-->

Merebut Peluang dalam Masyarakat Ekonomi Asean

08 April, 2016, 15.32 WIB Last Updated 2016-04-08T08:32:44Z

KINI era masyarakat ekonomi ASEAN atau sering disebut dengan singkatan MEA sudah berlansung. Generasi muda, mahasiswa bahkan lulusan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia khususnya Aceh mesti terus berlomba-lomba mencari celah dan peluang untuk terus meraih kesempatan, mengembangkan diri untuk mencapai kesuksesan.
Namun pertanyaan mendasar yang banyak muncul adalah bagaimana kesiapan mereka baik dari segi motivasi atau jiwa enterpreniur maupun kemampuan skill sebagai poin yang lebih diutamakan saat ini? Dan pertanyaan lain adalah apa benar mereka akan tersingkir di negaranya sendiri?

Memang persoalan ketenagakerjaan, kemampuan skill dan jiwa enterpreneurship menjadi kata yang menarik semenjak masuknya MEA di Indonesia.

Kualitas dan kuantitas pekerja Indonesia terus menjadi perhatian baik dari dalam negeri maupun di negeri tetangga. Kepala BPS Suryamin, misalnya menyampaikan pada media CNN Indonesia bahwa jumlah penganggguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang dengan tingkat penggangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi. Penggangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada februari 2015 menjadi 5,34% dibanding februari tahun lalu yang hanya 4,31%. Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta lulusan SMK yang berubah dari 7,21% menjadi 9.05%.

Pengangguran yang melimpah tentunya tidak akan membuat Indonesia bisa mengahadapi tingginya persaingan MEA. Disamping itu masih ada permasalahan lain yang harus dihadapi kaum muda, mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi.  Terutama selain mulia tumbuh kesadaran pentingnya jiwa entrepreneur, namun sekarang muncul masalah dengan skill, baik skill aplikasi keilmuan, skill memasarkan, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi  dan lain-lain. Melihat kenyataan diatas maka tidak heran jika masih ada banyak kalangan yang khawatir dengan adanya MEA.

Perubahan situasi sosial, ekonomi, politik, media dan kebudayaan ke depan perlu disikapi secara serius melalui penajaman kualitas pendidikan khususnya Ilmu Komunikasi sebagai wujud pembelajaran pada pengalaman praktik pendidikan ilmu komunikasi di kawasan ASEAN. Terutama ketika integrasi kawasan dengan nama ASEAN Community pada 2015 lalu, negara ini menghadapi babak baru pembangunan kawasan, yang akan mengarah pada setidaknya  integrasi  tiga  pilar  utama:  ASEAN   Security  Community  (ASC),  ASEAN Economic Community (AEC), dan Asean Socio-Cultural Community (ASCC).

Integrasi ketiga pilar ini akan berdampak pada banyak sektor. Kawasan ASEAN akan tumbuh menjadi wilayah aliran bebas produk barang dan jasa, investasi, teknologi, media, tenaga kerja terdidik dan lain-lain. Integrasi wilayah ASEAN berarti menciptakan pasar dengan cakupan wilayah sekitar 4,5 juta juta kilometer persegi dengan jumlah penduduk lebih dari 600 juta jiwa.

Dalam realitas ini, perlu kesiapan semua pihak termasuk sumber daya manusia dalam mengelola iklim komunikasi dan peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai salah satu kreator utama generasi bangsa yang harus siap berkompetisi di era global, perguruan tinggi tentu sepatutnya mewaspadai realitas ASEAN Community tersebut secara positif. Peningkatan kualitas lulusan adalah pilihan mutlak. Pada taraf ini, standarisasi perguruan tinggi menjadi salah satu pilihan agar sumber daya yang dihasilkan betul-betul tangguh dan berdaya saing.

Kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Isu-isu kawasan akan makin ekstensif seiring meningkatnya pertukaran makna dan kepentingan antar negara pada ranah komunikasi, sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, ataupun keamanan regional. Dalam situasi kontestasi tersebut, adalah wajar apabila masing-masing negara berupaya  penuh  meningkatkan  kapasitas sumber  daya  warga  negaranya;  mengingat bahwa saat ini kawasan ASEAN akan terintegrasi secara penuh dengan ekonomi politik, sosial budaya, media dan komunikasi global. Sehingga semua kalangan menaruh tumpuan dan harapan utama pada dunia pendidikan. 

Tentu yang perlu dilakukan adalah evaluasi menyeluruh dan holistik dengan pembenahan yang signifikan baik kurikulum, praktek mahasiswa,  karya ilmiah dan penelitian mahasiswa dan tenaga pengajar, penambahan referensi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, penguasaan media atau literacy media, sistem atau proses pendidikan dan pengajaran yang berpusat pada mahasiswa, kreatif memanfaatkan kesempatan dan  peluang,  ruang dan media aplikasi setiap kreatifitas mahasiswa termasuk tenaga pengajar dan sebagainya.

Khusus bagi penyelenggara pendidikan Ilmu Komunikasi di provinsi Aceh saat ini dan masa yang akan datang terus mengalami tantangan besar sekaligus membuka peluang secara lebar. Perkembangan tehnologi informasi dan komunikasi  serta media massa sebagai salah satu tantangan dan peluang.  Provinsi Aceh saat ini terdapat 12 Perguruan tinggi negeri dan swasta yang menyelenggarakan pendidikan ilmu komunikasi, perlu melakukan pembenahan yang signifikan, termasuk bagaimana menyiapkan lulusannya yang memiliki daya saing global, dengan kemampuan enterprenur dan skill.

Lulusan Ilmu komunikasi, diharapkan mempunyai kualifikasi untuk menyusun konsep perjalanan kemandirian sarjana, konsep yang disusun baik tentang kurikulum mata kuliah, membina mahasiswa untuk mencapai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), pengalaman kerja mahasiswa, dan hal-hal lain yang dianggap untuk meningkatkan Sumber Daya manusia (SDM) mahasiswa.

Sebagai aset masa depan, mahasiswa memiliki potensi dan energi yang besar untuk diasah dan dikembangkan ke arah suatu kemampuan yang dibutuhkan bagi peningkatan kualitas, peran aktif dalam setiap proses pembangunan dalam era MEA. Untuk itu, mahasiswa perlu diberi peluang tersistematis guna meningkatkan mutu, kualitas, kuantitas, meningkatkan kreatifitas, mentalitas, karakter dan perilakunya.

Globalisasi dan persaingan internasional menuntut mahasiswa dan lulusan untuk terus berbenah meningkatkan mutu di bidang  keilmuannya termasuk kualifikasi kerja. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi dan pengakuan pada persaingan internasional.

Artinya lulusan ilmu komunikasi mesti mampu mendeskripsikan dirinya, karakter, kepribadiaan, sikap dalam berkarya, etika, moral. Selain itu, mampu mengaplikasikan dan mendeskripsikan cakupan keilmuan - science, pengetahuan -knowledge, pemahaman - know-how dan keterampilan - skill yang dikuasainya.

Mahasiswa mesti disiapkan sebagai lulusan yang mempunyai keahlian standar. Kompetensipun tidak lagi semata ijazah, namun melihat kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara luas.

Kekhawatiran kompetensi mahasiswa yang masih lemah, mesti dapat mencari solusi untuk dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Dalam hal ini, mahasiswa bisa seperti kuda pacu yang harus dipecut untuk bergerak dan berlari. Menurut Agus Sartono guru besar UGM, tiga kelemahan daya saing yaitu innovation (Inovasi), technological readiness (penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan research and higher education (Penelitian dan Pendidikan tinggi).

Selain itu, aspek kerjasama, komunikasi antar perguruan tinggi, antar intelektual atau akademisi, tentu perlu ditingkatkan. Namun yang terpenting adalah paradigma dan budaya akademik baru seyogyanya tidak hanya sebatas lokal di perguruan tinggi semata, melainkan juga sampai pada kemampuan mewarnai kehidupan dalam bermasyarakat baik lokal, nasional, bahkan global.
Pekan ilmiah dan kreatifitas mahasiswa

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Prodi ilmu komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh adalah dengan kembali mengelar program pekan ilmiah dan kreatifitas mahasiswa setiap tahun.  Program Pekan ilmiah dan kreatifitas mahasiswa ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara sektor untuk meningkatkan dan membentuk sumber daya manusia lulus ilmu komunikasi yang berkualitas dan bersertifikat melalui skema pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Pekan Ilmiah dan Kreatifitas Mahasiswa ini merupakan puncak kegiatan ilmiah dan kretifitas mahasiswa berskala Lokal, regional, nasional bahkan internasional (publikasi-red).

Karena itu, program studi ilmu komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh, memandang perlu menciptakan berbagai kesempatan bagi mahasiswa, civitas akademika, alumni dan stakeholders untuk saling berkomunikasi melalui berbagai produk karya ilmiah dan  kreatifitas  intelektual berskala lokal, nasional dan global. Melalui program ini, karya-karya ilmiah dan kreatifitas dipertemukan, dibahas, dianalisis, dipublikasikan, diadvokasi dan lain-lain untuk kepentingan penguatan keilmuan dan aplikasi dalam kehidupan masyarakat.

Pekan Ilmiah dan kreatifitas mahasiswa ilmu komunikasi sebagai forum pertemuan melahirkan karya ilmiah, kreatifitas,  kreasi, inovasi, pengausaan teknologi informasi dan komunikasi yang diikuti oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa, siswa, pemuda dan masyarakat umum melalui proses pendaftaran. Juga berfungsi sebagai forum diskusi dan dialog tentang masalah pembangunan terkini dalam MEA khusus dunia Komunikasi dan masalah aktual lainnya.

Pekan Ilmiah dan kreatifitas mahasiswa kedua tahun 2016, yang disingkat dengan PIKM-ILKOM II, yang dimulai pada tanggal 6 April sampai dengan 28 Mei 2016. Merupakan program kerja tahunan Prodi Ilmu komunikasi FISIP Unimal bersama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKO). Sedikit berbeda dengan PIKM-ILKOM pertama tahun 2015 lalu.

PIKM-ILKOM kedua tahun 2016, berdasarkan hasil evaluasi dan masukan dari berbagai pihak, lebih melebarkan sayapnya, terutama dari segi peserta dan kegiatan. Kalau tahun lalu peserta di batasi hanya kalangan mahasiswa dengan cakupan wilayah hanya kota Lhokseumwe dan Aceh Utara.  Maka tahun 2006 ini, peserta selain mahasiswa juga melibatkan siswa, alumni, pemuda,masyarakat umum dan stakeholders  dengan cakupan wilayah se-provinsi Aceh. Terutama untuk kategori perlombaan karya ilmiah, artikel, opini dan feature, review karya ilmiah pakar, cerpen, fotografi dan pameran Foto, film pendek, dokumenter, citizen journalism, apresiasi dan bedah film, panel forum dan talkshow.  Termasuk kemampuan public speaking yang diramu dengan lomba pidato dalam bahasa inggris, debat hahasiswa, baca puisi dan stand up comedy, juga penambahan communication science awards dan bazar komunikasi.

Termasuk di dalamnya perlombagaan desain advertising, jinggle radio SIMAK FM, desain blog &  SEO, Putra & Putri Ilmu Komunikasi 2016, komunikasi sehat dalam bentuk trandisonal game - futsal serta malam komunikasi sebagai malam puncak dengan menampilkan berbagai kreatifitas mahasiswa, siswa, komunitas seni, stakeholders serta pengumuman dan pemberian penghargaan.

Tujuan penyelenggaraan pekan ilmiah dan kreatifitas mahasiswa ilmu komunikasi (PIKM ILKOM II) merupakan rangkaian program kegiatan tahunan Prodi ilmu komunikasi dalam peningkatan dan penggembangan sumber daya Mahasiswa, civitas akademika, alumni, kerjasama Perguruan Tinggi, kerjasama dengan stakeholders.

Sebagai media dan sarana komunikasi bagi mahasiswa, civitas akademika, alumni dan stakeholders, Aceh, Nasional, ASEAN dan Internasional. Mempererat kerjasama dan tali persaudaraan antara mahasiswa, alumni, civitas akademika dengan berbagai stakeholder dalam bingkai pengembangan ilmu pengetahuan di Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya dalam pertarungan dengan negara-negara ASEAN.

Selain itu, membuka peluang bagi pengembangan potensi mahasiswa, siswa, akademisi, stakeholders dan masyarakat dalam meningkatkan karya ilmiah dan kreatifitas. Mempertajam wawasan dan meningkatkan kreativitas dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi komunikasi dan seni.

Pada akhinya, menghasilkan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi yang memiliki kompetensi, karakter, potensi hati, profesionalitas, integritas, dan keunggulan serta tanggap terhadap perubahan global dan ilmu pengetahuan serta persoalan yang berkembang dalam masyarakat termasuk dalam mengisi peluang dan tangangan dalam masyarakat ekonomi ASEAN. Semoga




Oleh: Kamaruddin Hasan
Ketua program studi ilmu komunikasi FISIP Universitas Malikussaleh.
Komentar

Tampilkan

Terkini