-->

Proyek Jembatan Krueng Cut Lamban, PT. Adhi Karya Bukan Perusahaan 'Cilet-Cilet'

13 Mei, 2016, 12.43 WIB Last Updated 2016-05-13T05:45:07Z
BANDA ACEH - Proyek pembangunan Jembatan Krueng Cut, Baitussalam, Aceh Besar sudah berjalan beberapa bulan masa pengerjaannya, namun sayang hingga saat ini terkesan lamban alias jalan di tempat.

Pantauan LintasAtjeh.com, Minggu (8/5/2016) lalu, terlihat proyek bernilai puluhan milyar yang dimulai pengerjaannya awal bulan November 2015 itu ditargetkan harus selesai dalam waktu 710 hari kerja atau lebih kurang dua tahun.

Proyek dengan nilai kontrak  senilai 71,9 miliar rupiah ini dan bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2015 dan 2016 dan sering disebut kontrak tahun jamak [multiyears-red].

Perluasan Jembatan Krueng Cut itu dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi kemacetan demi kelancaran masyarakat dalam berlalulintas antara Kota Banda Aceh ke Ujong Bate atau sebaliknya.

Perluasan jembatan yang dikerjakan oleh PT (Persero) Adhi Karya selaku pemenang tender atau yang diberi kuasa pengerjaan jembatan Krueng Cut dengan lebarnya 8 (delapan) meter dan panjang 310 meter ini terkesan lamban sehingga menimbulkan sikap apatis pengguna jalan.

“Ya, memang agak lamban, apalagi peralatan dan alat berat sering rusak,” demikian pengakuan seorang pekerja ketika ditanyakan awak LintasAtjeh.com di lokasi pekerjaan.

Anehnya, proyek tersebut ternyata bukan dikerjakan oleh perusahaan lokal dan tak bernama, proyek yang dikelola oleh perusahaan konstruksi milik negara alias BUMN ini nasibnya hampir sama seperti dikerjakan oleh perusahaan ‘cilet-cilet’.

“Ya agak lambat dan mengalami kendala sehingga terkesan belum ada kemajuan,” aku pekerja itu tanpa mau disebut nama dalam pemberitaan ini.

Menurut salah satu karyawan PT. Adhi Karya lainnya mengaku hal serupa, tanpa mau dicatut namanya juga kepada Bongkarnews.com membeberkan banyak persoalan termasuk kesulitan keuangan yang dialami perusahaan plat merah itu.

“Kami (PT. Adhi Karya_red) dan managernya Pak Muliadi, mengalami kesulitan anggaran dan ada beberapa alat berat mengalami kerusakan kerusakan dan itu sering terjadi,” beber karyawan itu membuka tabir.

Bukan soal kerusakan alat kerja dan kesulitan modal, karyawan itu juga membeberkan hal lainnya termasuk soal seringnya manager jarang berada di tempat.

“Bapak manager sering tidak ada di tempat dan sering berada di Jakarta. Kami bisa dikatakan hampir tidak mengenal beliau,” ujar sumber internal itu.

Akibat pimpinan dan penanggungjawab jarang di tempat, membuat semangat pekerja seakan runtuh, dan hasilnya proyek yang tergolong raksasa untuk ukuran Aceh ini jalan di tempat alias loyo.

“Ya sedikitnya agak terganggulah,” katanya ketika ditanyakan efek dari jarangnya manager hadir di lokasi.

Beragam persoalan yang dikoleksi di proyek perluasan jembatan yang pernah dihantam Tsunami ini sedikitnya sangat mempengaruhi pengerjaan jembatan Krueng Cut itu. Seorang masyarakat sekitar lokasi menuturkan, proyek dengan anggaran puluhan miliar itu terkesan dikerjakan suka-suka hati alias ‘semau gue’.

“Kok bisa terjadi kerusakan alat berat, apakah yang dipakai barang rongsokan atau memang suatu trik,” ejek masyarakat yang mengaku bernama Ismail.

Dia berharap, proyek dengan tujuan mengurangi kemacetan jangan sampai justru menimbulkan kemacetan yang lebih parah. “Malah banyak abu beterbangan disebabkan oleh dam truk yang sering bolak balik di Jembatan Krueng cut ini,” ungkap Ismail ini kecewa.[Dw]
Komentar

Tampilkan

Terkini