BANDA ACEH - Tengku Jemarin putra Gayo Lues mengatakan fenomena
pendidikan gayo Lues ke arah masa depan
yang lebih baik.
Mantan anggota DPRA dari partai
Demokrat ini menyebut bahwa fenomena pendidikan di Gayo secara umum dan Gayo
Lues khususnya, menganut dua pola.
Pertama pola pendidikan yang memfocuskan
diri pada ilmu kependidikan dan ketarbiyahan, dimana pada saat ini kita lihat
adanya Perguruan Tinggi di suatu daerah identik dengan Fakultas atau Jurusan
Kependidikan, pola pemikiran seperti ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran
masyarakat yang seolah tidak mempunyai masa depan lebih baik kalau tidak
menjadi PNS dan PNS yang mudah diraih adalah guru.
Sehingga para pebisnis pendidikan
juga memanfaatkan momentum ini dengan tidak memikirkan apa yang dibutuhkan oleh
daerah pada saat ini dan masa mendatang.
Kedua pola pendidikan yang fokus
pada kebutuhan daerah, yang seharusnya masyarakat yang ada di Gayo mengambil
jenjang Pendidikan Tinggi pada Fakultas atau jurusan yang sesuai keadaan dan
kebutuhan daerah seperti pertanian, perkebunan dan pertambangan. Hal ini
diperlukan karena daerah kita adalah daerah pertanian, kebanyakan masyarakatnya
menggantungkan hidup mereka kepada pertanian, tetapi belum ada seorang
petanipun yang merasa puas dengan profesi kepetaniannya.
Daerah kita juga adalah daerah
perkebunan yang memiliki areal yang semakin hari semakin sempit sedang hasilnya
semakin lama semakin berkurang, akibat menurunnya penghasilan masyarakat petani
disebabkan karena kurangnya kemampuan mengolah tanah yang semakin hari semakin
tua.
Di perut bumi Gayo Lues banyak
sekali barang tambang yang tertanam, ini adalah potensi alam yang luar biasa
yang dimiliki, banyak mata infestor yang melongok wilayah kita dengan harapan
dapat menambang hasil perut bumi
tersebut. Kekhawatiran kita semua akan terjadi, dimana orang Gayo satu
saat akan menjadi penonton yang terusir
dari wilayahnya.
Masih mengakar anggapan di
kalangan masyarakat kita bahwa petani identik dengan mereka yang tidak
berpendidikan, kehidupannya tidak pernah berubah dari sejak dahulu sehingga
generasi mereka ingin keluar dari kehidupan lingkaran tersebut, sedangkan
potensi alam masih memungkinkan mereka hidup dengan tradisi yang sudah dilakoni
selama ini hanya saja memerlukan polesan yang professional.
Kecondongan berpikir lain adalah
masih adanya pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu lainnya, sehingga
mereka berbondong-bondong masuk Perguruan Tinggi Agama, ini sebanarnya juga
tidak salah hanya saja tetapi ini merupakan salah satu kelambanan kita untuk
menguasai kemajuan dunia dan juga kemajuan daerah kita. Sebagai contoh kita dapat
lihat, daerah yang memiliki sumber pertanian dan peternakan yang sebagian besar
masyarakatnya hidup dengan itu, tapi hampir tidak terdengar adanya materi
khutbah jum’at atau ceramah pada saat safari ramadhan yang berkaitan dengan
pertanian, bahkan ketika mereka yang berasal dari pertanian juga menyampaikan
ceramah tentang shalat dan puasa yang semua masyarakat sudah paham.
Solusi untuk pendidikan, kita
tidak mengatakan bahwa pendidikan agama itu tidak penting tetapi akan menjadi
lebih baik apabila pendidikan agama itu kita perkuat pada pendidikan dasar dan
menengah, karena pola pendidikan Rasul juga kalau kita kaji menekankan
penguatan aqidah dan moral pada tinggak dasar, karena itu adalah findasi agama.
Sudah menjadi tanggung jawab kita
semua untuk menyiapkan konsep pendidikan, kebudayaan dan perekonomian yang
berbasis kedaerahan, untuk selanjutnya bisa melahirkan tradisi mana yang harus
dipertahankan dan tradisi mana yang memerkan perubahan. Karena kalau semua lini
juga diadakan perubahan maka kita akan kehilangan identitas, tidak memiliki
jadi diri lagi, untuk itu penyiapan konsep haruslan dilakukan dengan penuh
pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya konsep ini akan dimasukkan dalam semua
program dan diaplikasi kalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh di setiap
lapisannya.
Satu hal lagi yang harus kita
ingat bagaimana kepemimpinan Rasul dapat kita jadikan paduan dalam pembangunan
pendidikan ataupun bidang lainnya, dimana Rasul tidak pernah menyuruh orang
untuk melakukan suatu perbuatan, tapi beliau selalu mengajak orang lain
berbuat. Itu artinya Rasul selalu ikut bekerja dan menjadi tauladan dalam semua
kegiatan, karena dalam hidupnya beliau adalah sebagai peternak, pedagang,
pemimpin dan lain-lain.
Pengalaman sebagai seorang
pendakwah pada waktu sebelum menjadi anggota Dewan, pernah menyuruh orang untuk
menanam cabe tapi masyarakat menjawab bahwa hal itu telah dilakukan dan tidak
mendapatkan hasil, dan kami juga tidak melihat keberhasilan tengku dalam bidang
apa yang tengku katakan. Karena itu Tgk. Jemarin mempunyai satu program yang
meniru praktek Rasul yaitu dengan menyuruh orang untuk menanam cabe dan kalau
petani tidak untung akan mengganti kerugiannya dan ternyata tidak ada yang rugi
dari usaha tersebut.
Upaya lain yang dilakukan adalah
dalam upaya melestarikan Saman Gayo, agar tidak ada lagi orang perempuan yang
bersaman dan tidak ada lagi yang memainkan saman dengan tidak mengatas namakan
Gayo. [R]