LHOKSEUMAWE – Wakil Gubernur Aceh, H Muzakir Manaf,
mengatakan Undang-Undang Desa harus mampu memperkuat pengembangan sektor
pertanian di Aceh. Dengan adanya dukungan dana desa, berbagai potensi pertanian
yang ada di desa dapat dikembangkan untuk meningkatkan sektor pertanian
sehingga lapangan pekerjaan semakin terbuka.
“Hal
itu akan membuat desa menjadi lebih mandiri," ujar Muzakir Manaf, saat menjadi
narasumber pada Seminar Regional Lomba Karya Tulis Ilmiah DPW 1 Popmasepi
Universitas Malikussaleh di GOR ACC Cunda, Selasa (23/2).
Untuk
mengembangkan produktivitas tanaman pangan, Pemerintah Aceh, kata Muzakir
Manaf, mendorong agar masyarakat desa meningkatkan aktivitas pertanian
melalui program desa sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 Tentang
Desa. Untuk mendorong program ini, pemerintah menyediakan anggaran melalui APBN
untuk masing-masing desa di Indonesia.
“Tujuan utama kita adalah meningkatkan pendidikan anak-anak
Aceh, seminar seperti ini tentu akan melahirkan program-program dan karya
ilmiah yang dapat diterapkan untuk pengembangan sektor pertanian,” kata Muzakir
Manaf.
Di depan para mahasiswa, Muzakir Manaf berharap lulusan
pertanian nantinya mampu membawa dampak yang positif terhadap pembangunan di
Aceh. Menurutnya, dukungan dan kontribusi mahasiswa Aceh dalam berbagai bidang
akan membawa pengaruh yang sangat penting terhadap pembangunan Aceh yang lebih
sejahtera.
Wakil
gubernur juga meminta mahasiswa agribisnis untuk mengembangkan sektor pertanian
yang ada di Aceh. Pertanian, kata Muzakir Manaf, merupakan salah satu sektor
utama untuk mendorong perekonomian dan menyerap tenaga kerja di Aceh. "Sekarang
banyak alat pertanian yang canggih, saya yakin mahasiswa pertanian mampu
mengembangkan sektor pertanian dan memberikan kontribusi yang besar dalam
agribisnis."
Muzakir
Manaf menjelaskan, hampir semua bahan makanan pangan dapat dikembangkan di
Aceh. Tiga di antaranya menjadi perhatian pemerintah, yaitu padi, kedelai dan
jagung. Untuk tahun 2016, Pemerintah Aceh menargetkan produksi padi hingga
2,7 juta ton, kedelai 131 ribu ton dan jagung 237 ribu ton.
Sementara itu, Dr. Iskandar, narasumber dalam seminar tersebut
menjelaskan, permasalahan utama yang dihadapi oleh para petani adalah
hilirnya, yaitu pemasaran yang belum maksimal. Para petani tidak mampu menjual
hasil pertanian dengan harga yang sesuai. Bahkan katanya, ketika pertanian
memasuki masa penen, harga pasaran jatuh.
“Mahasiswa Agribisnis harus mampu menangani masalah ini dengan
cara menciptakan mekanisme-mekanisme pemasaran yang efektif sehingga hasil
pertanian dapat tertampung dan dibeli di pasaran,” kata Iskandar.
Seminar tersebut turut dihadiri oleh Bupati Aceh Utara, Muhammad
Thaib, Ketua KPA Aceh Utara, Tgk. Zulkarnaini Hamzah, civitas akademika
Univesitas Malikussaleh, serta perwakilan mahasiswa dari berbagai universitas
di sumatera. [rls]