BIREUEN - Rektor
Universitas Almuslim Dr. H. Amiruddin Idris, SE, MSi membuka secara resmi Konferensi
Internasional antara India dan Indonesia untuk membahas hubungan Pulau Andaman Nikobar dan pulau Weh Sabang, Sabtu (23/4/2016),
bertempat di Auditorium Academik Center (AAC) Ampon Chiek Peusangan Kampus
Universitas Almuslim.
Pada kesempatan tersebut,
Rektor Umuslim Dr. H. Amiruddin Idris, SE, MSi
menyampaikan bahwa konferensi terlaksana atas upaya
Direktur Hubungan Internasional Umuslim yang dipimpin Drs. Nurdin
Abdurahman, MSi dengan kedutaan besar Indonesia di India dan merupakan tindak
lanjut dari hasil konferensi Internasional yang diikuti pihaknya beberapa waktu
lalu di Jawaharlal Nehru University India.
Dimana pada konferensi
tersebut akan membahas tentang kluster ekonomi, politik, hubungan
Internasional, sosial, budaya, sejarah dan kebijakan, yang bertujuan untuk
memanfaatkan potensi geografis, kedekatan antara pulau Weh Sabang dan pulau Andaman Nikobar
India yang dapat diwujudkan untuk
kepentingan kedua negara terutama dalam sektor perdangangan pariwisata,
industri dan perikanan.
Untuk mengembangkan
rencana kerjasama penelitian akademis, karena kedua negara memilki ikatan
sejarah yang panjang, hubungan ekonomi, sosbud dan diplomatis yang baik antara
kedua negara.
“Harapan kita semoga
konferensi ini akan dapat menghasilkan pemikiran yang menguntungkan kedua
negara dalam upaya meningkatakan hubungan kerjasaama kedua negara untuk
meningkatakan kesejahteraan rakyat Aceh dimasa yang akan datang. Dan kita harapkan
kedepan akan lahir suatu kebijaakan untuk dibukanya konsulat India dan kamar
dagang India di Provinsi Aceh,” ujar H. Amiruddin Idris, SE, MSi.
Turut juga menyampaikan
sambutan, Konsul Jendral India di Medan Dr.Shalia Shah yang menyambut baik
digelarnya konferensi yang membahas hubungan bilateral antara India dan
Indonesia khususnya membahas tentang keberadaan pulau Andaman Nicobar yang
berdekatan dengan pulau Weh Indonesia.
Andamaan Nicobar adalah pulau yang terdiri
dari 572 pulau yang berada anatara laut Bengal dan Andaman yang berjarak hanya
150 KM dari Sabang Aceh. Melihat letak geografisnya, Andaman Nicobar memberikan
banyak persamaan dengan Sumatera khususnya Aceh.
“Musibah Tsunami tahun 2004
yang menghantam pulau Andaman Nicobar, kawasan kami telah menewaskan 2000
penduduk dan 4000 orang kehilangan tempat tinggal, sehingga musibah tersebut
telah berdampak buruk bagi daerah kami,” ujar Dr. Shalia Shah.
Menurut Shalia dengan konferensi
ini diharapkan akan dapat menjelaskan peran penting dalam merintis hubungan
maritim antara India dan Indonesia. Semoga para peserta akan dapat memberikan
pemikiran dan memperjelas pemahaman tentang tantangan di dua kawasan tersebut.
Menurut dia, pada
prinsipnya India dan Indonesia mempunyai kepentingan besar dalam membuka
kawasan laut sehingga dapat membangun
dalam menghubungkan daerah kawasan Samudera Hindia dalam bidang perintisan hubungan kerjasama promosi dan
perdagangan, pariwisata, Industri dengan pemanfaatan gugusan pulau-pulau
kedua negara dengan meningkatkan kepentingan keamanan dan peradangangan di masa
yang akan datang.
Konferensi yang
menghadirkan sejumlah pakar seperti Dr.Shalia Shah (Konsul Jenderal India di
Medan), Prof. Hikmahanto Juwana (UI
Jakarta), Dr. Arifi Saiman (pusat pengkajian dan pengembangan kebijakan kawasan
Asia pasifik dan Afrika), Prof. Dr. Aris
Ananta (Fakultas Ekonomi Bisnis UI), Prof. Dr. Richard Baricello (University of
British Columbia, Kanada), Prof. Dr. Ching Lung Tsay (Tamkang University
Taiwan), Dr. Evi Nurvidya (UI Jakarta), Prof. Nazaruddin Sjamsuddin
(UI-Jakarta), Prof. Dr. Subrata K. Mitra
(pusat studi Asia selatan National University Singapura), Prof. dr. Iwan
Pranoto (Direktur pendidikan dan
kebudayaan atase Kedutaan besar Indonesia di
India) dan Gubernur Bank Indonesia.
Acara pembukaan turut
dihadiri akademisi, pelaku bisnis,
perwakilan bupati/walikota dari beberapa daerah di Provinsi Aceh, perwakilan
organisasi mahasiswa dari beberapa kampus dan masyarakat umum.
Setelah pembukaan
konferensi di bagi dalam tiga kelompok yang masing-masing kelompok membahas
tentang ekonomi politik, hubungan Internasional, sosial budaya, sejarah dan
kebijakan.[DD]