BANDA ACEH - Proyek pembangunan Jembatan Krueng Cut, Baitussalam, Aceh Besar sudah berjalan
beberapa bulan masa pengerjaannya, namun sayang hingga saat ini terkesan lamban
alias jalan di tempat.
Pantauan LintasAtjeh.com,
Minggu (8/5/2016) lalu, terlihat proyek bernilai puluhan milyar yang dimulai
pengerjaannya awal bulan November 2015 itu ditargetkan harus selesai dalam
waktu 710 hari kerja atau lebih kurang dua tahun.
Proyek dengan nilai
kontrak senilai 71,9 miliar rupiah ini
dan bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2015 dan 2016 dan
sering disebut kontrak tahun jamak [multiyears-red].
Perluasan Jembatan Krueng
Cut itu dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi kemacetan demi kelancaran
masyarakat dalam berlalulintas antara Kota Banda Aceh ke Ujong Bate atau
sebaliknya.
Perluasan jembatan yang
dikerjakan oleh PT (Persero) Adhi Karya selaku pemenang tender atau yang diberi
kuasa pengerjaan jembatan Krueng Cut dengan lebarnya 8 (delapan) meter dan
panjang 310 meter ini terkesan lamban sehingga menimbulkan sikap apatis
pengguna jalan.
“Ya, memang agak lamban,
apalagi peralatan dan alat berat sering rusak,” demikian pengakuan seorang
pekerja ketika ditanyakan awak LintasAtjeh.com di lokasi pekerjaan.
Anehnya, proyek tersebut
ternyata bukan dikerjakan oleh perusahaan lokal dan tak bernama, proyek yang
dikelola oleh perusahaan konstruksi milik negara alias BUMN ini nasibnya hampir
sama seperti dikerjakan oleh perusahaan ‘cilet-cilet’.
“Ya agak lambat dan
mengalami kendala sehingga terkesan belum ada kemajuan,” aku pekerja itu tanpa mau
disebut nama dalam pemberitaan ini.
Menurut salah satu
karyawan PT. Adhi Karya lainnya mengaku hal serupa, tanpa mau dicatut namanya
juga kepada Bongkarnews.com membeberkan banyak persoalan termasuk kesulitan
keuangan yang dialami perusahaan plat merah itu.
“Kami (PT. Adhi Karya_red)
dan managernya Pak Muliadi, mengalami kesulitan anggaran dan ada beberapa alat
berat mengalami kerusakan kerusakan dan itu sering terjadi,” beber karyawan itu
membuka tabir.
Bukan soal kerusakan alat
kerja dan kesulitan modal, karyawan itu juga membeberkan hal lainnya termasuk
soal seringnya manager jarang berada di tempat.
“Bapak manager sering
tidak ada di tempat dan sering berada di Jakarta. Kami bisa dikatakan hampir
tidak mengenal beliau,” ujar sumber internal itu.
Akibat pimpinan dan
penanggungjawab jarang di tempat, membuat semangat pekerja seakan runtuh, dan
hasilnya proyek yang tergolong raksasa untuk ukuran Aceh ini jalan di tempat
alias loyo.
“Ya sedikitnya agak
terganggulah,” katanya ketika ditanyakan efek dari jarangnya manager hadir di
lokasi.
Beragam persoalan yang
dikoleksi di proyek perluasan jembatan yang pernah dihantam Tsunami ini
sedikitnya sangat mempengaruhi pengerjaan jembatan Krueng Cut itu. Seorang
masyarakat sekitar lokasi menuturkan, proyek dengan anggaran puluhan miliar itu
terkesan dikerjakan suka-suka hati alias ‘semau gue’.
“Kok bisa terjadi
kerusakan alat berat, apakah yang dipakai barang rongsokan atau memang suatu
trik,” ejek masyarakat yang mengaku bernama Ismail.
Dia berharap, proyek
dengan tujuan mengurangi kemacetan jangan sampai justru menimbulkan kemacetan
yang lebih parah. “Malah banyak abu beterbangan disebabkan oleh dam truk yang
sering bolak balik di Jembatan Krueng cut ini,” ungkap Ismail ini kecewa.[Dw]