LHOKSUKON - Di pertengahan tahun 1999 silam, personel ABRI masa
itu melaksanakan bhakti ABRI untuk mendirikan sebuah rumah salah satu warga
miskin. Warga pun ikut membantu. Ya, rumah itu adalah milik Halimah (69),
tempatnya terletak di Desa Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh
Utara.
Secuil
tulisan “ABRI” pada dinding rumah
itu masih jelas terlihat hingga kini. Betapa senangnya saat itu Halimah yang
akrab disapa Mak Da, impiannya untuk memiliki rumah yang layak akhirnya
terkabul berkat bapak-bapak ABRI masa itu yang berhati sosial, bekerja keras
demi mendirikan “Istana” kecil buat Mak Da.
Namun,
kini rumah itu mulai lapuk dimakan usia. Maklum saja, usia rumah tersebut sudah
17 tahun berdiri. Tampaknya ia (rumah, red) kini mulai tak tahan lagi. Hampir
seluruh dinding yang diberi warna hijau putih itu pada keropos, ditambah lagi
dengan serangan-serangan kumbang. Parahnya lagi, sikumbang justeru membuat
lubang rumahnya dihampir bagian-bagian kayu penyangga rumah yang mengancam
robohnya rumah Mak Da.
Mak
Da tak bisa berbuat banyak, ia kini tak sanggup bekerja. Hanya mampu berdoa
agar impian untuk “Istana” miliknya itu kembali
sempurna sehingga layak ditempati. Dalam istana kecil itu ia hidup bersama sang
keponakan yang memiliki satu isteri dan dua anak. Keluarga kecil ini selalu
berkumpul dalam istana kecil itu.
“Beginilah kondisi
rumah Mak Da, dulunya dibangun oleh bapak-bapak ABRI tahun 1999 silam.
Alhamdulilah sangat nyaman ditempati, namun kini mulai lapuk dimakan usia,”
ucap Mak Da ditemui di rumahnya, Jum’at (11/3).
Keluarga
kecil ini terus berjuang dengan berbagai upaya yang halal demi ganjal perut.
Sang keponakan yang bekerja serabutan tampaknya tak mampu untuk memperbaiki
kembali istana tersebut. Ia bahkan telah berjuang hingga ke negeri jiran,
berharap agar ia mampu mendirikan istana baru Mak Da. Lantas, perjuangan itupun
kandas.
“Mak Da adalah bibik
kami, akan tetapi beliau juga orang tua kami. Ia mengurus kami sejak kecil
pasca orang tua kami meninggal. Kini kami tinggal bersama di istana yang kecil
ini berkat bhakti ABRI,” ujar Hasbullah (32), sang keponakan seraya berharap
secuil harapan bisa terkabul.
Geuchik
desa setempat, Anwar, membenarkan rumah itu berkat bhakti ABRI. Namun kini
mulai lapuk dimakan usia, bahkan sudah beberapa kali dilakukan pengrehapan
secara swadaya masyarakat setempat. Atap yang terbuat dari pelepah rumbia untuk
menghindari panas dan hujan kini tak mampu lagi melawan dua hal itu.
Sementara
itu, selain rumah Mak Da, juga terselip rumah warga miskin lainnya. Adalah
milik Khatijah (49). Sejak ditinggal lama suaminya, ia kini bersusah payah
berjuang melawan derita untuk menghidupi tujuh orang anaknya yang masih dibawah
umur. Rumahnya yang hanya berdinding pelepah rumbia dan batang pohon pinang
serta berlaantai tanah itu juga kerap kebanjiran.
“Tak ada jalan lain,
hanya berdoa semoga ada hikmah dibalik semua ini. Sejak lama ditinggal suami,
saya banting tulang menghidupi tujuh orang anak saya,”ucapnya,
sembari menahan sesuatu yang akan keluar dari kedua matanya.
Sementara
itu saat dimintai tanggapannya, Camat Cot Girek, Usman K S,sos menyebutkan,
pihaknya masih berupaya dalam memperjuangkan istana bagi warga miskin. Kata
Usman, sebanyak 400 lebih rumah tak layak huni di Cot Girek sudah ia usulkan ke
dinas terkait, sementara belum ada respon apapun.
“Bukan satu dan dua
rumah miskin di Cot Girek, masih sangat banyak lagi. Bahkan saya sudah usulkan
sebanyak 400 lebih rumah tak layak huni di Cot Girek, dengan harapan usulan ini
segera direalisasi demi kemakmuran warga miskin,”
jelas Usman. [chairul]