IST |
JAKARTA - Asisten Deputi Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, Abdul Hafil, mengatakan Menteri Politik,
Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menginstruksikan pembentukan tim
guna memverifikasi laporan kuburan massal korban peristiwa 1965. "Ini
bentuk respons atas laporan kuburan massal yang kami terima," kata Abdul,
Rabu, 11 Mei 2016.
Menurut Abdul, timnya sedang merumuskan bentuk dan anggota tim verifikasi,
apakah tim berupa satuan tugas atau lainnya. Rumusan itu termasuk standar
operasional prosedurnya serta lembaga mana saja yang akan terlibat dalam tim
itu. Abdul memperkirakan beberapa instansi yang akan dilibatkan antara lain
TNI, Polri, Kementerian Hukum dan HAM, serta para ahli forensik dan arkeolog.
"Kuburan yang perlu ditelusuri tidak hanya di darat, tapi juga di
sungai dan laut," katanya. Abdul akan meminta keterangan saksi yang diduga
tahu tentang informasi kuburan massal korban tragedi itu. Abdul menambahkan,
proses verifikasi laporan itu perlu waktu. "Kami sekarang masih merumuskan
tim verifikasi ini, Mungkin Juni kami mulai bergerak," katanya.
Sebelumnya, Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 menyerahkan
sejumlah resume dan catatan terkait dengan kuburan massal korban Peristiwa 1965
kepada Menteri Luhut pada 9 Mei 2016. Jumlah kuburan sebanyak 122 titik dan
kemungkinan bisa bertambah. Laporan itu diserahkan langsung oleh Ketua YPKP
1965 Bedjo Untung kepada Menteri Luhut pada Senin, 9 Mei 2016.
"YPKP 1965 secara resmi menyerahkan rangkuman dan catatan kuburan
massal yang tersebar di Indonesia. Yang kami temukan ada 122 kuburan massal,
yang diperkirakan menampung 13.999 mayat di dalamnya. Kuburan tersebut tersebar
di Pulau Jawa dan Sumatera," ujar Bedjo ketika itu.
Data itu bisa bertambah karena timnya terus mencari dan meneliti kuburan
tersebut. "Kuburan massal itu belum semuanya didata, seperti di Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Apalagi ada
juga korban Peristiwa 1965 yang dibunuh dan dibuang ke laut atau ke sungai,
seperti di Sungai Ular, Asahan, Sumatera Utara, dan Kali Brantas, Bengawan
Solo, Jawa Tengah. Itu banyak sekali," kata Bedjo.[Posmetro]