PIDIE - Masyarakat menyambut dengan sangat
gembira terhadap tindak lanjut dan ketulusan pihak terkait yang terus memacu
untuk berdirinya pabrik semen di Kecamatan Laweung Batee, Kabupaten Pidie.
"Namun
kita mengingatkan kepada pihak terkait, bahwa perlunya masukan dan saran dari
masyarakat setempat terkait proyek besar yang akan dibangun berdekatan dengan
Guha Tujoh, sebuah goa bersejarah di Aceh," demikian kata Ketua LSM
Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh (JARA), Iskandar, S.Pd, kepada lintasatjeh.com,
Selasa (12/4).
Lanjutnya, Bupati, camat dan keuchik, untuk sudi kiranya memikirkan dan memastikan
telah selesainya pembebasan lahan warga sesuai dengan harga normal dan
kesepakatan bersama dengan masyarakat pemilik tanah.
Dalam
hal ini, JARA mengingatkan hal tersebut agar tidak terjadi masalah dan hal-hal
yang negatif di kemudian hari. Dia juga meminta kepada Pemkab Pidie, Muspika
serta Keuchik, agar melakukan koordinasi baik untuk mempekerjakan putra-putri
terbaik sekitar sesuai dengan kemampuan.
LSM
JARA, imbuhnya, punya tanggung jawab moral untuk menyampaikan hal tersebut
karena sebagai penyambung aspirasi masyarakat Pidie. Oleh sebab itu, dia merasa
punya tanggung jawab besar untuk mengingatkan hal itu.
“Kalau nanti benar
akan dibangun pabrik di Laweung, bisa memberikan hal positif untuk meningkatkan
sumber daya manusia di Kecamatan Laweung dan Batee khususnya dan kabupaten Pidie
umumnya," harapnya.
Sebagaimana
diketahui, PT Semen Indonesia Tbk (Persero) mengatakan segera merealisasikan pembangunan
pabrik semen di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, pada 2016 dengan kapasitas
produksi 3 juta ton per tahun.
“Tahun depan (2016), ‘ground
breaking’ (pemasangan tiang pancang) ditargetkan sudah bisa
dilakukan,” kata Direktur Utama Semen Indonesia Suparni usai
berbicara pada Forum BUMN : “Sinergi BUMN Untuk
Transformasi Indonesia” di Jakarta, Kamis (10/12).
Untuk
membangun sekaligus mengoperasikan pabrik tersebut Semen Indonesia membentuk
perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan lokal.
Menurut
catatan, total investasi yang dibutuhkan diperkirakan 360 juta dolar AS atau
setara dengan sekitar Rp4,93 triliun. [Rajali]