ACEH TAMIANG -
Sebentar lagi rakyat Aceh pesta. Tapi kira-kira sudah siap belum segala
kebutuhan untuk kelancaran pesta lima tahunan ini. Terutama bekal mental rakyat
yang tidak dikotomi oleh rasa,"Yang penting jangan ribut aja, siapapun
kepala daerah yang terpilih LANTAK situ".
Inilah rasa prihatin yang disampaikan aktivis Aceh, Haprizal
Roji, S. Sos kepada LintasAtjeh.com menyikapi fenomena politik Aceh menjelang
Pilkada Aceh 2017, Selasa (12/4/2016).
Menurutnya, keprihatinan ini dirasakan hampir seluruh rakyat
Aceh. Apalagi masyarakat yang tinggal di gampong-gampong yang terus dihantui
rasa was-was dan khawatir jikalau perdamaian Aceh terkoyak oleh nafsu
keserakahan kekuasaan yang dipertontonkan para elit politik di Bumi Serambi
Mekkah.
"Aceh Negeri Syariat, tapi tingkah polah pejabatnya tak
lebih dari maling berdasi (White Colar Crime) yang terus mengatasnamakan rakyat
untuk kepentingan pribadi, kelompok dan kroninya. Mereka tak malu-malu
mengumbar praktek korupsi, kolusi dan nepotisme ditengah-tengah himpitan
ekonomi rakyat Aceh dengan mengeruk uang negara untuk memuaskan nafsu
keserakahan," sindir pedas Roji.
Katanya, rakyat Aceh harus cerdas dan terjaga dari buai
janji manis para politikus. Apa yang di dapat rakyat, paling bujuk rayu
kesejahteraan bak negeri dongeng tapi hasilnya nol besar.
"Rakyat akan terus dalam kondisi kemiskinan, karena
sang pemimpin akan tetap rakus dan lalai terhadap amanah rakyat. Ini riil,
nyata terjadi di Aceh pasca MoU Helsinki. Rakyat tak dapat apa-apa hanya
janji-janji palsu belaka," ujarnya.
Aktivis yang pernah melakukan demo tunggal di Aceh Tamiang
ini, mengharapkan kepada rakyat Aceh untuk terjaga dari fanatisme buta dalam
memilih pemimpin Aceh kedepan.
"Pemimpin dalam Islam saja sudah diatur jelas, harus
memiliki latar belakang keilmuan yang mumpuni dan memiliki sifat-sifat Shiddiq,
Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Kenapa kita harus mengingkari itu, jangan pernah
takut dalam memilih pemimpin?" terangnya.
Terpenting para calon kandidat, juga harus sadar diri.
Jangan hanya mengandalkan popularitas semu dan menghalalkan segala cara untuk
menjadi pemenang.
"Rakyat sudah lelah, jangan dikorbankan lagi untuk
memuluskan karier politik dan kekuasaan," pungkas Haprijal Rozi.[Ar]