-->

Penyerang Posko Polhut Tahura Seulawah Belum Ditangkap

09 April, 2016, 07.10 WIB Last Updated 2016-04-09T00:10:54Z
BANDA ACEH - Kasus pemukulan salah seorang anggota Pengamanan Hutan/Polhut bernama T. Faisal (32) dan peyerangan Posko Polhut di Tahura Seulawah Agam oleh sekelompok masa pada tanggal 13 Februari 2016, pukul 23.30 WIB yang lalu hingga kini belum ada titik terang dan masih buram, para pelakunya pun belum ada yang ditangkap.

Hal ini dikarenakan aparat penegak hukum mendapatkan kesulitan untuk mengetahui para pelaku penyerangan dikarenakan minimnya saksi. Kejadian ini terindikasi akibat gencarnya petugas pengamanan hutan/Polhut mengadakan Patroli rutin terhadap pelaku Illegal Logging di kawasan Tahura Gunung Seulawah.

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Panglima, Yatim Rafiq Sabri mengungkapkan jika hal ini dibiarkan, maka para pembalak liar akan tetap merasa nyaman meski telah berbuat kesalahan. “Kita tunggu berita selanjutnya, kita tahu Polisi juga dalam bekerja akan Professional. Mungkin terlalu banyak kasus yang ditangani pihak kepolisian," tandasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Kadishut Aceh Husaini Syamaun, Jumat (8/4/2016) mengatakan jika belum ada tindak lanjut akan kita pertanyakan kembali, bagaimana tindakan selanjutnya.

"Jika belum ada tindak lanjut akan kita pertanyakan kembali, bagaimana tindakan selanjutnya," ujarnya.

Menurut Husaini, Tahura Pocut Meurah Intan yang terletak di gugusan kawasan hutan Seulawah Agam, berjarak 70 kilometer dari Kota Banda Aceh, merupakan reservoir jaminan masa depan ketersediaan air yang melintasi Krueng Aceh. Namun kini, kawasan ini banyak yang berubah. karena tiap tahunnya pohon pinus bertumbangan jatuh ke tanah berbanding terbalik dengan pertumbuhannya. Kebakaran hutan, aksi pembalak liar, dan konversi lahan selama proses rekonstruksi dituding banyak pihak sebagai penyebab hancurnya ekosistem ini.

"Sehingga kita patut khawatir, dikarenakan Lebih kurang 27 ribu dari 33 ribu rumah tangga di Banda Aceh mencukupi kebutuhan air minumnya dari air ledeng, sumur, dan mata air. Semua sumber air tersebut berasal dari Krueng Aceh yang berhulu di kawasan Tahura Pocut Meurah . Belum lagi daerah lainnya, seperti Aceh Besar dan Pidie," imbuhnya.

Oleh karena itu, semua pihak harus berusaha tetap menjaganya. Jangan sampai sumber mata air berubah menjadi air mata dikarenakan perambahan hutan yang merajalela.

"Jika hal ini dibiarkan, maka bukan tidak mungkin musibah bencana banjir dan tanah longsor akan terjadi. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama demi untuk menjaga kebutuhan air bagi masyarakat juga," pungkasnya. [PYR]
Komentar

Tampilkan

Terkini