-->

Kekeringan, Para Petani Ramai-ramai Buat Sumur Bor

02 Mei, 2016, 19.32 WIB Last Updated 2016-05-02T12:32:56Z
PIDIE - Desa Palong adalah sebuah desa yang mayoritas pendududuknya bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian adalah sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk desa Palong.

Maka, demi menyelamatkan puluhan hektar padi yang kini terancam gagal panen karena kekeringan, para petani di desa Palong, kecamtan Glumpang Baroe, Kabupaten Pidie, terpaksa menggali sumur bor tradisional di tengah lahan persawahan sedalam 20 meter lebih.

Bukhari (40), salah seorang petani mengaku dalam beberapa  hari ini menggali sumur secara manual. Dia baru menemukan sumber air di kedalaman 20 meter lebih. Bukhari berharap sumur bor tradisional tersebut kelak akan bisa mengairi sawahnya yang terancam kering karena kekurangan air sejak musim tanam.

Untuk menyedot air dari dalam sumur bor tradisional tersebut, Bukhari harus membeli mesin pompa air yang standart seharga Rp 3 juta itu belum termasuk pipa dan peralatan lainnya.

“Kita berharap sumber air bisa menyelamatkan padi dari ancaman kemarau yang mengakibatkan kekeringan,” harapnya yang ditemui LintasAtjeh.com, Senin (2/5).

Perihal yang sama juga diungkapkan oleh Muntadir, penggunaan sumur bor tradisional untuk mengairi lahan pertanian yang terancam kering akibat kemarau yang melanda Kecamatan Glumpang Baroe. Dalam beberapa hari ini semakin banyak warga yang ingin membangun sumur bor tradisional yang baru di setiap petak lahan pertanian lantaran tidak ada air untuk mengairi lahan pertanian mereka.

“Biasanya desa-desa di pesisir ini juga mengandalkan aliran air dari Sungai Tiro tapi karena kemarau air sungai mulai kering sehingga pembagian jatah air agak sulit mengalir. Penjaga pintu air juga sering buka tutup, sehingga kami terpaksa membuat sumur bor tradisional. Kalau tidak begitu tidak ada air,” ungkapnya.

“Sekarang ini kondisinya makin parah karena padi di sawah sedang membutuhkan air yang banyak," ujarnya.

Sawah petani jauh dari aliran sungai dan aliran irigasi tidak memadai, jadi para petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawahnya. Saat musim kemarau sebagian besar petani di sini ya bisa gagal panen.

Pada awalnya petani di sini hanya menanam tanaman seperti kacang tanah maupun jagung pada saat musim kemarau tiba. Tanaman jagung dan kacang adalah tanaman yang konsumsi airnya tidak begitu banyak. Namun pada saat ini harga padi menurut petani adalah yang paling menjanjikan dan paling setabil. Sehingga meskipun modal yang dikeluarkan sangatlah banyak petani tetap menanam padi pada musim kemarau sambil berharap ada hujan kiriman atau hujan yang terjadi sesekali pada musim kemarau.

Namun para petani tidak memprediksi bahwa kemarau yang akan terjadi pada musim tanam kali ini, kemarau sekalipun dan tetap meanam padi.

Para petani mengharapkan pada Pemkab Pidie dan seluruh instansi terkait agar lebih peduli dan serius terhadap nasib dan keluhan para petani, untuk memikirkan dan memperjuangkan pembangunan saluran irigasi. Karena, setiap musim tanam secara petani selalu kesulitan air. Dampak ini, sering membuat petani mengalami rugi akibat tanaman padi tidak kecukupan air sesuai kebutuhan.  

Sementara luas lahan tanam produktif di desa Palong, Kemukiman Trueng Campli kecamatan Glumpang Baroe, Kabupaten Pidie, yang tercatat 35 hektar Sawah dan 96 haktar tambak. Semua areal sawah di desa itu merupakan lahan tadah hujan.

Hingga sekarang ini, puluhan hektare areal persawahan di Kemukiman Trueng Campli Kecamatan Glumpang Baroe tercatat sebagian besar merupakan lahan tadah hujan. Akibatnya, petani setiap musim tanam selalu tidak mencukupi air ini akan menimbulkan kerugian besar bagi petani. [Rajali]
Komentar

Tampilkan

Terkini