Ekonomi
Islam merupakan hak yang setiap insan muslim wajib belajar dan mengamalkannya
dalam keseharian dikarnakan ekonomi islam adalah turunan penafsiran poin
keimanan dan keislaman umat islam.
Ekonomi
Islam sudah lama ada semenjak diangkatnya Rasul Muhammad pada usia 40 tahun (referensi
umum) dan terbukti ampuh mengatasi dan memberi solusi dalam penyelesaian
masalah kemiskinan dan sebagainya, bisa kita lihat sejarah klasik dunia islam
pada masa sultan harun arrasyid di baghdad dan banyak bukti lainnya sebagai
bahan penyemangat kita sekarang dalam mendakwahkan ekonomi islam dan ditambah
lagi beberapa ayat alquraan tentang janji ALLAH jika kita kembali kejalannya.
Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa
yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik. (Annur : 55)
Jelas
bahwa ALLAH tidak akan pernah menyianyiakan hambanya yang yang teguh dan yakin
akan ajarannya dan janji ALLAH akan kemenangan dan kejayaan itu pasti.
Peranan
pemuda/mahasiswa dalam mendakwahkan ekonomi islam cukuplah diharapkan
dikarnakan pemuda/mahasiswalah yang lebih dekat dengan masyarakat.
Pemuda/mahasiswa sebagai agen dakwak harapan bangsa sudah seharusnya
mengimplementasikan titel itu dengan tindakan lewat pengabdian kepada
masyarakat dalam berbagai hal positif.
Aceh
memiliki sekitar 91.000 lebih mahasiswa dari 112 perguruan tinggi yang tersebar
di 23 kabupaten/kota merupakan aset terbesar bagi pengembangan ekonomi
islam kedepan apalagi beberapa perguruan tinggi juga sudah memiliki jurusan
atau fukus keilmuan ekonomi islam misalnya UIN Ar-Raniry yang memilliki sekitar
3000 mahasiswa study ekonomi islam, UNSYIAH, STAI Malikul Shaleh, Al Muslim,
Serambi Mekkah, Cot Kala dan lainnya sebagai pusat kajian Ekonomi islam diAceh.
Namun
bukanlah hal mudah semudah membalikkan telapak tangan untuk mewujudkan
cita-cita ini ditambah lagi dengan berbagai permasalahan sebagai faktor
penghambat seperti hegemoni sistem kapitalis yang sudah mendarah daging
dimasyarakat kita seakan-akan itulah sistem yang benar juga menyangkut sistem
pendidikan yang belum memihak kepada tegaknya syariat islam secara umum dan
prioritas pemirantah -yang lemah perhatiannya terhadap ekonomi islam padahal
Aceh sudah memeiliki power kuat untuk mengatur diri sendiri lewat otonomi
khusus, juga dibarengi oleh kurangnya pemahaman ekonomi islam ditubuh para
wakil kita di DPR yang bertugas merumuskan undang-undang, apalagi tingkah
lembaga keuangan syriah yang belum benar – benar mau bersyariah
dengan bukti lahirnya beberapa lembaga keuangan syariah bahkan secara umum
dapat dikatakan bukan atas landasan untuk bersyariah akan tetapi hanya
untuk menjaga stabilitas bank induk supaya nasabah tidak lari ke bank lain
akibat dari krisis ekonomi yang melanda dunia. Hilangnya sebagian besar
kepercayaan masyarakat terhadap bank konvensional yang pada waktu itu, banyak
bank yang bangkrut kemudian bank-bank konvensional ini berinisitif dengan
melihat peluang yang ada dan membuka unit-unit syariah untuk menjaga dana
nasabah tetap di lemari mereka. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa khususnya
bank - bank islam tidak benar-benar menerapkan sistem ekonomi islam dan
berakibat pula pada paham masyarakat bahwa bank syariah tidak ada bedanya
dengan bank konvensional yang berbeda hanya pada penambahan nama syariahnya
saja.
Dari
uraian diataslah sebenarnya letak akar dasar hambatan selama ini, ekonomi islam
tidak dipandang sebagai poin tafsiran keimanan akan tetapi dipandang sebagai
sebuah sistem lama yang lahir kembali dan sedang dalam proses adaptasi bahkan
dimanfaatkan sebagai peluang bisnis duniawi saja. Apakah ini harus dibiarkan
terus berlangsung menghegemoni masyarakat ? disinilah peran pemuda/mahasiswa
khususnya mahasiswa jurusan keilmuan ekonomi islam sebagai agen perubah. Dengan
moto “Masa lalu biarlah berlalu, masa depan milik kita dan
generasi selanjutnya” yang wajib kita benahi dan luruskan jika tidak kita
akan berdosa.
Pemuda/mahasiswa
cerdas harus memberikan solusi bukan caci maki. Memberikan pemahaman tentang
sistem ekonomi islam sejak dini adalah solusinya, mulai dari bangku SD dan
seterusnya. Lewat berbagai program kegiatan kepemudaan dan atau kemahasiswaan,
membuat kelas-kelas non formal, bakti sosial tetang pemahaman ekonomi islam ke
sekolah SD, SMP, SMA sederajat sampai ketingkatan masyarakat umum dengan
berbagai strategi dan metode yang mampu kita konsepkan jika para konseptor
kurikulum pendidikan di Aceh belum sempat memikirkan kearah ini.
Kesimpulannya
jika paham dan tindakan ekonomi islam sudah mulai ditanam sejak dini sedikit
demi sedikit pola pikir kapitalis akan terkikis dan hilang dengan sendirinya 10
tahun atau 20 tahun kedepan kader-kader yang lahir dari sistem islam khususnya
ekonomi islam akan menggantikan para penguasa pembuat aturan dimasa kini yang
kapitalis pengusaha, pedagang, petani, nelayan atau pelaku ekonomi masa kini
yang kapitalis, kemudian akan melahirkan aturan-aturan baru yang islami
pedagang, pengusaha, petani, nelayan pelaku ekonomi baru yang jujur dan
kejayaan Aceh akan kembali sebagai mana janji ALLAH akan kemenagan hambanya
jika kita kembali kepada jalan yang lurus. Kita manusia hanya ditugaskan
berusaha dan berdoa selebihnya DIA lah yang berhak menentukan apa hari ini dan
esoknya, namun yang harus kita ingat dan yakini janji sang pencipta itu pasti.
Amin.
Semoga
tulisan ini bermanfaat.
Oleh:
Musafir (Ketua BEM FEBI UIN Ar-Raniry, Anggota PAKAR ACEH)