bermanfaat bagi kita semua, Amiin.[HayalanNews]