IST |
JAKARTA - Indonesia sepakat memboikot produk-produk Israel sejalan
seruan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Keputusan ini diambil saat agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI 6-7 Maret
2016 lalu.
Sebagai dampak dari keputusan ini, barang asal RI juga tidak
akan diterima Israel. Artinya eksportir Indonesia akan kehilangan salah satu
pangsa pasarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor
Indonesia ke Israel pada 2014 adalah US$ 138,87 juta dan 2015 adalah sebesar
US$ 116,9 juta.
Komoditas terbesar yang diekspor Indonesia ke Israel adalah
minyak sawit. Dari total nilai ekspor ke Israel sebesar US$ 116,9 juta, US$ 15
juta diantaranya adalah minyak sawit, yaitu minyak sawit kemasan 20 kg senilai
US$ 10,1 juta, minyak sawit berat 20 kg US$ 3,2 juta, dan minyak inti sawit US$
1,7 juta.
Meski demikian, pengusaha sawit mengaku tak ambil pusing
dengan adanya boikot ini. Sebab, nilai ekspor minyak sawit ke Israel relatif
kecil dibandingkan dengan total nilai ekspor minyak sawit yang mencapai US$ 20
miliar per tahun.
"Kita tidak perhitungkan Israel. US$ 15 juta itu sih
kecil, tidak ada apa-apanya," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa
Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, kepada detikFinance di Jakarta, Kamis
(17/3/2016).
Pihaknya saat ini lebih menyoroti hambatan ekspor minyak
sawit ke berbagai negara yang pangsa pasarnya cukup besar. "Kalau kayak ke
Perancis, Rusia, Pakistan, kita ada feeling. Kalau ke Israel nggak ada,"
tutupnya. [detik]