ACEH TAMIANG - Ternyata, Camat Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang
turut merasa prihatin terhadap pemandangan yang sangat semrawut di lokasi tugu
tanda sejarah pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara
Jepang, pada 25 Desember 1945 lalu, di Simpang Tiga Upah (dibaca Upak_red).
Keprihatinan
Camat Bendahara, Ibnu Hajar, disampaikan pada saat dikonfirmasi
LintasAtjeh.com, terkait adanya dugaan bahwa lokasi Tugu Simpang Upah telah
banyak diserobot oleh oknum warga yang tidak bertanggungjawab, Kamis
(19/5/2016)
Selaku
Camat Bendahara yang juga sebagai masyarakat Melayu Tamiang, Ibnu Hajar
menyampaikan bahwa dirinya turut merasa prihatin sekali terhadap kondisi Tugu
Simpang Upah sekarang ini.
Menurut
Ibnu hajar, pada saat rapat bulanan di Pemerntahan Kabupaten (Pemkab) Aceh
Tamiang, dirinya telah pernah memohon kepada pimpinan agar segera menurunkan
Satpol PP untuk menertipkan bangunan-bangunan liar yang telah merambah ke badan
jalan dan diduga telah menyerobot lokasi Tugu Simpang Upah.
Namun
kata Ibnu Hajar, entah kenapa, sampai saat ini pihak Pemkab Aceh Tamiang belum
juga menurunkan Satpol PP untuk menertibkan
bangunan-bangunan liar yang berada di sekitar lokasi Tugu Simpang Upah.
"Kita
sepakat bahwa tugu tanda sejarah pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) dengan tentara Jepang, pada 25 Desember 1945 lalu, di Simpang Tiga Upah harus
selalu dijaga dan dilestarikan," terangnya. [zf]