BANDA ACEH - Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Singkil (GM-PAS)
menilai bahwa pernyataan mengharamkan kehadiran senator Fachrul Razi di Barat
Selatan menunjukkan bahwa kita belum bisa terbuka dengan perbedaan. Masalah pro
atau kontra terkait pemekaran itu tidak menjadikan kita harus memperlambat
pembangunan dengan menolak berbagai pihak yang ingin melihat dan memperhatikan
daerah kita. Sebenarnya bukanlah isu pemekaran itu bukan harapan mayoritas
masyarakat, namun yang selama ini dirindukan adalah pembangunan dan
kesejahteraan. Apalagi kami Aceh Singkil merupakan daerah tertinggal.
Hal tersebut dikatakan Syahrul Manik selaku Koordinator Gerakan
Mahasiswa dan Pemuda Aceh Singkil (GM-PAS), melalui pers releasenya yang
diterima redaksi lintasatjeh.com, Selasa (8/3/2016).
Kami pikir sudahlah jangan lagi ribut dengan persoalan
pemekaran, kami masyarakat Aceh Singkil sudah lelah. Kami ingin membuka diri
bagi semua pihak yang beri’tikad membebaskan Aceh Singkil dari ketertinggalan.
Kami juga wilayah yang berada di kawasan barat selatan, jadi jangan klaim-klaim
daerah kami untuk persoalan pemekaran. Kami butuh pembangunan dan kesejahteraan
bukan pemekaran.
“ALA mau mekar ya mekar saja sana, bagi kami isu itu sudah hambar. ALA ngomong
pemekaran pembangunan daerah mereka terus berjalan, kucuran anggaran
pembangunan terus, sementara Aceh Singkil dan Subulussalam hanya dibawa-bawa
jadi jualan. Ironisnya lagi, kenapa mereka yang sudah mendapat posisi empuk di
DPR-RI tidak fokus berjuang agar bisa nasip pembangunan daerah Aceh Singkil
yang masih tertinggal, lalu datang dengan isu yang sudah basi, sandiwara
apalagi ini,” cetus Syahrul Manik.
Lebih lanjut, Syahrul Manik menegaskan pernyataan yang mengatasnamakan mahasiswa dan pemuda Barat
Selatan itu hanya dilakukan oleh sekelompok kecil saja, tidak lebih dari klaim
belaka. Mayoritas mahasiswa dan pemuda barat selatan juga sangat cerdas melihat
hal itu. Katakan saja kalangan muda bumi Syekh Abdurrauf As-Singkily, kami
justeru sangat terbuka untuk semua tokoh Aceh dan nasional yang ingin
memperhatikan daerah kami yang merupakan satu-satunya kabupaten tertinggal di
Aceh. Untuk apa kita melarang hanya karena isu pemekaran, toh anehnya yang
bicara pemekaran itu sudah berkali-kali membohongi. Jika tidak terwujud
pemekaran bulan agustus ini semakin jelas kedok nya, apalagi Mendagri sudah keluarkan
statemen untuk saat ini pemekaran masih di moratorium.
“Jangan fanatik tidak jelas, padahal pihak yang bicara
pemekaran tersebut juga tidak bisa menjamin kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan. Generasi muda jangan mudah dihegemoni, tapi berpikirlah lebih
bijak terhadap perbedaan. Cukuplah kami dari Aceh Singkil yang merasakan imbas
dari permainan elit politik ALA, kabupaten lain di Barat Selatan jangan sampai
terkena imbas permainan itu lagi, jangan sampai terjebak dilobang yang sama,”
tandasnya lagi.
Lebih baik teruslah berjuang secara dinamis untuk
pembangunan daerah masing-masing. Kami berharap kita bisa lebih fokus mengawal
anggaran pembangunan yang dikucurkan ke daerah kita, selama ini dikemanakan
saja oleh para elit, sampai tidak kepada rakyat, mana tahu yang menikmati
justeru pejabat. Lantas generasi mudanya diberi kesibukan dan didoktrin dengan
fanatisme isu permekaran, aneh.
Tambah dia, berjuanglah dengan rasional dan lebih dinamis,
jangan sampai Barat Selatan yang ribut dan menghambat pembangunan dan
kesejahteraan yang diharapkan masyarakat. Jangan sampai ayam bertelur, musang
punya nama. Mari kita welcome untuk semua pihak yang ingin memberikan perhatian
untuk Barat Selatan tanpa terkecuali, jangan sampai ada sentimen yang merugikan
rakyat dan menghambat laju pembangunan.
“Begitupun dengan Gubernur dan Wakil Gubernur segera
selidiki kemungkinan adanya kepala SKPA dari wilayah Barat dan Tengah Tenggara
keterlibatan dan secara diam-diam mensupport isu ini, kalau terbukti ada copot
saja. Agar pemerintah Aceh tidak menyimpan duri dalam daging,” tutup Koordinator
Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Singkil (GM-PAS).[Rls]