IST |
JAKARTA - Fraksi PAN DPR RI mendukung langkah PP Muhammadiyah yang
mendesak Presiden Joko Widodo agar membentuk Tim Independen untuk melakukan
evaluasi dan audit Densus 88. Keinginan itu setelah melihat kejadian tewasnya
Siyono, seorang terduga terkait jaringan teroris saat ditangkap Densus 88.
"Tewasnya Siyono menjadi puncak kekecewaan kita atas
perilaku Densus 88 yang selama ini bertindak tanpa kontrol. Perintah
Konstitusi, Tujuan negara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, maka
presiden tidak bisa membiarkan tindakan Densus 88 yang telah membunuh lebih
dari 100 terduga teroris dengan proses yang melanggar HAM," ungkap Wakil
Ketua Fraksi PAN, Teguh Juwarno, Rabu (30/3).
Menurut Teguh, pihaknya menilai presiden tidak bisa membiarkan
perilaku "brutal" demikian terjadi terus menerus. Polisi langsung
berada di bawah wewenang Presiden sehingga wajar bila Presiden harus membenahi
persoalan serius itu.
"Audit terhadap Densus 88 dan BNPT juga perlu dilakukan
dengan melibatkan PPATK untuk mengetahui darimana saja dana mereka. Karena
disinyalir menggunakan dana asing tanpa audit yang jelas," tegasnya.
Ketua DPP PAN itu melanjutkan, kematian Siyono telah
meninggalkan istri dan lima anaknya yang masih kecil. Baginya, hal itu
seharusnya menyentuh hati Presiden.
"Presiden tidak boleh membiarkan perilaku pemberantasan
teroris yang malah berpotensi menimbulkan bibit radikalisme akibat dendam atas
ketidakadilan Densus 88," tegas Teguh.
Seperti diberitakan, Siyono, warga Dukuh Brengkungan, Desa
Pogung, Kabupaten Klaten, Jawa Tangah, tewas sesaat setelah dia ditangkap oleh
penyidik Densus 88/Antiteror Mabes Polri, beberapa waktu lalu.
Sebelumnya polisi menyebut pelaku tewas akibat benturan
gara-gara pergumulan pada saat terjadi perkelahian dengan anggota Densus.
Pasalnya yang bersangkutan menyerang petugas pada saat digelandang untuk
mencari barang bukti senjata api.
Perkelahian itu, seperti diberitakan, terjadi di dalam mobil
di daerah Tawangsari, Klaten. Siyono yang semula kooperatif mulai berulah. Dia
berupaya menyerang petugas yang mengawalnya dan saat itulah sempat terjadi
pergumulan.
Satu lawan satu karena di dalam mobil hanya ada tiga orang
dimana seorang penyidik mendampingi Siyono dan seorang lagi menyetir mobil.
Dimana kemudian Siyono berhasil dilumpuhkan dalam keadaan lemas dan pingsan.
Saat itu anggota lalai tidak memborgol dengan alasan itu upaya secara persuasif
untuk mendapatkan keterangan dari pelaku. Meskipun tentu tidak biasanya Densus
hanya memberikan pengawalan seorang diri.
Siyono yang ditangkap di Klaten pada Selasa (8/3) itu
dipastikan tewas pada Kamis (10/3). Dia ditangkap setelah Densus menangkap
seorang terduga teroris lain bernama Awang alias Tata pada Senin (7/3). Mereka
ditangkap dalam kaitan pabrik senjata milik Jamaah Islamiah yang diungkap pada
2014 lalu. Siyono diduga menguasai satu senjata api laras pendek yang diberi
Awan. [BeritaSatu]