-->

For-PASS Ajak Semua Elemen Bangun Aceh Singkil

30 Maret, 2016, 23.18 WIB Last Updated 2016-03-30T16:18:30Z


BANDA ACEH - Forum Pemuda Aceh Singkil Serantau (For-PASS) mengajak seluruh elemen masyarakat baik dari kalangan pemerintah, pemuda, mahasiswa, pengusaha, profesional, akademisi maupun politisi untuk bahu membahu bersama membangun Aceh Singkil yang kini merupakan satu-satunya kabupaten tertinggal di Aceh.

Penetapan Aceh Singkil sebagai satu dari 122 Kabupaten tertinggal di Indonesia tersebut termaktub di dalam Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang penetapan daerah tertinggal. Berdasarkan Perpres tersebut ada 6 indikator utama yang dijadikan ukuran suatu daerah dikatakan tertinggal yakni perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur publik, aksesibilitas, celah fiskal, dan karakteristik daerah.

“Keenam indikator tersebut hendaknya menjadi perhatian khusus untuk membangun Aceh Singkil secara terintegrasi. Padahal jika kita tinjau lebih jauh Kabupaten Aceh Singkil secara geografis juga merupakan kawasan strategis nasional, dikarenakan adanya wilayah di Aceh Singkil yang termasuk pulau terluar. Dan ini menjadi salah satu ruang untuk mendorong pembangunan Aceh Singkil sehingga terbebas dari ketertinggalan,” demikian dikatakan Koordinator For-PASS, Syafriadi kepada lintasatjeh.com, melalui siaran persnya, Rabu (30/3/2016).

Menurut Syafriadi, di sektor perekonomian masyarakat, bagaimana potensi unggulan di daerah tersebut seperti perkebunan dan kelautan dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran dan menekan tingkat kemiskinan.

Misalkan dengan upaya penguatan sentra produksi perkebunan berbasis komoditi unggulan. Tidak hanya itu, di sektor perikanan potensi laut Aceh Singkil yang sangat luar biasa dapat dijadikan kekuatan untuk membangun ekonomi masyarakat, tinggal lagi bagaimana masyarakat dibina dan diberdayakan untuk pengelolaan potensi tersebut.

“Belum lagi alam Aceh Singkil dengan potensi wisata laut yang begitu menawan ditambah dengan situs-situs sejarah dan budaya menjadi peluang yang cukup besar untuk pembangunan di sektor wisata yang bakal menggiurkan para wisatawan domestik dan manca negara. Tetapi, tentunya semua potensi tersebut harus dikelola secara terintregasi bukan setengah hati,” tegasnya.

Tak kalah penting, sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui penguatan fasilitas pendidikan, peningkatan kwalitas tenaga pengajar, hingga pemberian beasiswa penuh bagi putra putri terbaik Aceh Singkil. Terutama untuk kalangan masyarakat dapat disekolahkan ke berbagai lembaga pendidikan di dalam maupun luar negeri. Apalagi selama ini banyak putra-puteri daerah yang memiliki kemampuan brilian tetapi karena faktor ekonomi, tidak dapat melanjutkan pendidikan. Secara bertahap dengan semakin banyaknya putra putri Aceh Singkil yang terdidik maka akan meningkatkan harkat dan martabat daerah serta berdampak kepada peningkatan perekonomian. 

“Jika kita refleksi ke belakang, nama universitas terkemuka di Aceh yakni Unsyiah juga diambil dari nama salah satu tokoh tersohor dari Aceh Singkil yakni Syekh Abdurrauf As-Singkily. Sungguh miris ketika di daerah asal tokoh kharismatik Aceh tersebut kini pendidikannya memprihatinkan bahkan angka melek huruf dan masyarakat putus sekolahnya relatif masih tinggi,” sindirnya.

Kita juga berharap ke depan adanya produk unggulan kabupaten (prukab) Aceh Singkil yang mampu bersaing hingga ke pasar lokal dan luar negeri. Dari aspek insfrastruktur publik seperti sarana ibadah, sanitasi air bersih, dan infrastruktur publik lainnya yang menjadi kebutuhan masyarakat hendaknya dibangun. Apalagi begitu banyak rumah ibadah seperti mesjid-mesjid bahkan pesantren yang masih belum sesuai standar kelayakan.

Terkait aksesibilitas selain jalan lintas kabupaten yang harus diperbaiki, tak kalah pentingnya bagaimana jalan-jalan produktif dan jalan perkebunan dapat dioptimalkan, sehingga mempermudah mobilitas hasil produksi perkebunan masyarakat. Faktor aksesibilitas ini sangat mempengaruhi terhadap stabilitas harga barang yang pada akhirnya akan berdampak pada perekonomian daerah. Begitu pula sangat penting dilakukan peningkatan akses informasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat terbebas dari isolasi informasi dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat di Bumi Syekh Abdur-Rauf As- Singkili.

“Namun demikian, tidak bisa kita nafikan faktor karakteristik daerah berupa alam banjir yang kerap melanda masyarakat Aceh Singkil. Bencana ini seakan-akan telah menjadi langganan rutin kabupaten Aceh Singkil tiap tahunnya. Hal itu perlu dilihat apakah faktor pendangkalan sungai sehingga sungai dapat menampung debit air ketika hujan, sistem drainase yang belum memadai,” urai Syafriadi.

Masih beber dia, dan perlunya koordinasi dengan kabupaten di hulu sungai Aceh Singkil itu sendiri untuk memaksimalkan terkait penanganan sektor kehutanan untuk mengurangi debit air kiriman dari wilayah hulu ke hilir atau faktor lainnya yang menjadi permasalahan. Sehingga dapat diatasi dan diminimalisir agar masyarakat tidak terus menerus menjadi korba bencana musiman tersebut.

Secara bertahap dengan penguatan-penguatan di berbagai sektor diatas akan berhubungan dengan celah Fiskal Aceh Singkil. Ketika stabilitas perekonomian Aceh Singkil maksimal, perputaran uang di masyarakat banyak, pastinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga mempengaruhi secara langsung celah fiskal daerah tersebut. Permasalahan yang sangat kompleks tersebut tentunya bukanlah hal mudah untuk diatasi, kendatipun demikian bukan berarti kita menyerah dengan keadaan.

“Hal yang terpenting menurut kami bagaimana semua elemen siap untuk bersinergi untuk membangun Aceh Singkil secara terintegrasi, baik dari dalam maupun dari luar Aceh Singkil dilintas profesi dan disiplin keilmuan. Mari kita bersama-sama, insya Allah Aceh Singkil akan terbebas dari ketertinggalan, kami yakin akan lahir konsep-konsep dan solusi-solusi yang efektif untuk membangun Aceh Singkil,” pungkas Koordinator For-PASS, Syafriadi.[Rls]
Komentar

Tampilkan

Terkini