-->

Wabup Pidie: Perubahan Mulai dari Diri Sendiri

09 Februari, 2016, 20.07 WIB Last Updated 2016-02-09T13:11:40Z
PIDIE – Wakil Bupati Pidie, M Iriawan SE mengingatkan kepada para pemangku kepentingan bidang pendidikan di Kabupaten Pidie akan pentingnya merubah karakter siswa dengan berawal dari merubah diri sendiri, “Kita tidak dapat merubah dunia, merubah negara, merubah kabupaten, bahkan merubah keluarga sendiri juga sulit kita lakukan tanpa kita merubah diri sendiri dengan memberi contoh yang baik,” kata Iriawan saat memberi sambutan pada kegiatan Multi Stakeholder Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru Kabupaten Pidie di Saka Kupi, Sigli yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS (9/2).

“Perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri akan menjadi contoh bagi keluarga bahkan bagi orang lain termasuk anak didik. Contohnya membentuk karakter siswa yang jujur saat ujian, harus dimulai dengan kejujuran guru, kepala sekolah dan orang tuannya sendiri karena mereka adalah panutan siswa yang paling dekat,” lanjutnya yang mengharapkan pelaksanaan UN di Pidie dapat berlangsung secara jujur walaupun nilainya rendah.   

Untuk menunjang peningkatan pembelajaran di sekolah, wakil bupati juga mengigatkan akan pentingnya Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai forum diskusi, belajar dan berbagi informasi tentang pembelajaran, “KKG dan MGMP sangat penting bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mereka dalam mengajar. Kita harus menghidupkan budaya diskusi diantara pendidik, pendidikan terus berkembang dan saling berbagi itu sangat penting untuk mita mengukur sejauh mana pemahaman kita dalam satu materi pembelajaran,” jelas wabup yang menyatakan guru tidak kreatif bila sudah mendapatkan sertifikasi tapi tidak dimanfaatkan untuk mengembangakan dirinya sendiri.

Sementara itu Koordinator USAID PRIORITAS Aceh, Ridwan Ibrahim dalam sambutannya menjelaskan bahwa dokumen yang disusun bersama dinas pendidikan dan kemenag tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan keprofesian guru berkaitan dengan adanya sertifikasi guru. “Dokumen yang disusun ini sangat bermanfaat karena didalamnya berisikan informasi tentang jumlah sekolah, guru SD/MI dan SMP/MTs yang telah mengikuti berbagai pelatihan peningkatan keprofesionalan mereka,” jelas Ridwan.

“Dokumen ini akan menjadi rujukan bagi pemerintah Pidie untuk menyusun rencana kegiatan pelatihan guru sesuai dengan amanat pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74/2007 tentang Guru dan Permendikbud Nomor 22/2015 yang mendukung terwujudnya pembelajaran bermutu, dan Konsep pengembangan tersebut dituangkan dalam PKB,” lanjutnya sembari meluncurkan Program Buku Bacaan Berjenjang secara resmi di Kabupaten Pidie.

Hasil Uji Kompetensi

Dari hasil pendampingan PKB di Kabupaten Pidie, dipaparkan juga hasil uji kompetensi pedagogi dan keprofesionalan guru tahun 2014 yang dibagi dalam 4 tipe pedagogi dan keprofesionalan guru, yaitu tipe pertama berada dalam kelompok 86,84 % guru tidak memenuhi standar kompentensi pedagogi dan profesional atau tidak layak mengajar. Tipe kedua, hanya 2,60 % guru yang memiliki standar kompetensi diatas standar rata-rata yang berarti dapat mengajar dan menguasai materi dengan baik. Selanjutnya, untuk tipe ketiga sebanyak 8,77 % guru memiliki kompetensi pedagogi diatas standar dan kompetensi profesional dibawah standar yang berarti dapat mengajar dengan baik tetapi tidak menguasai materi, dan yang terakhir sebanyak 1,79 % guru memiliki kemampuan kompetensi pedagogi dibawah standar dan kompetensi profesional diatas standar yang bermaksud guru tersebut menguasai materi tetapi tidak dapat mengajar dengan baik.

Program Buku Baca Berjenjang

Dalam kegiatan tersebut dilakukan pula peluncuran secara simbolis hibah paket Buku Bacaan Berjenjang (B3) untuk  130 SD/MI di Pidie. Peluncuran ini menandai dimulainya program baru tersebut secara resmi sekolah. Seusai peluncuran paket buku secara simbolis, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Aceh, Ridwan Ibrahin menjelaskan bahwa program B3 adalah Salah satu fokus program USAID PRIORITAS dan pemerintah Indonesia dalam pengembangan budaya dan kemampuan membaca siswa kelas awal SD/MI. “Berbagai penelitian membuktikan bahwa masih rendahnya kemampuan dan minat baca siswa di Indonesia,” kata Ridwan.

Menurut ia penyebab rendahnya budaya dan kemampuan membaca siswa, antara lain (a) sekolah hanya menyediakan buku-buku bacaan bersifat umum secara terbatas; (b) masih kurangnya jumlah buku yang sesuai sebagai media belajar membaca bagi siswa kelas awal; (c) banyak buku bacaan beredar di pasar, tetapi sulit ditemukan buku berjenjang yang disesuaikan dengan kebutuhan anak kelas awal; (d) tidak ada training khusus bagi guru tentang pembelajaran membaca di kelas awal. 

“Kondisi rendahnya budaya dan kemampuan membaca siswa pada umumnya dan siswa kelas awal pada khususnya sedapat mungkin tidak dibiarkan berlanjut. Sebab, semakin rendah keterampilan membaca siswa maka akan semakin rendah informasi yang dapat dimiliki yang pada gilirannya akan semakin rendah pula kemungkinan berhasil dalam belajarnya. Oleh karena itu, kami menghadirkan program Buku Baca Berjenjang,” jelas Ridwan yang berharap 206 SD/MI di Pidie yang belum mendapatkan buku B3 mendapatkan bantuan pembelian buku dari pemerintah daerah. [red]
Komentar

Tampilkan

Terkini