-->

ISIS Klaim Bertanggung Jawab Insiden Brussels

23 Maret, 2016, 09.57 WIB Last Updated 2016-03-23T02:58:14Z
IST
BRUSSELS - Islamic State Iraq Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan di bandara Zaventem, Brussels, Belgia dan kereta metro pada jam sibuk di ibu kota Belgia pada Selasa yang sedikitnya merenggut 30 jiwa, sebuah kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok tersebut melaporkan.

Kantor berita Amaq mengatakan para pengebom bunuh diri dari kelompok itu, yang menggunakan sabuk bahan peledak, telah melakukan dua serangan tersebut. Media Belgia melaporkan polisi sedang memburu seorang penyerang yang hidup.

Serangan-serangan terkoordinasi memicu kewaspadaan keamanan di seantero Eropa dan mengundang pernyataan dukungan global, empat hari setelah polisi Brussels menangkap tersangka utama, Salah Abduslam, yang masih hidup dalam serangan-serangan IS di Paris pada November 2015.

Seorang saksi mata mengatakan ia mendengar teriakan-teriakan dalam bahasa Arab dan tembakan-tembakan beberapa saat sebelum dua serangan itu menghantam bagian keberangkatan bandara yang penuh sesak di Brussels.

Media Belgia mempublikasikan sebuah gambar kamera keamanan tiga pemuda yang mendorong troli berisi barang-barang di bandara itu dan melaporkan bahwa polisi menyangka mereka adalah calon penyerang. Mereka mengatakan dua tersangka telah meledakkan diri sementara polisi memburu seorang lagi.

Amaq melaporkan klaim ISIS bertanggung jawab tersebut beberapa jam setelah serangan-serangan di Selasa (22/3) pagi.

"Para petempur Negara Islam melepaskan tembakan di dalam Badara Zaventem, sebelum beberapa di antara mereka meledakkan bahan-bahan peledak, sementara seorang pengebom meledakkan sabuk bahan peledaknya di stasiun metro Maalbeek," katanya.

Horst Pilger, seorang warga Asutria yang sedang menunggu penerbangan bersama keluarganya ketika serangan-serangan terjadi, mengatakan anak-anaknya telah mengira itu kembang api meledak tetapi ia segera mengetahui bahwa sebuah serangan sedang berlangsung.

"Istri saya dan saya berfikir 'bom'. Kami saling memandang," katanya kepada Reuters.

"Lima atau 10 detik kemudian terjadi ledakan kuat dari jarak dekat. Ini masif." Pilger, yang bekerja di Komisi Eropa, mengatakan seluruh langit-langit runtuh dan kepulan asap menutup gedung itu.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memimpin seruan dukungan bagi Perdana Menteri Belgia Charles Michel.

"Kami harus bersama-sama apapun kebangsaan dan suku atau keyakinan dalam memerangi terorisme," kata Obama dalam jumpa pers di Kuba.

"Kami dapat dan akan mengalahkan mereka yang mengancam keselamatan dan keamanan orang-orang di seluruh dunia." Michel berbicara pada jumpa pers di Brussels mengenai "momen hitam" yang dialami negerinya. "Apa yang kami takutkan telah datang melintas."

Ledakan-ledakan tersebut terjadi setelah penangkapan di Brussels seorang tersangka yang ikut melakukan serangan-serangan di Paris yang menewaskan 130 orang. Polisi dan pasukan tempur Belgia di jalan-jalan telah bersiaga atas aksi pembalasan tetapi serangan-serangan terjadi di kawasan-kawasan padat tempat orang-orang dan tas-tas tidak digeledah.

Semua transportasi publik di Brussels ditutup, sebagaimana terjadi di London akibat serangan-serangan pada 2005 yang menewaskan 52 orang. Pihak berwajib menghimbau warga jangan menggunakan jejaring telepon yang sangat padat, pasukan tambahan dikerahkan ke kota itu dan Pusat Krisis Belgia, khawatir akan terjadi insiden berikutnya, dengan seruan kepada penduduk: "Tetap di tempat Anda berada."

Bandara Brussels akan tetap tutup pada Rabu (23/3), kata pimpinan eksekutifnya Arnaud Feist kepada wartawan.

Siaran publik VRT melaporkan polisi telah menemukan sebuah senjata serang Kalashnikov dekat jasad seorang penyerang di bandara. Senjata jenis itu telah menjadi ciri khas yang digunakan dalam serangan-serangan terinspirasi ISIS di Eropa, terutama di Belgia dan Prancis, termasuk pada serangan 13 November di Paris.

Satu bahan peledak yang belum digunakan juga ditemukan di kawasan itu, kata VRT. Polisi terus menyisir bandara untuk memeriksa kemungkinan masih ada bom-bom atau para penyerang.

Alphonse Youla, 40, yang bekerja di bandara itu, mengatakan kepada Reuters bahwa ia mendengar seorang pria berteriak dalam bahasa Arab sebelum ledakan pertama. "Kemudian langit-langit dari bandara runtuh." "Saya membantu membawa lima jasad, kaki mereka hancur," kata dia yang  lengannya pun berlumuran darah.

Seorang saksi mata mengatakan ledakan-ledakan itu terjadi di bagian check-in. [Antara]
Komentar

Tampilkan

Terkini