IST |
JAKARTA - Setelah sukses memulangkan sepuluh warga negara Indonesia
(WNI) anak buah kapal (ABK) Brahma 12 dengan selamat, fokus pemerintah kini
tercurah ke nasib empat WNI yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengungkapkan, upaya
pembebasan yang kedua itu dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi)
dengan menelepon Presiden Filipina Benigno Aquino III
Namun, hingga rapat yang berlangsung sejam itu selesai,
hampir seluruh pejabat yang hadir enggan menjelaskan dengan cara apa pembebasan
empat sandera WNI tersebut dilakukan.
Luhut hanya menegaskan bahwa pembebasan sandera murni
dikendalikan pemerintah Indonesia.
Saat melepas 10 WNI yang selamat ke keluarga di kantor
Kemenlu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi
mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sudah mengetahui lokasi penyanderaan
empat WNI itu.
Lokasi tersebut pun saat ini terus dipantau. ''Pemerintah
menggunakan seluruh opsi untuk membebaskan empat WNI. Pemerintah tidak akan
membayar tebusan kepada penyandera. Lokasi empat WNI itu terpantau dari waktu
ke waktu,'' katanya.
Empat WNI yang saat ini masih disekap kelompok Abu Sayyaf
adalah ABK kapal tunda TB Henry dan anak buah kapal Tongkang Cristi.
Mereka adalah Moch. Ariyanto Misnan, warga Taman Narogong
Indah, Rawalumbu, Bekasi; Dede Irfan Hilmi, asal Pangandaran, Jawa Barat;
Samsir, warga Jalan Gajah Mada 21, Kelurahan Karang Anyar Pantai, Tarakan; serta
Loren Marinus Petrus.
Kapal mereka dibajak saat berada dalam perjalanan kembali
dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, 15 April lalu. Sebetulnya, total ada 10
WNI dalam dua kapal tersebut. Namun, saat kelompok bersenjata membajak, terjadi
perlawanan. Satu orang tertembak, lima selamat, dan empat diculik. [JawaPos]