IST |
PAPUA - Aksi pembakaran terhadap bendera bintang kejora,
simbol gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka, kembali berlanjut. Kali ini,
ratusan warga melakukan pembakaran di Gedung DPR Papua Jalan Samratulangi
Jayapura, Kamis, 26 Mei 2016.
Mereka
juga meminta Benny Wenda yang kini berada di Inggris yang memperjuangkan
kemerdekaan Papua agar menghentikan aksinya menipu rakyat Papua.
Sebelum
memasuki gedung, massa melakukan long march sejauh 1 km. Di halaman Gedung DPR
Papua warga yang tergabung dalam masyarakat adat Papua kemudian menggelar orasi
dan membentangkan spanduk serta bendera merah putih.
Kordinator
warga, Nico Mauri, dalam orasinya meminta semua pihak menghentikan pembicaraan
mengenai referendum. Dia beralasan, Papua sudah sah menjadi bagian dari
Indonesia yang tak terpisahkan lagi.
"Stop
bicara referendum, Papua adalah Indonesia. Benny Wenda (pemimpin OPM) adalah
penipu," kata Nico.
Nico
mengatakan, International Parliamentarians for West Papua (IPWP) tidak
jelas. Menurutnya, negara lain tidak ada yang mendukung The United Liberation
Movement for West Papua (ULMWP), karena bukan merupakan negara.
"Tidak
akan menjadi anggota tetap MSG (The Melanesian Spearhead Group). Kamu hanya
tipu-tipu foto saja. Jangan mengotori nama adat demi referendum," katanya
lagi.
Nico
pun meminta tokoh pro kemerdekaan Papua dan menjabat sebagai Sekretaris Umum
Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Victor Yeimo, agar berhenti menipu warga
Papua. Dan sebaliknya, mengajarkan mereka menjaga keutuhan NKRI.
"KNPB
kamu sudah buat apa untuk Papua? Papua sudah merdeka dalam NKRI. KNPB dan ULMWP
stop tipu rakyat Papua karena kami sudah merdeka dalam Indonesia dan sekarang
hanya ingin merdeka dari kebodohan," tegasnya.
Ia
meminta agar pemerintah secara tegas membubarkan KNPB dan ULMWP. Mereka mengaku
menggelar demonstrasi di DPR Papua karena hati nurani bukan paksaan.
"Kami
ingin menyampaikan aspirasi demi perubahan di Papua. KNPB dan ULMWP stop tipu
rakyat Papua karena kami sudah merdeka. Kamu hanya menambah penderitaan saja.
Pemerintah segera bubarkan mereka dan segala bentuk organisasi yang menentang
NKRI, karena hanya buat onar saja," ujarnya.
Nico
melanjutkan, sejarah membuktikan bahwa selama ini kemerdekaan yang disuarakan
oleh sebagian kecil masyarakat Papua adalah suatu pembohongan. Menurutnya,
mereka hanya memperjuangkan kelompoknya sendiri.
Sementara
itu, warga masyarakat lain, Sarlen Nico, menyatakan, masyarakat Papua menolak
adanya kelompok-kelompok liar seperti KNPB, karena telah meresahkan masyarakat.
"Kami
mendukung tindakan tegas yang dilakukan oleh TNI/Polri terhadap massa aksi KNPB,"
katanya.
Sarlen
mengemukakan, bendera bintang kejora tidak mempunyai dasar hukum yang jelas.
Apabila itu terus diperjuangkan maka dapat merugikan masyarakat Papua dan
Indonesia.
"Merah
putih adalah bendera negara Indonesia yang sudah sah sehingga lambang-lambang
atau simbol-simbol yang terlarang lain itu harus kita hilangkan," ujarnya.
Ia
meminta masyarakat Papua agar tidak terprovokasi dengan isu-isu kemerdekaan
Papua yang disampaikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebab
sampai saat ini Papua tetap berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Masyarakat
Papua menolak dan akan melawan upaya apapun yang mengancam kedaulatan
NKRI," imbuhnya.
Warga
kemudian membakar bendera bintang kejora di hadapan sejumlah anggota DPR Papua
antara lain Emus Gwijangge, Wilhemus Pigai, dan Decky Nawipa. Setelah melakukan
aksi pembakaran bintang kejora, ratusan massa kemudian membubarkan diri.
Menyikapi
aksi itu, anggota DPR Papua dari Komisi I bidang pemerintahan, Emus M.
Gwijangge, mengaku siap menerima setiap aspirasi dari semua golongan masyarakat
yang berada di Papua. [Viva]