IST |
NEW YORK - Meski harga minyak dunia tak lagi terjun bebas,
perusahaan penyedia layanan ladang minyak Weatherford International masih dalam
suasana krisis.
Dalam
sepekan, saham Weatherford terperosok 29 persen. Dikutip dari CNNMoney,
pergerakan saham Weatherford dalam sepekan tersebut merupakan yang terbesar
sejak krisis finansial 2008 lalu.
Sebagai
salah satu perusahaan penyedia layanan ladang minyak terbesar dunia,
Weatherford menjual perlengkapan dan layanan kepada perusahaan penambang
minyak.
Banyak
di antara perusahaan klien Weatherford menghentikan atau secara drastis
memperlambat aktivitas mereka.
Sebab,
harga minyak dunia jatuh sehingga mereka sulit meraup laba.
Aksi
jual saham Weatherford secara besar-besaran ini dipicu oleh kerugian perseroan
pada kuartal I 2016 yang lebih besar dari perkiraan.
Weatherford
mengalami rugi 105 juta dollar AS dan pendapatannya anjlok 43 persen pada
kuartal I 2016.
"Kebrutalan
dan panjangnya siklus ke bawah ini telah mengubah industri secara
keseluruhan," kata CEO Weatherford Bernard Ducor-Danner.
Tidak
hanya mencatat kinerja keuangan yang buruk, Weatherford terlilit utang
setidaknya 7 miliar dollar A.
Perusahaan
itu juga harus membayar obligasi, yang jatuh tempo dalam beberapa tahun ke
depan.
Para
analis memprediksi, kombinasi masalah ini dapat membuat Weatherford menjual
aset, melakukan pembiayaan kembali terhadap utang, atau menjual saham.
Weatherford
pun telah melakukan serangkaian upaya untuk memperbaiki posisi keuangan.
Perseroan
sudah memangkas 4.000 karyawan dan berencana kembali memangkas 2.000 karyawan
untuk menghemat 300 juta dollar AS dalam setahun.
Weatherford
juga sudah memangkas rencana belanja modal hingga 63 persen dan memeroleh 630
juta dollar AS dari penawaran saham.
Weatherford
pun berencana menutup 9 pabrik dan lusinan fasilitas lainnya. [CNN Money/kompas]