-->

Sejak Indonesia Merdeka, Banyak Warga NTT Belum Nikmati Listrik

25 Maret, 2016, 12.37 WIB Last Updated 2016-03-25T05:39:59Z
IST
JAKARTA - Krisis listrik sesungguhnya masih menjadi pekerjaan besar Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Masih banyak daerah di Nusantara ini, khususnya di Nusa Tenggara Timur yang belum menikmati listrik, bahkan sejak Indonesia merdeka.

Di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, misalnya, sejak negara ini memerdekakan diri, listrik seperti hanya dalam mimpi. Warga tidak pernah merasakan enaknya hidup dengan listrik.

"Kami di sini hidup begini-begini saja. Kami tidak tahu listrik itu seperti apa. Kalau kami ke kota baru bisa lihat ada listrik," kata Tibor, warga Dampek, Kecamatan Lamba-Leda, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Jumat (25/3).

Tibor pun berharap kepada Presiden Joko Widodo untuk memperhatikan mereka.

"Bapak Presiden Joko Widodo, bantulah kami. Kami tidak berharap banyak pada pemerintah daerah, karena jangankan listrik, jalan raya yang sebenarnya sangat vital untuk publik saja tidak diperhatikan. Tetapi kalau Bapak Presiden tidak bisa membantu kami, ya tidak apa-apa, memang hidup kami sudah seperti ini," katanya.

Listrik Lampung

Sementara itu, Dwita Ria Gunadi, anggota Komisi X DPR RI asal Lampung, mengingatkan permasalahan listrik Lampung perlu segera diatasi karena dapat menghambat perkembangan pendidikan di daerah ini.

"Saat Ujian Nasional April dan Mei mendatang, sekolah-sekolah yang ada di Lampung sudah ada yang menggunakan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Jika permasalahan listrik tidak dapat diatasi, maka siswa yang mengikuti UNBK akan terganggu konsentrasinya, padahal UNBK ini menurut Mendikbud adalah bentuk UN yang efisien, dengan tingkat integritas baik," ujar Dwita Ria, dalam pernyataan di Bandarlampung, Jumat.

Dwita Ria Gunadi yang merupakan legislator dari Fraksi Partai Gerindra tersebut juga menyampaikan bahwa nilai Ujian Nasional baik tingkat SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK di Lampung perlu mendapat perhatian serius.

Nilai poin rata-rata UN di kabupaten Lampung masih berada di bawah rata-rata nasional, katanya.

Contohnya saja, katanya lagi, Kabupaten Lampung Timur, nilai rata-rata untuk semua sekolah tingkat SMA/MA/SMK di Lampung Timur tahun 2015 berada di bawah rata-rata nasional.

"Jadi kalau tidak ada gangguan listrik saja nilai mereka anjlok, apalagi kalau siswa peserta UN terganggu karena listrik sering padam," ujar Dwita Ria pula.

Pemerintah Provinsi Lampung harus menjamin pada saat UNBK tidak ada pemadaman listrik.

"Kalau saat UN listrik padam, siswa tidak bisa belajar secara optimal. Bagaimana pendidikan Lampung akan maju, kalau listrik sering padam. Jadi jelas bahwa permasalahan listrik harus ditangani secara serius. Baik itu diantisipasi maupun solusinya," katanya lagi.

"Kasihan siswa peserta UN kalau harus memikirkan listrik, bagaimana mereka mau belajar dan memperoleh hasil UN yang optimal, seperti anak-anak di Pulau Jawa. Celakanya lagi bagi siswa yang ikut UNBK makin terganggu karena saat ujian dibayangi listrik padam. Tentunya hal tersebut akan jadi beban psikologis bagi peserta UN," kata dia pula.

Sampai saat ini, pemadaman aliran listrik secara bergilir di Provinsi Lampung masih diberlakukan PT PLN Distribusi Lampung antara lain karena adanya defisit daya listrik akibat gangguan pada pembangkit maupun pemeliharaan pembangkit yang tersedia.

Sejumlah pengusaha mengeluhkan dampak pemadaman aliran listrik itu menimbulkan kerugian bisnis mereka. Kalangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengaku merugi karena pemadaman aliran listrik itu masih terus berlanjut.

Berbagai pihak juga mengeluhkan pemadaman aliran listrik oleh PT PLN itu mengganggu aktivitas dan produktivitas dalam berbagai bidang termasuk kalangan dunia usaha maupun berdampak sosial serta mengusik ketertiban dan keamanan masyarakat di daerah ini. [SuaraPembaruan]
Komentar

Tampilkan

Terkini