Peta provisi Aceh. IST |
LHOKSEUMAWE - Banyaknya kandidat calon Gubernur Aceh pada pemilihan
umum kepala daerah (Pemilukada) 2017 mendatang menurut Akademisi Universitas
Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Fajri M. Kasim, S.PdI.,M.Soc.Sc, ada kemajuan
politik yang di Aceh.
"Ini
sudah bagus, dan harus didukung oleh Pemerintah," katanya yang
diwawancarai lintasatjeh.com, Jum'at (4/3).
Lebih
lanjut ia mengatakan, berbicara pemilu adalah berbicara tentang perubahan
politik, idealnya perubahan politik itu dari yang tidak baik kepada yang lebih
baik. Masalah mekanisme pemilihan banyak calon baik dari kalangan mantan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) atau pun yang lainnya menurutnya perlu diperbaiki mekanismenya
supaya politik demokrasi Aceh lebih dewasa dan lebih bagus. Dan tentunya bisa
menghasilkan pemimpin yang bagus dan berkualitas, bisa mengayomi masyarakat, memberi
kesejahteraan masyarakat dan yang betul-betul tampak keadilannya dalam
kehidupan sosial masyarakat.
"Terkait
banyaknya calon biarkan masyarakat yang memilih, ini kan politik, bebas memilih
sesuai yang disukainya. Jangan ada intimidasi, karena akan menciderai politik
demokrasi itu sendiri," ujarnya.
Fajri
berharap proses pemilu mendatang berjalan aman. Dan diharap kepada penegak
hukum dapat menjalankan tugasnya yang baik dan menjaga keamanan yang permanen
terhadap Aceh. Karena Aceh punya cerita luka, punya cerita atau catatan
demokrasi yang buruk.
Untuk
itu, ia menyarankan pengalaman masalah lalu dikubur dalam-dalam, tidak boleh
kejadian itu terulang lagi. Dan siapa yang bertarung pada pemilu nanti janganlah
mengarahkan anakbuahnya, jangan curang, menggunakan kekerasan, gunakanlah
cara-cara yang baik dan elegan. Sebab masyarakat mengharapkan nantinya menghasilkan
pemilu yang betul-betul punya pemimpin yang mempunyai legimitasi yang kuat
terhadap rakyat. Kepada calon-calon pemimpin juga diharap jangan hanya mencari
kekuasaan semata, tapi bagaimana menjalankan tugasnya secara baik, dan diterima
masyarakat.
Terkait
keamanan pemilukada, pemerintah harus mendeteksi sedini mungkin terkait potensi
kerawanan-kerawanan pemilu. "Kita kan punya satuan intelijen yang sangat
lengkap ada BAIS, BIN, dan segala macam. Dan itu harus disebarkan ke masyarakat
untuk mencegah secara dini untuk mengetahui siapa saja yang menggunakan cara-cara
yang melanggar hukum," tukasnya.
Menurutnya,
pemerintah atau negara tidak boleh kalah dengan pelaku-pelaku kekerasan yang
merugikan rakyat banyak. Kalau Indonesia sayang terhadap rakyat Aceh harus mampu
menjaga Aceh kondusif. Karena RI-Aceh sudah komitmen dengan adanya perdamaian
ini untuk menuju proses mencari pemimpin dengan cara yang demokratis.
"Jangan
sampai terulang kembali konflik horizontal," tandas Fajri.
Penegak
hukum dan penyelenggara pemilu harus benar-benar netral. Kalau perlu semua
pihak turut memantau jalannya demokrasi agar tidak ada pihak yang bermain. Ini
adalah proses demokrasi yang didukung oleh rakyat, dan menghabiskan banyak
anggaran negara. Kalau tidak menghasilkan pemilu yang berkualitas, tentu rugi
saja ini. [pin]