BANDA ACEH – Puluhan aktifis
yang tergabung dalam Farmidia (Front Aksi Reformasi Mahasiswa Islam Daerah
Istimewa Aceh) mengadakan Kongres ke-5 di Aula Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry pada
Sabtu, 7 Mai 2016. Pada Kongres ini Farmidia merombak orientasi perjuangan
organisasi dari buffer aksi menjadi ormas (organisasi masyarakat).
Dalam
kongres ke-5 FARMIDIA ini, perserta yang hadir pada forum kongres sepakat untuk
menggantikan kepanjangan nama organisasi FARMIDIA menjadi Forum Aliansi
Reformasi Masyarakat Islam dan Intelektual Aceh.
“Dengan adanya
penggantian kepanjangan nama FARMIDIA ini, kita akan berkerja untuk mengisi
pembangunan Aceh secara koseptual dan melaksanakan program-program yang
strategik. FARMIDIA secara langsung akan memberikan kontribusi untuk mengawasi
pelaksanaan pembangunan di Aceh dan nasional.
Konstelasi
gerakan FARMIDIA ke depan juga akan mengedepankan analisa politik ekonomi
nasional, kawasan dan global,” jelas Radhi
Darmansyah, ketua Steering Committee (SC) Kongres ke-5 FARMIDIA.
Dalam
kongres ini, FARMIDIA mengesahkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) serta pedoman pengkaderan organisasi. “Kami berharap,
FARMIDIA ke depan akan menjadi organisasi kader yang kuat. Tentunya, para kader
akan dibekali dengan ketrampilan untuk mengisi pembangunan bangsa,”
tambah Radhi.
Menurut
Radhi, dalam waktu dekat Presedium terpilih dan Sekretaris Jenderal yang
ditunjuk akan membentuk kepengurusan. Direncanakan setelah lebaran Idul Fitri
Pengurus FARMIDIA periode 2016-2018 akan dilantik bersamaan dengan pelaksanaan
Halal bi Halal.
Aksi FARMIDIA di 1998
Wakil
Steering Committee (SC), Syarifuddin Abe menjelaskan bahwa FARMIDIA dulunya
adalah salah satu buffer aksi yang cukup eksis pada periode tahun
1998-2003. Perjuangan yang dilakukan FARMIDIA adalah memberikan advokasi
terhadap korban pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh waktu itu.
“Pada 7 Mai 1998, kami
melaksanakan demonstrasi untuk menurunkan Presiden Soeharto yang sudah berkuasa
selama 30 tahun. Hari itu aksinya sangat monumental karena melibatkan sekitar
5.000 mahasiswa dari IAIN Ar-Raniry. Aksi Mahasiswa Islam untuk Reformasi
(AMIR) pada hari itu adalah cikal bakal FARMIDIA,”
jelas Syarifuddin Abe, yang pada saat itu merupakan Presiden Mahasiswa IAIN
Ar-Raniry periode 1997-1998.
Watchdog Pemerintah dan Kepala Daerah
Sekretaris
Jenderal FARMIDIA terpilih, Asadi L. Yusufi, S.Ag, MA, menyebutkan bahwa
dirinya akan membentuk kepengurusan yang tidak hanya kuat secara konsep, tapi
juga akan menjadi watchdog untuk kebijakan-kebijakan pemerintah.
“Para aktifis FARMIDIA
dahulu bergerak dalam bentuk gerakan dan aksi-aksi membela hak-hak masyarakat.
Kini, mereka sudah menjadi para intektual muda Aceh yang tersebar di seluruh
Indonesia. Gerakannya pun berubah dalam bentuk kajian-kajian dan sumbang
pikiran pada pembangunan Aceh. Tetap akan menjadi kekuatan social control
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Aceh,”
jelas Asadi.
“Kita akan mengawasi
kebijakan pembangunan di Aceh, mulai dari sebelum pemilihan kepala daerah,
pemilukada, hingga setelah Bupati, Walikota dan Gubernur menjabat. FARMIDIA
menginginkan kualitas pemimpin yang lebih baik pada periode 2017-2022. Pemimpin
Aceh ke depan harus yang pro rakyat dan sanggup mengetaskan kemiskinan dan
mencerdaskan SDM Aceh,” tutup Asadi.
Peserta dan Tamu Kongres
Kongres
ini diikuti oleh aktifis FARMIDIA dari lintas generasi dari UIN Ar-Raniry,
Universitas Syiah Kuala dan Universitas Malikussaleh.
Sekjen
FARMIDIA periode terakhir, T. Ridha Fahmi hadir untuk memberikan laporan
tentang kepemipinannya selama periode 2002-2016. Periode ini menjadi sangat
panjang karena organisasi FARMIDIA yang mati suri pasca Darurat Militer tahun
2003 dan tsunami di akhir tahun 2004.
Hadir
dalam kongres ini, mantan Walikota Sabang Islamuddin, Penasehat Gubernur Aceh
Fuad Mardhatillah, Pembantu Dekan Dakwah Drs. Baharuddin, negosiator perdamaian
Aceh Nur Djuli, aktifis Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) Muhammad Saleh,
dan Mediator Lintas Negara Shadia Marhaban, serta beberapa aktifis lainnya dari
berbagai kelompok gerakan. [rls]