PIDIE - Desa Palong adalah sebuah desa yang mayoritas
pendududuknya bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian adalah sumber mata
pencaharian utama sebagian besar penduduk desa Palong.
Maka,
demi menyelamatkan puluhan hektar padi yang kini terancam gagal panen karena
kekeringan, para petani di desa Palong, kecamtan Glumpang Baroe, Kabupaten
Pidie, terpaksa menggali sumur bor tradisional di tengah lahan persawahan
sedalam 20 meter lebih.
Bukhari
(40), salah seorang petani mengaku dalam beberapa hari ini menggali sumur
secara manual. Dia baru menemukan sumber air di kedalaman 20 meter lebih.
Bukhari berharap sumur bor tradisional tersebut kelak akan bisa mengairi
sawahnya yang terancam kering karena kekurangan air sejak musim tanam.
Untuk
menyedot air dari dalam sumur bor tradisional tersebut, Bukhari harus membeli
mesin pompa air yang standart seharga Rp 3 juta itu belum termasuk pipa dan
peralatan lainnya.
“Kita berharap sumber
air bisa menyelamatkan padi dari ancaman kemarau yang mengakibatkan kekeringan,”
harapnya yang ditemui LintasAtjeh.com, Senin (2/5).
Perihal
yang sama juga diungkapkan oleh Muntadir, penggunaan sumur bor tradisional
untuk mengairi lahan pertanian yang terancam kering akibat kemarau yang melanda
Kecamatan Glumpang Baroe. Dalam beberapa hari ini semakin banyak warga yang
ingin membangun sumur bor tradisional yang baru di setiap petak lahan pertanian
lantaran tidak ada air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
“Biasanya desa-desa di
pesisir ini juga mengandalkan aliran air dari Sungai Tiro tapi karena kemarau
air sungai mulai kering sehingga pembagian jatah air agak sulit mengalir. Penjaga
pintu air juga sering buka tutup, sehingga kami terpaksa membuat sumur bor
tradisional. Kalau tidak begitu tidak ada air,”
ungkapnya.
“Sekarang ini
kondisinya makin parah karena padi di sawah sedang membutuhkan air yang banyak,"
ujarnya.
Sawah
petani jauh dari aliran sungai dan aliran irigasi tidak memadai, jadi para
petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawahnya. Saat musim kemarau
sebagian besar petani di sini ya bisa gagal panen.
Pada
awalnya petani di sini hanya menanam tanaman seperti kacang tanah maupun jagung
pada saat musim kemarau tiba. Tanaman jagung dan kacang adalah tanaman yang
konsumsi airnya tidak begitu banyak. Namun pada saat ini harga padi menurut
petani adalah yang paling menjanjikan dan paling setabil. Sehingga meskipun
modal yang dikeluarkan sangatlah banyak petani tetap menanam padi pada musim
kemarau sambil berharap ada hujan kiriman atau hujan yang terjadi sesekali pada
musim kemarau.
Namun
para petani tidak memprediksi bahwa kemarau yang akan terjadi pada musim tanam
kali ini, kemarau sekalipun dan tetap meanam padi.
Para
petani mengharapkan pada Pemkab Pidie dan seluruh instansi terkait agar lebih
peduli dan serius terhadap nasib dan keluhan para petani, untuk memikirkan dan
memperjuangkan pembangunan saluran irigasi. Karena, setiap musim tanam secara
petani selalu kesulitan air. Dampak ini, sering membuat petani mengalami rugi
akibat tanaman padi tidak kecukupan air sesuai kebutuhan.
Sementara
luas lahan tanam produktif di desa Palong, Kemukiman Trueng Campli kecamatan
Glumpang Baroe, Kabupaten Pidie, yang tercatat 35 hektar Sawah dan 96 haktar
tambak. Semua areal sawah di desa itu merupakan lahan tadah hujan.
Hingga
sekarang ini, puluhan hektare areal persawahan di Kemukiman Trueng Campli
Kecamatan Glumpang Baroe tercatat sebagian besar merupakan lahan tadah
hujan. Akibatnya, petani setiap musim tanam selalu tidak mencukupi air ini akan
menimbulkan kerugian besar bagi petani. [Rajali]