-->

Lewat Pemuda Aceh akan Makmur dengan Sistem Ekonomi Islam

16 Mei, 2016, 22.39 WIB Last Updated 2016-05-16T15:40:13Z
Ekonomi Islam merupakan hak yang setiap insan muslim wajib belajar dan mengamalkannya dalam keseharian dikarnakan ekonomi islam adalah turunan penafsiran poin keimanan dan keislaman umat islam.

Ekonomi Islam sudah lama ada semenjak diangkatnya Rasul Muhammad pada usia 40 tahun (referensi umum) dan terbukti ampuh mengatasi dan memberi solusi dalam penyelesaian masalah kemiskinan dan sebagainya, bisa kita lihat sejarah klasik dunia islam pada masa sultan harun arrasyid di baghdad dan banyak bukti lainnya sebagai bahan penyemangat kita sekarang dalam mendakwahkan ekonomi islam dan ditambah lagi beberapa ayat alquraan tentang janji ALLAH jika kita kembali kejalannya.  

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Annur : 55)

Jelas bahwa ALLAH tidak akan pernah menyianyiakan hambanya yang yang teguh dan yakin akan ajarannya dan janji ALLAH akan kemenangan dan kejayaan itu pasti.

Peranan pemuda/mahasiswa dalam mendakwahkan ekonomi islam cukuplah diharapkan dikarnakan pemuda/mahasiswalah yang lebih dekat dengan masyarakat. Pemuda/mahasiswa sebagai agen dakwak harapan bangsa sudah seharusnya mengimplementasikan titel itu dengan tindakan lewat pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai hal positif.

Aceh memiliki sekitar 91.000 lebih mahasiswa dari 112 perguruan tinggi yang tersebar di 23 kabupaten/kota merupakan aset terbesar  bagi pengembangan ekonomi islam kedepan apalagi beberapa perguruan tinggi juga sudah memiliki jurusan atau fukus keilmuan ekonomi islam misalnya UIN Ar-Raniry yang memilliki sekitar 3000 mahasiswa study ekonomi islam, UNSYIAH, STAI Malikul Shaleh, Al Muslim, Serambi Mekkah, Cot Kala dan lainnya sebagai pusat kajian Ekonomi islam diAceh.

Namun bukanlah hal mudah semudah membalikkan telapak tangan untuk mewujudkan cita-cita ini ditambah lagi dengan berbagai permasalahan sebagai faktor penghambat seperti hegemoni sistem kapitalis yang sudah mendarah daging dimasyarakat kita seakan-akan itulah sistem yang benar juga menyangkut sistem pendidikan yang belum memihak kepada tegaknya syariat islam secara umum dan prioritas pemirantah -yang lemah perhatiannya terhadap ekonomi islam padahal Aceh sudah memeiliki power kuat untuk mengatur diri sendiri lewat otonomi khusus, juga dibarengi oleh kurangnya pemahaman ekonomi islam ditubuh para wakil kita di DPR yang bertugas merumuskan undang-undang, apalagi tingkah lembaga keuangan syriah yang belum benar – benar mau bersyariah dengan bukti lahirnya beberapa lembaga keuangan syariah bahkan secara umum dapat dikatakan bukan atas landasan untuk bersyariah  akan tetapi hanya untuk menjaga stabilitas bank induk supaya nasabah tidak lari ke bank lain akibat dari krisis ekonomi yang melanda dunia. Hilangnya sebagian besar kepercayaan masyarakat terhadap bank konvensional yang pada waktu itu, banyak bank yang bangkrut kemudian bank-bank konvensional ini berinisitif dengan melihat peluang yang ada dan membuka unit-unit syariah untuk menjaga dana nasabah tetap di lemari mereka. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa khususnya bank - bank islam tidak benar-benar menerapkan sistem ekonomi islam dan berakibat pula pada paham masyarakat bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional yang berbeda hanya pada penambahan nama syariahnya saja.

Dari uraian diataslah sebenarnya letak akar dasar hambatan selama ini, ekonomi islam tidak dipandang sebagai poin tafsiran keimanan akan tetapi dipandang sebagai sebuah sistem lama yang lahir kembali dan sedang dalam proses adaptasi bahkan dimanfaatkan sebagai peluang bisnis duniawi saja. Apakah ini harus dibiarkan terus berlangsung menghegemoni masyarakat ? disinilah peran pemuda/mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan keilmuan ekonomi islam sebagai agen perubah. Dengan moto “Masa lalu biarlah berlalu, masa depan milik kita dan generasi selanjutnya” yang wajib kita benahi dan luruskan jika tidak kita akan berdosa.

Pemuda/mahasiswa cerdas harus memberikan solusi bukan caci maki. Memberikan pemahaman tentang sistem ekonomi islam sejak dini adalah solusinya, mulai dari bangku SD dan seterusnya. Lewat berbagai program kegiatan kepemudaan dan atau kemahasiswaan, membuat kelas-kelas non formal, bakti sosial tetang pemahaman ekonomi islam ke sekolah SD, SMP, SMA sederajat sampai ketingkatan masyarakat umum dengan berbagai strategi dan metode yang mampu kita konsepkan jika para konseptor kurikulum pendidikan di Aceh belum sempat memikirkan kearah ini.

Kesimpulannya jika paham dan tindakan ekonomi islam sudah mulai ditanam sejak dini sedikit demi sedikit pola pikir kapitalis akan terkikis dan hilang dengan sendirinya 10 tahun atau 20 tahun kedepan kader-kader yang lahir dari sistem islam khususnya ekonomi islam akan menggantikan para penguasa pembuat aturan dimasa kini yang kapitalis pengusaha, pedagang, petani, nelayan atau pelaku ekonomi masa kini yang kapitalis, kemudian akan melahirkan aturan-aturan baru yang islami pedagang, pengusaha, petani, nelayan pelaku ekonomi baru yang jujur dan kejayaan Aceh akan kembali sebagai mana janji ALLAH akan kemenagan hambanya jika kita kembali kepada jalan yang lurus. Kita manusia hanya ditugaskan berusaha dan berdoa selebihnya DIA lah yang berhak menentukan apa hari ini dan esoknya, namun yang harus kita ingat dan yakini janji sang pencipta itu pasti. Amin.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Oleh: Musafir (Ketua BEM FEBI UIN Ar-Raniry, Anggota PAKAR ACEH)
Komentar

Tampilkan

Terkini