IST |
JAKARTA - Dua kapal berbendera Indonesia dibajak di perairan
perbatasan Malaysia dan Filipina. Dalam peristiwa itu, sebanyak empat anak buah
kapal asal Indonesia diculik, kata Kementerian Luar Negeri RI.
Insiden
pembajakan terhadap kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi terjadi pada
Jumat (15/04) pukul 18.31 waktu setempat, tatkala kedua kapal dalam perjalanan
kembali dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, Kalimantan Utara.
Saat
itu, kelompok pembajak menculik empat ABK dan menembak satu orang. Adapun lima
ABK lainnya dilaporkan selamat.
Militer
Filipina masih upayakan pembebasan sandera Indonesia dan Malaysia
Kelima
ABK tersebut, bersama kedua kapal, dibawa oleh Polisi Maritim Malaysia ke
Pelabuhan Lahat Datu, Malaysia. Kemudian, satu ABK yang mengalami luka tembak
juga sudah diselamatkan oleh kepolisian Malaysia guna mendapatkan perawatan.
Lalu
Muhammad Iqbal, selaku direktur Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri
RI, mengatakan yang bersangkutan dalam kondisi stabil.
“Kementerian Luar
Negeri telah berkoordinasi langsung dengan manajemen perusahaan untuk
mendapatkan informasi mengenai detail peristiwa tersebut. Saat ini Kementerian
Luar Negeri juga terus melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak di
dalam negeri maupun di Malaysia dan Filipina,”
kata Lalu, dalam keterangan pers.
Soal
siapa pelaku pembajakan dan penculikan, Lalu mengaku belum mengetahuinya.
Tuntutan para penculik juga belum dikemukakan.
Sandera 10 WNI
Peristiwa
terbaru ini menambah jumlah WNI yang diculik di kawasan Asia Tenggara menjadi 14
orang.
Sebelumnya,
10 WNI diculik sebuah kelompok di Filipina, akhir Maret lalu. Mereka adalah
awak kapal Anand 12 yang berlayar di perairan Tambulian, di lepas pantai Pulau
Tapul, Kepulauan Sulu, Filipina.
“Informasi yang kita
terima sejauh ini mereka semua dalam kondisi baik,”
kata Lalu Muhammad Iqbal kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Kelompok
penculik meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp15 miliar
untuk membebaskan para sandera.
Militer
Filipina menganjurkan Indonesia tidak membayar uang tebusan.
"Kami
menganut kebijakan tidak membayar uang tebusan," kata Filemon Tan Jr, juru
bicara Komando Mindanao Barat dari militer Filipina. [BBC Indonesia]