-->






 





Secuil Tulisan "ABRI" pada Dinding Rumah Mak Da

11 Maret, 2016, 21.21 WIB Last Updated 2016-03-11T14:21:45Z
LHOKSUKON - Di pertengahan tahun 1999 silam, personel ABRI masa itu melaksanakan bhakti ABRI untuk mendirikan sebuah rumah salah satu warga miskin. Warga pun ikut membantu. Ya, rumah itu adalah milik Halimah (69), tempatnya terletak di Desa Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara.

Secuil tulisan “ABRI” pada dinding rumah itu masih jelas terlihat hingga kini. Betapa senangnya saat itu Halimah yang akrab disapa Mak Da, impiannya untuk memiliki rumah yang layak akhirnya terkabul berkat bapak-bapak ABRI masa itu yang berhati sosial, bekerja keras demi mendirikan “Istana” kecil buat Mak Da.

Namun, kini rumah itu mulai lapuk dimakan usia. Maklum saja, usia rumah tersebut sudah 17 tahun berdiri. Tampaknya ia (rumah, red) kini mulai tak tahan lagi. Hampir seluruh dinding yang diberi warna hijau putih itu pada keropos, ditambah lagi dengan serangan-serangan kumbang. Parahnya lagi, sikumbang justeru membuat lubang rumahnya dihampir bagian-bagian kayu penyangga rumah yang mengancam robohnya rumah Mak Da.

Mak Da tak bisa berbuat banyak, ia kini tak sanggup bekerja. Hanya mampu berdoa agar impian untuk “Istana” miliknya itu kembali sempurna sehingga layak ditempati. Dalam istana kecil itu ia hidup bersama sang keponakan yang memiliki satu isteri dan dua anak. Keluarga kecil ini selalu berkumpul dalam istana kecil itu.

“Beginilah kondisi rumah Mak Da, dulunya dibangun oleh bapak-bapak ABRI tahun 1999 silam. Alhamdulilah sangat nyaman ditempati, namun kini mulai lapuk dimakan usia,” ucap Mak Da ditemui di rumahnya, Jum’at (11/3).

Keluarga kecil ini terus berjuang dengan berbagai upaya yang halal demi ganjal perut. Sang keponakan yang bekerja serabutan tampaknya tak mampu untuk memperbaiki kembali istana tersebut. Ia bahkan telah berjuang hingga ke negeri jiran, berharap agar ia mampu mendirikan istana baru Mak Da. Lantas, perjuangan itupun kandas.

“Mak Da adalah bibik kami, akan tetapi beliau juga orang tua kami. Ia mengurus kami sejak kecil pasca orang tua kami meninggal. Kini kami tinggal bersama di istana yang kecil ini berkat bhakti ABRI,” ujar Hasbullah (32), sang keponakan seraya berharap secuil harapan bisa terkabul.

Geuchik desa setempat, Anwar, membenarkan rumah itu berkat bhakti ABRI. Namun kini mulai lapuk dimakan usia, bahkan sudah beberapa kali dilakukan pengrehapan secara swadaya masyarakat setempat. Atap yang terbuat dari pelepah rumbia untuk menghindari panas dan hujan kini tak mampu lagi melawan dua hal itu.

Sementara itu, selain rumah Mak Da, juga terselip rumah warga miskin lainnya. Adalah milik Khatijah (49). Sejak ditinggal lama suaminya, ia kini bersusah payah berjuang melawan derita untuk menghidupi tujuh orang anaknya yang masih dibawah umur. Rumahnya yang hanya berdinding pelepah rumbia dan batang pohon pinang serta berlaantai tanah itu juga kerap kebanjiran.

“Tak ada jalan lain, hanya berdoa semoga ada hikmah dibalik semua ini. Sejak lama ditinggal suami, saya banting tulang menghidupi tujuh orang anak saya,”ucapnya, sembari menahan sesuatu yang akan keluar dari kedua matanya.

Sementara itu saat dimintai tanggapannya, Camat Cot Girek, Usman K S,sos menyebutkan, pihaknya masih berupaya dalam memperjuangkan istana bagi warga miskin. Kata Usman, sebanyak 400 lebih rumah tak layak huni di Cot Girek sudah ia usulkan ke dinas terkait, sementara belum ada respon apapun.

“Bukan satu dan dua rumah miskin di Cot Girek, masih sangat banyak lagi. Bahkan saya sudah usulkan sebanyak 400 lebih rumah tak layak huni di Cot Girek, dengan harapan usulan ini segera direalisasi demi kemakmuran warga miskin,” jelas Usman. [chairul]
Komentar

Tampilkan

Terkini