-->

Lagi, Empat WNI Diculik di Perairan Perbatasan Malaysia dan Filipina

16 April, 2016, 21.12 WIB Last Updated 2016-04-16T14:12:28Z
IST
JAKARTA - Dua kapal berbendera Indonesia dibajak di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina. Dalam peristiwa itu, sebanyak empat anak buah kapal asal Indonesia diculik, kata Kementerian Luar Negeri RI.

Insiden pembajakan terhadap kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi terjadi pada Jumat (15/04) pukul 18.31 waktu setempat, tatkala kedua kapal dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, Kalimantan Utara.

Saat itu, kelompok pembajak menculik empat ABK dan menembak satu orang. Adapun lima ABK lainnya dilaporkan selamat.

Militer Filipina masih upayakan pembebasan sandera Indonesia dan Malaysia

Kelima ABK tersebut, bersama kedua kapal, dibawa oleh Polisi Maritim Malaysia ke Pelabuhan Lahat Datu, Malaysia. Kemudian, satu ABK yang mengalami luka tembak juga sudah diselamatkan oleh kepolisian Malaysia guna mendapatkan perawatan.

Lalu Muhammad Iqbal, selaku direktur Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri RI, mengatakan yang bersangkutan dalam kondisi stabil.

“Kementerian Luar Negeri telah berkoordinasi langsung dengan manajemen perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai detail peristiwa tersebut. Saat ini Kementerian Luar Negeri juga terus melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak di dalam negeri maupun di Malaysia dan Filipina,” kata Lalu, dalam keterangan pers.

Soal siapa pelaku pembajakan dan penculikan, Lalu mengaku belum mengetahuinya. Tuntutan para penculik juga belum dikemukakan.

Sandera 10 WNI

Peristiwa terbaru ini menambah jumlah WNI yang diculik di kawasan Asia Tenggara menjadi 14 orang.

Sebelumnya, 10 WNI diculik sebuah kelompok di Filipina, akhir Maret lalu. Mereka adalah awak kapal Anand 12 yang berlayar di perairan Tambulian, di lepas pantai Pulau Tapul, Kepulauan Sulu, Filipina.

“Informasi yang kita terima sejauh ini mereka semua dalam kondisi baik,” kata Lalu Muhammad Iqbal kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Kelompok penculik meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp15 miliar untuk membebaskan para sandera.

Militer Filipina menganjurkan Indonesia tidak membayar uang tebusan.

"Kami menganut kebijakan tidak membayar uang tebusan," kata Filemon Tan Jr, juru bicara Komando Mindanao Barat dari militer Filipina. [BBC Indonesia]
Komentar

Tampilkan

Terkini