IST |
BANDA ACEH - Wacana membuat konvensi
yang diusulkan 4 parpol Partai Nasdem, PAN, Hanura, dan Demokrat menurut saya
bentuk kegamangan dari partai dalam mencari
figur calon yang kuat secara kekuatan politik dengan dukungan dari partai
politik dan mencari personal figur kandidat yang tinggi secara elektabilitas
dan popularitas.
Dalam logika politik
konvensi yang dibuat upaya menyampaikan pesan kepada pemerintan pusat, bahwa
partai politik di Provinsi Aceh solid mendukung kandidat yang nantinya diusung
dari keempat partai tersebut. Sehingga menjadi konsensus untuk meminta dukungan
nantinya dari penguasa yang ada
di pusat, apalagi ketiga partai bagian dari Koalisi Indonesia Hebat.
Hal tersebut
dikatakan Pengamat
Politik dan Keamanan Aceh, Aryos
Nivada dalam siaran persnya kepada redaksi LintasAtjeh.com,
Sabtu (9/4/2016).
Lebih lanjut,
kata Peneliti
Jaringan Survei Inisiatif ini, bacaan
politik lainnya, gabungan 4 partai sebagai instrumen untuk membangkitkan kepada
kekuatan politik dari partai nasional dalam konteks di Pilkada 2017 nantinya.
Untuk mengimbangi dominasi dari partai lokal yakni Partai Aceh. Atau sebaliknya
dengan mengajukan wagub hasil konvensi untuk berpasangan dengan Muzakir Manaf
yang
diusung dari Partai Aceh.
“Ini juga dapat diarahkan
untuk membuka peluang lebih besar bagi kandidat yang diusung melawan kandidat
yang kuat secara elektabilitasnya,” bebernya.
Intinya posisi hasil
konvensi juga bisa jadi alat tawar kepada kandidat gubernur terkuat untuk
bargain dengan hasil pemenang konvensi menjadi Wagub. Jika pegangannya dari
data hasil survei atas keinginan masyarakat Aceh secara luas.
Tidak menutup kemungkinan, sambungnya, kalau wacana konvensi
parpol akan cair tidak solid, karena setelah saya telusuri ternyata tidak ada instruksi dari DPP Hanura
kepada DPD/DPW untuk mendukung dan membuat konvensi. Menurut saya baiknya
Parpol meminta arahan dan petunjuk dari DPP agar tidak salah langkah, jangan
terkesan tidak santun dalam berpolitik.
“Terakhir tidak ada
jaminan yang bisa di pegang jika hasilnya bisa dijalankan, Jikalau konstelasi politik
begitu kuat yang berkehendak berbeda, kasus Demokrat hasil konvensi mengusung
Dahlan Iskan tapi faktanya tidak jadi diusung,” demikian kata Peneliti Jaringan Survei
Inisiatif, Aryos Nivada.[Rls]