-->

Waspadalah 'Politik Buruk' Calon Pemimpin Menjelang Pemilu

08 Mei, 2016, 23.34 WIB Last Updated 2016-05-08T16:34:58Z
IST
Kata politik rasa-rasanya sudah tidak asing lagi kita dengar sehari-hari, baik di sekolah, di tempat kuliah, di lingkungan masyarakat, ditelevisi, surat kabar dan tempat-tempat lainnya. Kata-kata politik sangat erat kaitannya dengan tokoh-tokoh masyarakat, dengan para penguasa dan para pemimpin serta yang lainnya.

Anggapan orang-orang terhadap politik juga sangat bermacam-macam, ada yang mengatakan politik itu kejam, ada juga yang mengatakan politik itu indah, ada juga yang mengatakan politik itu tidak kejam akan tetapi orang-orang yang berperan dalam politik itu sendiri yang membuat politik itu kejam, dan masih banyak lagi pendapat lainnya.

Menurut pendapat saya sendiri, politik adalah "Cara seseorang atau kelompok yang berperan dalam suatu kepentingan untuk menyusun taktik ataupun strategi guna meningkatkan popularitas untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah direncanakan," (Marda Ridhovin)

Menurut para ahli tentunya politik berbeda dengan pendapat saya, dan juga berbeda dengan pendapat orang lain karena semua orang memiliki pendapat dan pemahaman yang berbeda-beda. Ini hanya sekilas penjelasan tentang politik sebelum saya mulai membahas ke topik yang akan saya tuliskan, tentunya mengenai politik buruk calon pemimpin menjelang pemilu.

Para calon pemimpin tentunya akan mempersiapkan diri, baik secara materi, mental, fisik, strategi dan lainnya untuk melawan tandingannya pada saat pemilu tiba, dan tentunya sebelum pemilu dimulai mereka akan melakukan berbagai macam cara untuk berkampanye ke seluruh lapisan masyarakat, tak hanya masyarakat kaum menengah, namun masyarakat ekonomi terburukpun akan mereka lakukan kampanye untuk mensosialisasikan suara mereka dalam pemilihan melalui tim sukses mereka masing-masing.

Adapun hal-hal buruk yang dilakukan oleh sebagian calon pemimpin melalui kaki tangannya untuk dapat memenangkan suaranya dari pemilihan yang dilakukan oleh masyarakat di antaranya adalah:

(1). Memberi sogokan berupa uang kepada masyarakat dengan jumlah yang bisa dijangkau yang dilakukan oleh tim suksesnya.

(2). Memberi sogokan baju kaus atau semacamnya yang bertulisan nama partai, gambar atau foto calon pemimpin serta nama calon pemimpin dari partai tersebut dengan alasan sogokan tersebut adalah bentuk kampanye dari partai untuk memenangkan calonnya.

(3). Memberi sogokan beberapa macam jenis SEMBAKO untuk kebutuhan masyarakat sekaligus mengingatkan untuk memilih calon pemimpin dari golongan partai yang sedang dikampanyekan oleh tim suksesnya.

(4). Melakukan kunjungan dan silaturrahmi door to door ke rumah warga sambil memperkenalkan diri, asal usul dan lain-lain semacamnya, dengan tujuan agar dirinya dikenal dan hal ini biasanya dilakukan langsung oleh calon pemimpin yang didampingi tim suksesnya sambil berkampanye.

(5). Duduk dan singgah di warung-warung nasi dan warung kopi atau semacamnya 'sambil berlari merayu cewek' biasanya setelah makan minum sebagian dari calon pemimpin akan membayar semua atau sebagian orang-orang yang sedang makan dan minum ditempat yang sama dengan tujuan agar dirinya dikenal dan sekaligus tim suksesnya akan berkampanye dengan membagi-bagikan kartu atau gambar calon pemimpin tersebut untuk dipilih dari partai mereka pada saat pemilihan tiba.

(6). Memberi sogokan berupa sumbangan kepada orang-orang di sekitarnya yang sedang membutuhkan sumbangan atau untuk acara-acara tertentu yang ada di sekitar sambil memperkenalkan diri kepada masyarakat yang belum mengenalnya.

(7). Melakukan hal-hal yang melanggar hukum seperti membunuh, merugikan salah satu pihak atau lebih dari pihak lawannya karena sesuatu hal yang dianggap menjadi masalah dalam kampanye yang dilakukan oleh calon pemimpin dari partai yang bersangkutan.

Ini merupakan beberapa item saja yang sering kita lihat dan kita ketahui walaupun sebenarnya masih banyak lagi yang dilakukan oleh calon-calon pemimpin bersama tim suksesnya disaat menjelang pemilu dan tentunya pada masa-masa kampanye.

Hal ini tidak terjadi dan selesai begitu saja karena pada akhirnya ketika calon pemimpin yang melakukan poin-poin seperti diatas maka pada saat calon pemimpin tersebut terpilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) maka efek sampingnya pun akan timbul, efek samping yang biasanya akan timbul itu di antaranya :

(1). Mengambil kembali uang atau modal yang sudah dia keluarkan sebelumnya selama berkampanye seperti uang pembuatan baliho, kartu calon pemimpin, uang sogokan yang diberikan ke rakyat dan lain-lainnya hingga menghabiskan puluhan juta bahkan mungkin sampai ratusan juta, ke semua uang tersebut yang sudah dikeluarkan untuk biaya selama kampanye akan diambilnya kembali dari uang rakyat dengan kata lain melakukan korupsi, money loundry (pencucian uang), dan lain-lain sejenisnya.

(2). Tidak lagi melakukan hal-hal yang seperti pada masa-masa di mana saat dia berkampanye seperti melakukan silaturrahmi, memberikan uang kepada masyarakat, membagikan sembako, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.

(3). Tidak memberikan lagi sumbangan pada saat-saat acara tertentu seperti pada saat menjelang pemilu.

(4). Tidak lagi mau membayar orang-orang yang sedang duduk makan ataupun minum di warung atau sejenisnya ketika mereka makan ditempat yang sama.

(5). Poin-poin yang ada di atas kecuali pada poin nomor tujuh hanya akan dilakukan jika ada agenda yang dibuat oleh para pembuat agenda dan bukan lagi dilakukan karena keinginannya sendiri, hal yang paling buruk jika selama masa jabatannya tidak memiliki agenda maka dia hanya akan duduk santai dan melakukan tour keluar daerah bahkan sampai keluar negeri dengan uang rakyat yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.

(6). Pada poin ke enam ini akan terdengar sangat aneh karena saya mengutip sebuah kalimat dari salah seorang ketua geng yang bernama Marco disebuah film yang berjudul District 13 : Ultimatum yang katanya Pemerintah tidak akan pernah menepati janji, bahkan akan sangat aneh jika mereka menepatinya. Jadi, jangan pernah percaya dengan janji-janji calon pemimpin tapi lihatlah bagaimana hasilnya kelak.

Jika tadinya ada calon pemimpin yang terpilih pastinya ada juga calon pemimpin yang tidak terpilih karena hal ini sudah menjadi mutlak dimana jika ada yang menang sudah pasti ada yang kalah, lalu apa yang terjadi ketika calon pemimpin itu kalah dalam pemilihan?

Inilah biasanya yang sering terjadi bagi sebagian para calon pemimpin yang kalah dalam pemilihan :

(1). Kecewa dan putus asa karena sudah banyak uang yang dihabiskan pada saat kampanye tapi tidak ada hasilnya (tidak menang dalam pemilihan)

(2). Mengalami depresi yang berkepanjang karena orang lain yang terpilih menjadi pemimpin yang baru

(1). Tidak jarang juga bagi sebagian calon pemimpin yang kalah dalam pemilu ini menjadi gila karena setelah melakukan hal-hal buruk seperti ke tujuh poin di atas agar dirinya terpilih menjadi pemenang tapi justru tidak mendapatkan apa-apa dan ditambah lagi tidak ikhlas menerima kekalahan hingga akhirnya berujung kepada ketidak stabilan hormone testosteron, fisik melemah, pikiran mulai kacau, akal mulai tidak sehat, hingga akhirnya dokter RSJ memutuskan dirinya harus menjadi salah satu pasien mereka yang harus dirawat secara intensif.

Untuk itu, saya tidak hanya menjelaskan tentang politik buruk calon pemimpin saat pemilu tapi saya juga memiliki sedikit saran untuk memilih calon pemimpin pada saat menjelang pemilu.

Berikut saran-saran yang dapat saya berikan :

(1). Pilihlah calon pemimpin yang berasal dari keluarga orang miskin yang hidupnya sudah banyak mengalami cobaan dalam setiap kesusahan, penderitaan, pahitnya hidup dan sulitnya menjadi orang susah karena pemimpin yang seperti ini biasanya akan lebih mensejahterakan rakyat karena dirinya sudah mengetahui bagaimana kehidupan orang susah atau menjadi masyarakat miskin.

(2). Pilihlah calon pemimpin yang sudah lama dikenal baik oleh banyak masyarakat dan namanya juga sering disebut-sebutkan karena kebaikan-kebaikan yang dilakukannya sebelum dia menjadi calon pemimpin. Calon pemimpin yang seperti ini biasanya akan terus berpikir dan berusaha untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik untuk mensejahterakan rakyatnya dan tidak akan melakukan hal-hal yang dibenci oleh rakyat.

(3). Pilihlah calon pemimpin dari keluarga baik-baik karena calon pemimpin yang seperti ini biasanya hati nuraninya juga sudah dipenuhi oleh kebaikan-kebaikan dari sejak kecil karena selalu mendapat pesan dan nasehat yang baik-baik oleh keluarganya hingga ketika dirinya menjadi pemimpin maka dia akan sulit berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang lain atau rakyatnya. 

Walaupun ini saran tapi semuanya juga tergantung kepada si pemimpin yang terpilih untuk memimpin rakyatnya karena kita hanya manusia yang mudah tergoda dengan sesuatu jika iman kita sudah mulai goyah.

Jadi, dari semua poin-poin yang saya uraikan itu hanya beberapa poin saja dari banyak poin-poin lainnya dengan tujuan agar kita semua dapat memahami tentang bagaimana cara kita memilih pemimpin yang baik dan akan bertanggung jawab serta amanah kepada rakyatnya untuk terus melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik serta makin lebih baik dan tidak hanya mengobral janji tapi juga memberikan lebih dari bukti.

Semoga artikel bermanfaat bagi kita semua, Amiin.[HayalanNews]
Komentar

Tampilkan

Terkini